Bareksa.com - Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) perbankan Indonesia pada Febuari 2015 naik menjadi 2,4 persen dari periode Desember 2014 sebesar 2,2 persen. Peningkatan NPL justru terjadi di tengah perlambatan penyaluran kredit.
Menurut data Bank Indonesia yang dikutip dari Riset Mandiri Sekuritas, NPL perbankan Febuari tercatat meningkat menjadi 2,4 persen dari periode Desember 2,2 persen. Peningkatan disumbang naiknya NPL sektor konstruksi menjadi 5,4 persen dari sebelumnya 4,6 persen. Belum terealisasinya proyek infrastruktur pemerintah menjadi salah satu pendorong membengkaknya NPL sektor ini.
Sektor lain yang mengalami peningkatan NPL adalah perdagangan sebesar 3,5 persen, dan transportasi 3,4 persen.
Grafik NPL Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi (dalam %)
sumber: BI, riset Mandiri Sekuritas, Bareksa
Bank yang menyalurkan kredit perumahan, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatatkan nilai NPL tertinggi sebesar 4,8 persen. Sementara itu, bank dengan nilai NPL tertinggi lainnya merupakan bank pembangunan daerah seperti PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Tbk (BJBR), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) masing-masing 4,2 persen dan 3,9 persen.
Melambatnya ekonomi kuartal I-2015 yang ditandai dengan penurunan PDB menjadi 4,71 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya 5,21 persen, mendorong peningkatan NPL Perbankan. Hal ini menyebabkan bank lebih selektif untuk menyalurkan dana sehingga pertumbuhan kredit ikut mengalami perlambatan.
Menurut Statistik Perbankan Indonesia, sampai Febuari 2015 tercatat pertumbuhan kredit 12 persen year-on-year naik tipis dari Januari 2015 11,4 persen. Pertumbuhan tersebut masih di bawah ekspektasi pertumbuhan kredit BI sebesar 15-17 persen.
Kredit perbankan masih didominasi oleh penyaluran ke sektor konsumsi sebesar 22,9 persen dari total kredit, diikuti sektor perdagangan yang menyumbang 21,5 persen.
Tjandra Lienandjaja Analis Mandiri Sekuritas memperkirakan NPL perbankan masih bisa mengalami peningkatan pada kuartal II 2015. Bahkan menurut dia peningkatan NPL akan mencapai puncaknya. Penyaluran kredit ke sektor konstruksi, perdagangan dan transportasi, serta pertambangan cenderung meningkatkan jumlah kredit bermasalah. (pi)