Ini Anak Usaha BUMN yang Akan Garap Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Bareksa • 08 Oct 2015

an image
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Menhub Ignasius Jonan (keempat kiri), Menteri PU dan Pera Basuki Hadimuljono (kiri) dan Dirut PT MRT Jakarta Dono Boestami (ketiga kiri) melihat maket mesin bor bawah tanah Antareja usai meresmikan pengoperasian perdana mesin tersebut di titik Proyek MRT Patung Pemuda, Senayan, (ANTARA FOTO/Widodo S. Jus

China juga akan menyiapkan pendanaan hingga $5 miliar untuk proyek prestisius ini.

Bareksa.com - Konsorsium Badan Usaha MIlik Negara (BUMN) mengumumkan telah membentuk perusahaan gabungan untuk mengerjakan proyek kereta cepat Jakarta - Bandung. Perusahaan gabungan tersebut diberi nama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia.

Perusahaan gabungan ini nantinya akan membuat konsorsium dengan investor dari China. Perusahaan pelat merah yang mendirikan perusahaan gabungan ini adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia (Persero), dan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

"Perusahaan patungan tersebut akan melaksanakan proyek penyelenggaraan jasa kereta cepat untuk trase Jakarta – Walini - Bandung," kata kata Corporate Secretary Wijaya Karya Suradi kepada Bareksa.com, Kamis 8 Oktober 2015.

Suradi mengatakan pembentukan perusahaan gabungan ini telah disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Selasa, 6 Oktober 2015. Komposisi penyertaan saham dalam Pilar Sinergi BUMN Indonesia ini sebesar 38 persen dimiliki oleh WIKA dengan penyertaan modal sebesar Rp1,71 miliar. PT Perkebunan Nusantara VIII sebesar 25 persen dengan modal sebesar Rp1,125 miliar, Kereta Api Indonesia sebesar 25 persen dengan modal Rp1,125 miliar, dan Jasa Marga sebesar 12 persen atau Rp540 juta.

Suradi mengatakan keputusan pemilikan saham ini belum final. Pada perjalanannya komposisi pemilikan saham dan penyertaan modal bisa saja berubah. Nantinya perusahaan gabungan ini akan membentuk konsorsium dengan investor China.

"Kami sedang membahas secara insentif, sejauh ini belum dibahas secara detail. Kami juga di sini harus mengajukan kajian Business Plan selain yang diberikan oleh China kepada Indonesia," katanya.

Para perusahaan BUMN, menurut Suradi, akan mengerjakan tugas sesuai dengan kapasitas masing masing perusahaan.  
Suradi mengatakan, proyek ini kemungkinan tidak akan bernilai Rp78 triliun atau $5,5 miliar seperti yang disodorkan oleh China sebelumnya. Perusahaan gabungan BUMN akan menghitung secara detail jumlah perkiraan dana yang dibutuhkan untuk pembangunan kereta cepat pertama di Indonesia ini.

Asumsi Acuan Kereta Cepat China

Sumber: AFP

China, menurut Suradi, telah menyiapkan pendanaan dan pinjaman untuk proyek prestisius ini. Ia mengatakan porsi ekuitas dan pinjaman dalam pembiayaan proyek bisa mencapai 15:85.

"Kalau bisa porsinya jangan 70:30, kalau bisa sampai 15:85," ujarnya.

Sebelumnya, China Development Bank, lembaga keuangan asal China, diperkirakan mengucurkan pinjaman senilai US$5 miliar atau setara Rp73,45 triliun untuk mendanai proyek kereta cepat ini. (baca juga: MARKET FLASH: China Kucurkan Pinjaman Rp73,5 T Ke Konsorsium WIKA)

Suradi memastikan bahwa proyek bersama China ini tidak akan menyertakan modal dari negara. Proyek ini akan murni menggunakan skema business to business.

Saat ini konsorsium BUMN sedang menyelesaikan detail trase, jumlah stasiun, return on equity yang belum dijelaskan di dalam proposal usulan China.

"Kami sedang detailkan masalah trasenya. Nanti keretanya akan lewat mana, mencapai kecepatan maksimal di daerah mana, levelling-nya bagaimana, dan juga bagaimana pembebasan tanahnya," katanya.