Penjualan Retail Naik, Akankah Pertumbuhan Ekonomi Membaik?
Penjualan retail naik, tapi penjualan perusahaan semen & mobil masih lesu
Penjualan retail naik, tapi penjualan perusahaan semen & mobil masih lesu
Bareksa.com - Sejumlah perusahaan sektor retail dan konsumsi sudah mengumumkan kinerja semester I 2015. Rata-rata perusahaan ini menunjukan kinerja positif walaupun masih melambat. Contohnya Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) --pemilik Alfamart-- bertumbuh 15% (yoy), dan PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) bertumbuh 18% (yoy). Peningkatan penjualan perusahaan retail menunjukan adanya tanda-tanda peningkatan konsumsi masyarakat. Benarkah ini pertanda bahwa perekonomian sudah keluar dari tekanan?
Data yang diolah Bareksa menunjukan perbaikan penjualan sejumlah perusahaan terbuka yang bergerak di bidang penjualan eceran (retail). Perusahaan seperti AMRT mencetak kenaikan penjualan menjadi Rp22 triliun pada semester I 2015, naik 15 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Khusus pada kuartal II, penjualan AMRT tercatat Rp11,8 triliun, naik 15 persen dari kuartal I.
Grafik: Penjualan Perusahaan Retail & Konsumsi
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Bareksa.com
Tetapi, perlu diingat juga bahwa pertumbuhan penjualan perusahaan retail dan konsumer tidak terlepas dari datangnya bulan Ramadhan pada akhir semester I. Sehingga, konsumsi masyarakat belum dapat dikatakan meningkat karena di beberapa sektor lainnya masih terjadi perlambatan. (Baca Juga:PDB Kuartal II Diperkirakan Melambat, Sentuh Terendah 6 Tahun)
Wacana pemerintah untuk mulai menggenjot proyek infrastruktur pada kuartal II belum sepenuhnya dirasakan dunia bisnis. Contoh paling terlihat dari penjualan semen sebagai bahan baku utama pembangunan infrastruktur. Dua perusahaan semen terbesar, PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) masih mencatatkan penurunan penjualan. SMGR pada semester I menghasilkan Rp12,8 triliun, turun 2 persen (yoy). Sementara pendapatan INTP Rp 8,8 triliun, turun 7 persen (yoy).
Perusahaan kontraktor BUMN seperti Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga belum mendapat berkah dari pembangunan infrastruktur pemerintah. Perusahaan konstruksi BUMN ini mengalami penurunan pendapatan 18 persen dari tahun sebelumnya. (Baca juga:Laba WIKA Ambrol 29% Ditekan Penurunan Pendapatan & Naiknya Beban Bunga)
Selain itu, dunia otomotif juga masih melambat. Penjualan mobil semester I turun 18 persen menjadi 525 ribu unit dari sebelumnya 642 ribu unit. PT Astra International Tbk (ASII) --raksasa otomotif Indonesia-- pada semester I 2015 mengalami penurunan penjualan 9 persen dari sebelumnya. (baca juga:Penjualan Mobil Semester I Masih Buruk, Honda Hanya Turun 2%)
Grafik: Penjualan Astra & UNTR
sumber: Bareksa.com
Tetapi di tengah kondisi yang kurang menguntungkan ini, data dari perbankan menunjukan titik terang. Nilai kredit yang disalurkan beberapa bank besar seperti Bank Mandiri, BCA, dan BNI pada kuartal II mencetak pertumbuhan di atas 3 persen. Bahkan BNI mencatat pertumbuhan kuartalan sampai 7,1 persen. (Baca Juga: Kredit Bank Besar Kuartal II 2015 Kembali Menguat, Apakah Ini Sinyal Pemulihan?)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.