Bareksa.com - Felda Global Ventures Holdings Bhd (FGV) asal Malaysia dikabarkan kembali menunda rencana akuisisi 37 persen saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) karena masih lesunya kondisi pasar sawit dan harga eksekusi yang terbilang mahal. Harga saham BWPT di bursa efek pun terus meluncur lebih dalam ke level terendah sepanjang massa.
Seperti diberitakan oleh Reuters, sumber yang terlibat dalam transaksi senilai US$680 juta itu mengatakan transaksi ditunda dan harus kembali memperpanjang tenggat waktu proses akuisisi. Sumber tersebut enggan disebutkan namanya karena berita tersebut tidak untuk disebarkan kepada publik.
Seiring dengan rumors tersebut, harga saham BWPT di pasar reguler Bursa Efek Indonesia merosot 2,6 persen menjadi Rp152 pada jeda siang hari ini (Senin, 30/11). Nilai tersebut menyusut 66,22 persen dibanding harga saham BWPT Rp450 pada waktu rencana transaksi diumumkan.
Sebanyak 97.312 lot saham BWPT berpindah tangan pada sesi pertama perdagangan hari ini dengan valuasi senilai Rp1,5 miliar. Harga BWPT sempat menyentuh angka tertinggi Rp157 dan terendah Rp151. Broker beli bersih saham BWPT hari ini adalah Credit Suisse (CS) dengan nilai nett buy Rp198,9 juta atau 12.828 lot. Penjual terbesar adalah Bloom Nusantara (GA) dengan nilai nett sell Rp460,7 juta atau sebanyak 30.000 lot.
Mengutip data Bursa Malaysia, hari ini harga saham FGV juga anjlok 4,47 persen ke 1,71 ringgit. Volume perdagangan saham FGV mencapai 25.176 lembar dan saham tersebut sempat mencapai nilai tertinggi di 1,790 ringgit.
Pada 12 Juni 2015, FGV mengumumkan akan mengakuisisi 37 persen saham BWPT dari Rajawali Corpora yang dikendalikan oleh taipan Peter Sondakh dengan uang tunai dan tukar guling saham. Sebanyak 30 persen saham BWPT akan dibayar dengan tunai, sementara sisanya 7 persen akan ditukar dengan saham FGV yang tercatat di bursa Malaysia.
Meskipun kedua pihak sudah meneken perjanjian, FGV perlu melakukan uji kelayakan (due diligence) terhadap target akuisisi tersebut, yang seharusnya selesai sekitar September. Akan tetapi, uji kelayakan tersebut tak kunjung usai -- salah satu penyebabnya adalah skandal di Malaysia yang menyeret Perdana Menteri Najib Razak -- dan akhirnya diperpanjang hingga 30 November 2015, yaitu hari ini.
Produsen sawit ketiga terbesar di dunia itu menyatakan pembelian saham BWPT yang merupakan akuisisi termahalnya dilakukan untuk memperbesar cadangan lahan. Mengenai kabar pembatalan ini, juru bicara Felda enggan memberikan komentar. Sementara itu, Managing Director Rajawali Group Darjoto Setyawan juga tidak memberi respon ketika dihubungi oleh Bareksa.
Selama lima bulan masa uji kelayakan tersebut, terjadi gejolak ekonomi global sehingga mata uang dolar AS menguat terhadap mata uang Asia, termasuk ringgit Malaysia. Hal itu mendorong harga transaksi melonjak bila dikonversikan ke mata uang ringgit. Selain itu, harga minyak sawit mentah (CPO) global dalam ringgit juga tidak mengalami banyak peningkatan. (Baca juga: Ini Alasan Felda Meminta Diskon Harga Jual BWPT )