Lebih Baik PGN Ambil Pertagas Atau Sebaliknya? Ini Penilaian Pakar Investasi
Instruksi merger PGN dan Pertagas sudah masuk tahap kajian Kementerian BUMN
Instruksi merger PGN dan Pertagas sudah masuk tahap kajian Kementerian BUMN
Bareksa.com - Kabar mengenai merger antara PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Pertagas kembali bergulir. Apa impaknya terhadap kinerja PGAS?
Menurut seorang sumber Bareksa yang seorang pejabat tinggi pemerintah, instruksi merger telah dikeluarkan pekan lalu oleh Menteri BUMN. Saat ini salah satu Deputi Menteri BUMN sedang melakukan kajian mendalam. Presiden Joko Widodo juga dikabarkan telah menyetujui langkah ini.
Rangga Cipta, ekonom senior PT Samuel Sekuritas Indonesia menilai pengumuman ini akan mengurangi kekhawatiran investor mengenai ketidakjelasan soal merger. Pasalnya ini bukan pertama kalinya PGAS dikabarkan akan merger dengan anak usaha PT Pertamina ini.
"Investor masih merasa deal ini positif jika valuasi Pertagas fair dan PGAS yang melakukan akuisisi terhadap Pertagas. Karena itu berpengaruh ke seberapa besar kepemilikan investor pada saham PGAS terdilusi (berkurangnya persentase kepemilikan)," katanya saat dihubungi Bareksa.com.
Bagan Pemegang Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk 2015
Sumber: Laporan Keuangan PGAS
Bagan Pemegang Saham PT Pertagas 2015
Sumber: Laporan Keuangan Pertagas
Berdasarkan laporan keuangan kuartal kedua 2015, masyarakat masih memegang 43,03 persen saham PGAS, sedangkan sisanya 56,97 persen dimiliki oleh pemerintah. Sedangkan mayoritas saham Pertagas dipegang Pemerintah melalui PT Pertamina (Persero). Jika terdapat merger antara PGAS dan Pertagas tentunya akan ada perubahan komposisi pemegang saham terutama investor publik tergantung pada penilaian (valuasi) dari masing-masing perusahaan.
Sementara manajer investasi PT BNI Asset Management, Hanif Mantiq memandang negatif atas rencana merger ini. "Jika di merger maka PGAS hanya akan fokus sebagai distributor, jadi hanya menerima toll fee saja dan tidak bisa masuk ke industri hulu. Margin PGAS jadi tak bisa besar karena sebagai distributor biasanya marginnya dipatok," katanya kepada Bareksa.com.
Padahal sebelumnya PGAS sudah mau mulai masuk ke industri hulu melalui anak usaha PT Saka Energi Indonesia (SEI). Masuk ke industri hulu dinilai Hanif merupakan langkah untuk mengamankan suplai gas. Sebagai distributor, PGAS bergantung pada pasokan gas supplier sehingga sulit dalam melakukan renegosiasi harga beli gas. Tetapi dengan masuk ke industri hulu, ada kepastian pasokan gas untuk dialirkan.
Tiga pemasok gas terbesar dengan periode jangka panjang untuk PGAS saat ini, yakni PT Pertamina, ConocoPhilips Ltd dan Santos Ltd. Dari catatan perjanjian dalam laporan tahunan 2014, Santos yang menjadi pemasok PGN untuk area Jawa Timur kontraknya akan berakhir Juli 2019.
SEI telah mengakuisisi Blok Pangkah dan Blok South East Sumatera. Selain itu juga berinvestasi di luar negeri dengan membeli 36 persen kepemilikan atas lapangan shale gas Fasken, Amerika Serikat.
Tabel. Blok Migas yang diakuisi PGAS
Sumber: Laporan keuangan PGAS
Sebaliknya salah satu manajer investasi dari perusahaan asuransi asing kepada Bareksa mengatakan hal positif jika setelah merger ini PGAS hanya fokus ke distribusi gas (industri hilir). “Skenario terbaik jika terjadi aset swap (tukar aset) antara PGAS dan Pertamina. PGAS memberikan aset bisnis hulu kepada Pertamina, sedangkan Pertamina menyerahkan Pertagas kepada PGAS. Ada penilaian aset, kekurangannya akan dibayar dengan kas”.
Diakuinya kebanyakan investor asing melepas saham PGAS setelah perusahaan itu masuk ke bisnis hulu dengan mengakuisisi blok Pangkah yang dibiayai dengan penerbitan obligasi global yang tercermin dari merosotnya harga saham PGAS.
Grafik. Pergerakan Harga Saham PGAS
Sumber: Bareksa.com
Apalagi harga minyak mentah sedang mengalami penurunan sehingga PGAS harus mencatat impairment (penurunan nilai) atas aset minyaknya.Per 2014 terdapat impairment senilai $34,6 juta yang mengurangi perolehan laba PGAS. Adanya impairment aset serta naiknya beban bunga menyebabkan margin PGAS menurun. Dari pantauan Bareksa margin PGAS baik dari segi EBITDA margin maupun net profit margin terus mengalami penurunan sejak 2013.
Grafik EBITDA Margin & Net profit Margin PGAS
Sumber: Laporan keuangan PGAS
Grafik EBITDA Margin & Net profit Margin Pertagas
Sumber: Laporan keuangan Pertagas
“Yang investor tunggu dari PGAS yakni kenaikan volume distribusi serta sumber gas baru. Jika Pertagas diakuisisi maka PGAS memperoleh tambahan volume. Dan jika aset hulu seperti blok Pangkah diberikan kepada Pertamina, maka PGAS bisa bersinergi memperoleh suplai gas dari Pertamina”.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.