Bareksa.com – Harga saham PT PP Property Tbk (PPRO) yang turun 15,42 persen sejak harga pembukaan dua hari lalu menjadi Rp240 per lembar menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan pelaku pasar. Pasalnya, selama ini banyak kalangan menilai bahwa perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa efek biasanya mencetak kenaikan harga pada masa-masa awal perdagangannya.
Grafik Pergerakan Saham PT PP Property Tbk (PPRO)
Sumber: Bareksa
Bila ditelisik lebih jauh, ternyata bukan hanya PPRO yang harga sahamnya menurun pada awal-awal perdagangan perdana saham (IPO). Beberapa perusahaan mengalami kondisi serupa.
Data menunjukkan 10 dari 23 perusahaan yang mencatatkan saham di bursa efek pada 2014 mengalami penurunan harga pada dua hari awal perdagangannya. PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) tercatat mengalami penurunan harga tertinggi sebesar 29,8 persen.
Grafik % Kenaikan/(Penurunan) Harga Saham 2 Hari Setelah IPO
Sumber: Bareksa
Ada banyak faktor yang menyebabkan sebuah saham perdana mengalami penurunan harga. Mulai segmentasi usaha yang dinilai kurang strategis, tujuan perusahaan tersebut melakukan penawaran IPO, hingga valuasi saat penawaran yang dinilai terlalu mahal oleh pelaku pasar. (Baca juga: Berburu Saham IPO)
LRNA merupakan salah satu saham yang dianggap memiliki segmentasi kurang menguntungkan karena ada di industri transportasi darat. Industri ini diyakini sudah mencapai kondisi "sunset industry" karena ketatnya persaingan dan menurunnya permintaan konsumen. Kondisi itu dapat dilihat pada margin usahanya yang terus menurun.
Selain tiga faktor tersebut, ada juga penyebab lain yang membuat harga saham perdana terjungkal: banyak pihak yang memiliki kepentingan atas saham tersebut!. Kondisi ini umumnya terjadi pada saham-saham perusahaan negara (BUMN).
Contohnya PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Pada 2011 pencatatan saham GIAA di BEI sempat kisruh dan juga diwarnai oleh kabar tak sedap akibat adanya dugaan pencucian uang Rp300,8 miliar oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.
Saat itu, saham GIAA turun 28,57 persen dari harga pembukaannya. “Jadi yang dapat “jatah” disuruh keluar dulu. Beda halnya dengan perusahaan swasta,” ungkap salah satu trader kepada Bareksa.
Berdasarkan pantauan Bareksa, hampir semua saham BUMN memang mengalami koreksi cukup signifikan pada pekan-pekan awal perdagangannya. Selain GIAA, contoh saham lainnya saham PT Semen Baturaja Tbk. Harga saham produsen semen berkode SMBR ini menurun 4,6 persen dalam debut-debut awalnya.
Grafik Pergerakan Saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR)
Sumber: Bareksa