MARKET FLASH: TBIG Jajaki Pinjaman Bank; BWPT Akan Lunasi Obligasi Rp700 Miliar

Bareksa • 05 Nov 2015

an image
Teknisi memeriksa perangkat menara telekomunikasi BTS di kawasan Cikoneng, Ciamis, Jawa Barat, Kamis (23/4). Pemeriksaan itu dilakukan untuk memastikan kesiapan jaringan dalam melayani peningkatan trafik layanan baik voice, SMS, maupun data kepada pelanggan. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/Rei/ama/15.

ISSP anggarkan capex US$30 juta; BRAU digugat anak usaha


Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

TBIG tengah menjajaki pinjaman berdenominasi dolar AS dari perbankan senilai US$200 - 275 juta. Dengan nilai tukar rupiah kemarin berdasarkan Bank Indonesia di posisi Rp13.461, maka dana pinjaman yang sedang dijajaki sekitar Rp2,69 - 3,7triliun.

Penjajakan pinjaman ditempuh setelah emiten sewa menara itu membatalkan rencana penerbitan obligasi sisa penawaran umum berkelanjutan (PUB) yang masa terbitnya habis Desember tahun ini. TBIG masih memiliki sisa PUB senilai Rp3,26 triliun dari total PUB sebesar Rp4 triliun. 

PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) 

BWPT akan membayar bunga ke-20 dan pelunasan pokok Obligasi I Tahun 2010. Nilai yang mesti dibayarkan oleh emiten ini sekitar Rp 718,68 miliar. Rinciannya, pokok obligasi bernilai Rp 700 miliar dan bunga gross obligasi Rp 18,68 miliar. Dana tersebut saat ini ditempatkan pada rekening perseroan, kata Rudy Suhendra, Sekretaris Perusahaan BWPT, dalam keterbukaan informasi, Rabu (4/11).

BWPT memperoleh pinjaman dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp2,74 triliun pada September 2015. Dana ini untuk pembiayaan kembali (refinancing) dan modal kerja. Pada laporan keuangan kuartal ketiga 2015, emiten perkebunan milik Grup Rajawali ini memeluk pinjaman bank jangka pendek senilai Rp 698 miliar. Pinjaman tersebut berasal dari BNI, Bank Mandiri, Bank QNB Kesawan dan Bank DBS Indonesia.

PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP)

ISSP  menganggarkan belanja modal sekitar US$ 30 juta pada tahun depan. ISSP akan menggunakan dana ini untuk membeli mesin produksi pipa baja berdiameter 10 inci untuk pabrik di Gresik, Jawa Timur dan beberapa mesin pendukung pabrik pipa baja otomotif di Karawang, Jawa Barat. Mesin baru ini berkapasitas 15.000 ton baja per bulan.

Perusahaan yang terkenal dengan nama Spindo ini memproyeksikan, mesin baru akan masuk ke lini produksi pabrik di Gresik pada akhir 2016 dan mulai beroperasi pada awal 2017. Sekitar 70 persen sumber pendanaan untuk capex berasal dari kas internal. Kemudian, sisanya didanai lewat pinjaman perbankan dari Bank Central Asia (BCA). 

PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU)

PT Berau Coal memperkarakan BRAU setelah tidak mengakui dan membayar utangnya sebesar US$271,07 juta yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Berdasarkan situs resmi Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, gugatan Berau atas Berau Coal Energy itu terdaftar dengan register 624/Pdt.G/2015/PN.Jkt.Sel. Penggugat mendaftarkan gugatan sejak 22 Oktober 2015. Kuasa hukum PT Berau Coal Yulius Setiarto mengatakan perkara tengah masuk dalam proses mediasi. Adapun, tergugat juga telah hadir dalam proses tersebut.

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) 

Beroperasinya tambang tembaga dan emas dari afiliasi BRMS membuat perseroan membukukan laba bersih pada kuartal III 2015 sebesar US$8,52 juta dibanding periode yang sama tahun sebelumnya rugi US$86,33 juta.

Namun, di sisi pendapatan, anak usaha PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) itu membukukan US$9,17 juta atau 29,77 persen lebih rendah dibandingkan dengan setahun sebelumnya  US$13,06 juta. Tambang Batu Hijau yang dioperasikan oleh anak usahanya, PT Newmont Nusa Tenggara (NNT), sudah mulai berkontribusi.