Wawancara BKPM: Soal Kereta Api Cepat Tak Surutkan Minat Investasi Jepang
Sebelumnya Menteri BUMN mengatakan pemerintah telah menyetujui proposal China
Sebelumnya Menteri BUMN mengatakan pemerintah telah menyetujui proposal China
Bareksa.com – Panasnya persaingan antara Jepang dan China dalam membiayai proyek kereta cepat Jakarta Bandung menunjukan potensi investasi yang besar di Indonesia. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat total minat investasi ke Indonesia selama semester I 2015 sudah mencapai Rp259,7 triliun.
Di sela-sela diskusi Geliat 100 Proyek Investasi, Bareksa melakukan wawancara kepada Azhar Lubis, Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM guna menelusuri kelanjutan investasi Jakarta Bandung dimana Menteri BUMN Rini Soemarno telah mengatakan pemerintah menyetujui proposal yang diberikan China karena tidak menggunakan dana APBN.
Apakah BKPM dilibatkan dalam penentuan pemenang kereta cepat ini?
Kita tidak dilibatkan. Prosesnya ditentukan dulu dari sana (Kementerian BUMN) baru ke BKPM dalam proses perizinan. Yang jelas mudah-mudahan dari manapun asalnya (Jepang atau China) cepat realisasi. Dari kita yang penting seperti itu.
Rasio realisasi terhadap minat investasi China hanya 7 persen dalam lima tahun terakhir yakinkah mereka akan menyelesaikan proyek ini?
Saya itu berprasangka baik. Mereka ikut beauty contest, berarti sudah memenuhi persyaratan. Orang bisa bilang tidak jadi, tetapi saya berprasangka baik. Jadi saya optimis.
Banyak yang khawatir jika proposal China lolos dapat menurunkan investasi dari Jepang. Bagaimana menurut bapak?
Menurut saya tidak. Buktinya investasi Jepang melalui Toyota serta investasi di industri roti masih berjalan. Sepanjang menguntungkan secara bisnis, pasti tetap menarik minat investor asing ke Indonesia.
Dalam catatan BKPM, realisasi investasi Jepang sepanjang 2010 sampai semester pertama 2015 mencapai $13,68 miliar, kedua terbesar setelah Singapura. Sekitar 53 persen masuk dalam industri angkutan dan transportasi. Kemudian 17 persen pada industri logam, mesin dan elektronik. 7 persen pada industri kimia dan farmasi serta sisanya 4 persen di industri makanan dan tekstil.
(Baca juga: The Economist: Indonesia Masuk Top-5 Tujuan Investasi Asia Pasifik)
Mengapa proyek kereta api cepat menjadi incaran China dan Jepang?
Bayangkan berapa banyak kereta api itu penumpangnya. Sekitar 60 persen penduduk Indonesia ada di Jawa. Sekitar 10 juta orang bolak balik ke Jakarta dari Bekasi dan Bogor setiap hari. Anda pernah naik kereta ke Bogor ga? Nah itu. Marketnya kan ada. Sebetulnya tidak hanya orang Indonesia, bagi siapapun kalau buat pelayanan bagus pasti berminat.
Di mall banyak restoran dengan pembelinya sampai mengantri. Tapi, di warteg juga pembelinya ngantri. Kenapa? Karena segmen beda jadi pasarnya ada. Ada yang bilang nanti kereta biasa bisa mati. Itu ga benar juga karena pasti ada penumpang yang ke Bekasi, tapi ada juga yang mau cepat baru masuk belum duduk udah sampai ke Bandung. Nah gitu potensi pasarnya.
Selain pada kereta api cepat, investasi apa yang sedang menjadi minat China?
Mereka sedang dalam proses investasi pabrik semen di Kalimantan melalui Conch Cement. Selain itu mereka juga akan berinvestasi pada smelter di Morowali. Investasi-investasi tersebut tidak berhubungan dengan kereta api cepat. Semua investasi yang dilakukan China berjalan masing-masing. Begitupun dengan Jepang. Jadi jangan khawatir. (np)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.