Dorong Ekspor Otomotif Gantikan Komoditas, Pengusaha Minta PPnBM diturunkan
Agar pasar Indonesia lebih menarik dan principal otomotif mau untuk memindahkan basis produksinya ke Indonesia
Agar pasar Indonesia lebih menarik dan principal otomotif mau untuk memindahkan basis produksinya ke Indonesia
Bareksa.com – Rencana pemerintah menggenjot sektor manufaktur untuk mendorong pendapatan ekspor Indonesia sepertinya bukan sekedar wacana saja. Hal ini bahkan sudah mulai tampak membuahkan hasil dengan naiknya kontribusi sektor manufaktur, baik otomotif maupun tekstil pada Maret 2015 dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kontribusi keduanya naik masing-masing menjadi 4,77 persen dan 9,74 persen pada Maret 2015 dari 4,16 persen dan 8,48 persen pada periode yang sama tahun lalu. Untuk sektor otomotif, porsi terbesar disumbang oleh penjualan kendaraan bermotor roda 4 dan lebih.
Grafik Pie Chart Kontribusi Ekspor Indonesia Maret 2014 & Maret 2015
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Bareksa
Sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengungkapkan akan mulai meningkatkan kontribusi sektor manufaktur dalam penjualan ekspor. Bahkan, Gobel mematok ekspor Indonesia bertumbuh 300 persen dalam lima tahun ke depan.
“Selama ini kami belum memanfaatkan potensi pasar di dalam negeri sebagai insentif kepada perusahaan otomotif. Padahal, pasar otomotif di Indonesia sangat besar,” ungkapnya beberapa waktu lalu.
Pelemahan harga komoditas yang berdampak pada penurunan nilai ekspor Indonesia sepertinya membuat pemerintah berpikir untuk mulai beralih dan tidak bergantung kepada komoditas yang nilainya selalu berfluktuasi tergantung supply dan demand. Padahal, ekspor selama 10 tahun terakhir ini selalu berkontribusi 46 persen bagi total pertumbuhan ekonomi sebagaimana diungkapkan oleh laporan Presisi Indonesia.
Harapannya, sektor manufaktur ini dapat menggantikan sektor komoditas sebagai penyumbang terbesar penjualan ekspor Indonesia. Bahkan, untuk mewujudkan hal ini, pemerintah mengajak principal otomotif dari Jepang untuk memindahkan basis produksinya ke Indonesia.
Wajar jika pemerintah begitu bernafsu untuk mewujudkan hal ini, karena sektor manufaktur merupakan salah satu sektor yang memiliki value added besar. Selain itu, produknya pun tidak terpengaruh dengan naik-turunnya harga komoditas. Terlebih, saat harga komoditas melemah seperti sekarang akibat menurunnya permintaan dari China.
Sebagai contohnya, nilai ekspor kendaraan bermotor roda 2 dan 3 masih mencatatkan kenaikan 27 persen menjadi $12.038 per ton sepanjang Maret. Padahal, ekspor kelapa sawit (CPO) pada saat bersamaan malah turun 23,2 persen menjadi $636,46 per tonnya.
Grafik Pertumbuhan Ekspor Produk Otomotif Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Bareksa
****
Namun, untuk merealisasikan target tersebut, masih banyak hal yang harus diperbaiki pemerintah. Ketua I Gabungan Pengusaha Kendaraan Indonesia (Gaikindo) Jongkie D.Sugiarto mengungkapkan salah satunya pemerintah harus mau menurunkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk beberapa produk otomotif.
Pemerintah memang mengenakan pajak PPnBM yang berbeda bagi mobil sedan dan Sport Utility Vehicle (SUV). Nilainya bahkan jauh lebih besar dibanding produk MPV yang hanya dikenakan 20 persen.
“Gaikindo sudah bicara dengan pemerintah agar PPnBM mobil sedan dan SUV diturunkan sehingga sama dengan MPV (multi-purpose vehicle). Biar nanti bisa dijual lebih murah dan pasarnya dapat berkembang,” ujar Jongkie kepada Bareksa.
Jongkie menjelaskan, selama ini principal otomotif belum bersedia menempatkan basis produksinya di Tanah Air karena pasar di Indonesia masih kecil dan hanya menyukai jenis MPV dibandingkan produk lainnya. Sementara, mobil jenis ini tidak begitu diminati oleh pasar ekspor.
“Pasar ekspor malah banyak yang membutuhkan produk jenis sedan atau pun SUV. Jadi, seharusnya kita menambahkan basis produksinya. Untuk itu, volume penjualan di Indonesia juga harus ditingkatkan.”
Grafik Komposisi Produksi Mobil Indonesia Periode Januari-Maret 2015
Sumber: Gaikindo, diolah Bareksa
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.