Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
Penjualan Otomotif
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) kembali merevisi target total penjualan mobil secara wholesales tahun ini pada kisaran 950.000 unit hingga 1 juta unit. Ini revisi kedua setelah awal tahun mencanangkan 1,2 juta unit. Penurunan target dilakukan karena daya beli masyarakat lesu, sehingga anggota Gaikindo pun harus mengurangi jam kerja karyawan di pabrik.
Menurut Ketua Umum Gaikindo Sudirman M. Rusdi, perhitungan tersebut mengacu pada penjualan wholesales (pabrikan ke dealer) pada periode Januari-Juli 2015 yang hanya menapak 581.941 unit anjlok 26 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu mencapai 733.444 unit. Di sisi lain, Gaikindo memperkirakan penjualan pada Agustus - November tahun ini hanya sekitar 80.000 unit per bulan. Untuk Desember jumlahnya diprediksi hanya sekitar 70.000 unit karena hari kerja yang lebih pendek terpotong libur Natal dan tahun baru.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
Produksi Lapangan Kepodang di Blok Muriah kian molor, karena ruas pipa Kalimantan-Jawa I yang digarap PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) tak kunjung selesai. Pengembangan Lapangan Kepodang telah rampung pada akhir 2014. Namun, tak bisa berproduksi karena pipa Kalija I belum selesai. Awalnya, PGN menjanjikan pipa Kalija I bakal selesai Agustus 2015 tetapi hingga kini pipa tersebut belum juga rampung. Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro mengatakan peresmian produksi pertama proyek Lapangan Kepodang baru bisa dilakukan pada Oktober. Produksi masih harus menunggu pipa selesai dibangun.
PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)
PTBA mengharapkan dapat melakukan efisiensi lebih dari Rp500 miliar pada tahun ini sebagai bagian dari upaya perbaikan kinerja perseroan di tengah lesunya harga batu bara. Direktur Utama Bukit Asam Milawarma mengatakan perkiraan itu dibuat berdasarkan efisiensi sepanjang semester I-2015 sebesar Rp282 miliar. Produsen batu bara milik pemerintah ini akan banyak melakukan produksi dan penjualan pada semester kedua agar efisiensi diharapkan lebih optimal. Menurut dia, biaya terbanyak adalah penambangan dengan porsi 40 - 50 persen dari keseluruhan biaya.
Emiten BUMN
Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dan gejolak bursa saham pada kuartal II-2015, kapitalisasi pasar (market cap) seluruh emiten BUMN menyusut Rp120 triliun pada Juli 2015 dibandingkan dengan periode yang sama 2014. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), kapitalisasi pasar 20 emiten BUMN mencapai Rp1.288 triliun pada Juli 2015 atau turun Rp120 triliun dibandingkan dengan Rp1.167 triliun pada periode yang sama 2014. Sebanyak 13 emiten BUMN mengalami penurunan kapitalisasi pasar berasal dari berbagai sektor seperti pertambangan, perbankan, industri dasar (baja dan semen), dan infrastruktur (gas dan jalan tol). BUMN sektor konstruksi justru mengalami peningkatan kapitalisasi pasar.
PT Indosat TBk (ISAT)
ISAT berniat memangkas utang Rp1,48 triliun pada semester kedua tahun ini. Utang tersebut berdenominasi rupiah dan dolar termasuk US$11,07 juta yang merupakan tranche B dari AB Svensk Export Kredit Swedia dan revolving credit Rp650 miliar kepada Bank Sumitomo Mitsui Indonesia. Sumber dana untuk membayar utang sebagian besar dari kas internal dan sisanya refinancing. Pada semester kedua tahun ini, ISAT menderita rugi bersih RP948 miliar, dibandingkan laba pada periode sama tahun lalu.
PT Chandra Astri Petrochemical Tbk (TPIA)
TPIA berencana menghentikan sementara produksi etilena karena akan melakukan perawatan mesin produksi mulai akhir September hingga tengah Desember 2015. Penghentian itu dapat memangkas 25 persen produksi etilena tahun ini. Tidak hanya produksi etilena tetapi juga polietilena yang akan dihentikan sementara oleh TPIA meski tidak dijelaskan besar penurunannya. Kapasitas produksi etilena TPIA 600.000 ton per tahun sedangkan polietilena 336.000 ton per tahun.