MARKET FLASH: Laba Konglomerasi Melambat, Rata-rata Emiten Pembiayaan Turun 30%
Calon pembeli META dari Rajawali ada 2 piihak; harga timah melonjak 10% dua pekan
Calon pembeli META dari Rajawali ada 2 piihak; harga timah melonjak 10% dua pekan
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
Laba Konglomerasi
Promo Terbaru di Bareksa
Pertumbuhan bottom line mayoritas emiten dari 10 konglomerasi melambat dalam dua tahun terakhir. Faktor eksternal dianggap sebagai penyebab dominan perlambatan itu. Sektor konsumsi dan infrastruktur di harapkan menjadi obat mujarab guna menstimulasi kinerja konglomerasi. Meski demikian, analis memperkirakan bottom line korporasi masih tertekan hingga akhir tahun ini. Kinerja 42 emiten (mencakup 10 usaha konglomerasi) pada semester I 2015 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2014 dan 2013 (year-on-year/yoy) menunjukkan bottom line atau laba bersih 31 emiten mengalami perlambatan.
Salah satunya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) membukukan penurunan laba bersih 25,33 persen pada semester pertama 2015. Laba bersih sebagian besar emiten tertekan oleh faktor di luar korporasi yakni penurunan harga komoditas seperti minyak kelapa sawit dan tambang. Faktor lainnya perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang disebabkan tertekannya impor.
Emiten Pembiayaan
Rata-rata emiten pembiayaan mencatatkan penurunan laba sebesar 30,63 persen year on year pada semester I 2015. Berdasarkan laporan keuangan unaudited yang sudah dipublikasikan, diketahui total laba yang dikumpulkan 13 emiten pembiayaan pada semester I 2015 mencapai Rp901,84 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan laba periode yang sama tahun lalu, Rp1,3 triliun. Dua emiten tercatat mencatatkan kerugian periode ini. Hanya empat emiten yang mampu mencatatkan pertumbuhan di tengah perlambatan ekonomi pada semester I 2015. PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF) mencatatkan rugi Rp18,42 miliar atau membalikkan laba pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp23,99 miliar. PT Danasupra Erapacific Tbk. (DEFI) juga mencatat kerugian Rp522 juta. Pada semester I 2014 emiten ini meraup laba Rp1,19 miliar. Beban perusahaan tercatat meningkat 89 persen.
Harga Timah
Harga timah melonjak 10,13 persen dalam dua pekan terakhir saat komoditas logam industri lainnya tengah tertekan, seiring dengan penerapan peraturan menteri perdagangan yang baru terkait ekspor timah sejak awal bulan ini. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, harga timah menjadi satu-satunya komoditas logam industri yang melonjak. Timah untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) ditutup naik 0,77 persen menjadi US$16.300 ton. Sementara itu, komoditas logam industri lainnya seperti tembaga, nikel, aluminium,dan seng kompak melemah sekitar 0,57 persen sampai 1,79 persen.
Adapun, harga timah di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) ditutup naik 2,36% menjadi US$16.205 per ton, sedangkan dalam dua pekan terakhir harga timah di bursa yang menjadi jalur ekspor timah Indonesia tersebut telah naik 5,91 persen.
Grup Rajawali
Calon pembeli saham PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) dari tangan Grup Rajawali telah mengerucut menjadi dua pihak, dari sebelumnya lima peminat. Managing Director Rajawali Corpora Darjoto Setyawan mengungkapkan pihaknya sudah memilih dua calon pembeli yang paling potensial. Namun, Darjoto masih enggan menyebutkan identitas kedua calon itu. Dia hanya menyatakan hasilnya akan ditentukan pada Agustus. Rajawali bakal menjual seluruh sahamnya di perusahaan pengelola jalan tol dan infrastruktur itu. Kelompok bisnis milik taipan Peter Sondakh ini menggenggam 21 persen saham META lewat PT Hijau Makmur Sejahtera.
Dari lima peminat, salah satunya adalah PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Perusahaan yang lebih banyak bergerak di kawasan industri ini berencana memperkuat bisnis jalan tol, yang sekarang di operasikan oleh anak usahanya yaitu PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA). SSIA baru memiliki satu konsesi jalan tol, yaitu ruas Cikampek-Palimanan (Cipali).
Grup Lippo
Emiten properti milik taipan Mochtar Riady PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mengantongi laba bersih Rp775,32 miliar pada paruh pertama tahun ini, naik 15,2 persen dari tahun sebelumnya Rp672,91 miliar dengan sokongan pertumbuhan tertinggi dari divisi rumah sakit. Pertumbuhan laba bersih tiga anak usaha emiten itu masing-masing PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) sebesar 34,5 persen, PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) sebesar 22,5 persen, dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) sebesar 18,4 persen.
Presiden Direktur Lippo Karawaci Ketut Budi Wijaya mengatakan bisnis perseroan diklaim masih positif saat menghadapi tantangan terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi makro Indonesia yang menyebabkan pelemahan daya beli konsumen. Hingga saat ini, LPKR telah mengantongi 45 persen dari target prapenjualan atau marketing sales sepanjang tahun sebesar Rp6 triliun. Perolehan itu terutama berasal dari marketing sales Lippo Cikarang.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
PT Wika Realty, anak usaha WIKA, berencana segera menggarap dua proyek BUMN dalam waktu dekat ini. Direktur Keuangan Wijaya Karya Adji Firmantoro mengatakan proyek yang digarap oleh Wika Realty itu antara lain proyek properti bersama PT Timah (Persero) Tbk dan proyek lainnya bersama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Adji mengatakan proyek properti yang digarap bersama Timah itu dilakukan di Bekasi, Jawa Barat. Wijaya Karya sebelumnya telah membentuk perusahaan patungan bersama Timah dan perusahaan konstruksi milik negara lainnya yakni PT Adhi Karya (Persero) Tbk terkait proyek properti di lahan milik Timah seluas 176 hektare di Bekasi.
Perusahaan itu sebenarnya hendak melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) pada tahun ini, tetapi rencana itu kemungkinan dituna karena pasar belum mendukung. Sebelumnya Wika Realty mengincar Rp1 triliun dari pasar modal dengan melepas 40 persen saham ke publik melalui IPO.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
Setelah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2x30 MW di Tanjung, Kalsel, ADRO tengah mengikuti lima tender pembangkit listrik 2.250 MW di sejumlah daerah. Perusahaan terafiliasi Grup Saratoga ini sebelumnya telah memenangkan tender PLTU 2x100 MW di Kalsel dan 2x1.000 MW di Batang, Jawa Tengah. Direktur Utama ADRO Garibaldi Thohir mengatakan ADRO menargetkan 3.680 MW pembangkit listrik pada 2020 dengan total kontribusi 33 persen terhadap pendapatan perseroan. Saat ini kontribusi batu bara masih 55 persen, sisanya 40 persen logistik dan pembangkit listri 5 persen.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
Rencana BBRI untuk memiliki anak usaha di bidang asuransi jiwa (life insurance) diperkirakan segera terwujud dalam waktu dekat. Wakil Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan proses untuk menambah anak usaha yang berbentuk perusahaan asuransi jiwa ini diperkirakan paling cepat akan rampung pada September 2015. Seperti diketahui, BRI memiliki keinginan besar untuk mengakuisisi perusahaan asuransi jiwa karena potensi bisnis yang menggiurkan. Salah satu perusahaan yang diincar yakni PT Asuransi Jiwa Bringin Life Sejahtera (Bringin Life). Saat ini, pemilik saham Bringin Life adalah Dana Pensiun BRI dengan porsi saham 90,17 persen. Sisanya, dimiliki Yayasan Kesejahteraan Pegawai BRI dengan porsi 9,65 persen dan 0,27 persen sisa saham Bringin Life dimiliki oleh koperasi karyawan perusahaan tersebut.
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA)
TPIA membukukan laba bersih US$30,5 juta pada semester pertama tahun ini, naik 350,4 persen dibandingkan US$6,8 juta pada periode sama tahun lalu. Padahal, pendapatan bersih perusahaan petrokimia ini turun 38,3 persen menjadi US$799,8 juta. Peningkatan laba ditopang oleh marjin kimia global yang lebih tinggi ditambah dengan penurunan signifikan pada harga bahan baku dan minyak mentah. Sedangkan harga produk relatif kuat. Marjin kotor perseroan melonjak jadi 11,1 persen dari 4,3 persen.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,92 | 0,45% | 4,28% | 7,56% | 8,65% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,59 | 0,42% | 4,45% | 7,00% | 7,43% | 2,51% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.080,08 | 0,60% | 4,04% | 7,13% | 7,77% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.845,41 | 0,53% | 3,95% | 6,71% | 7,40% | 16,95% | 40,32% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.272,15 | 0,82% | 3,96% | 6,62% | 7,24% | 20,21% | 35,65% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.