Meski Grup MNC Kuasai Pasar Media, Surya Citra Masih Unggul di Prime Time
Peringkat di prime time sangat penting bagi industri televisi karena merupakan waktu yang pas untuk menayangkan iklan
Peringkat di prime time sangat penting bagi industri televisi karena merupakan waktu yang pas untuk menayangkan iklan
Bareksa.com – Persaingan dalam memperebutkan penonton dalam industri televisi antara PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dengan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) kian ketat. Selisih pangsa pasar keduanya pun semakin tipis. Survei Nielsen menunjukkan bahwa dua dua konglomerasi ini terus bersaing dalam menggaet penonton.
Survei Nielsen seperti dilaporkan Mandiri Sekuritas menunjukkan posisi keduanya hanya terpaut 360 basis poin, lebih kecil dibanding selisih pada Februari lalu sebesar 430 basis poin.
Tabel Perbandingan Market Share Antar Stasiun Televisi
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber:Nielsen & Mandiri Sekuritas, diolah Bareksa
Grup MNC mengoperasikan tiga stasiun televisi, yaitu RCTI, MNC TV, dan Global TV. Sementara, SCMA memiliki SCTV dan Indosiar. Kedua konglomerasi ini seakan kejar-mengejar dalam mengumpulkan jumlah penikmat layar kaca dengan mencatatkan pertumbuhan jumlah penonton sebanyak 60 basis poin sepanjang April.
Hingga akhir April, Grup MNC masih memimpin dengan pangsa pasar 34,6 persen, sementara SCMA di posisi kedua dengan selisih sekitar 5 persen. Pada saat bersamaan, emiten media lainnya, PT Visi Media Tbk (VIVA) terpaksa harus merelakan porsi penontonnya yang berkurang 1,6 persen menjadi 15,1 persen.
Grafik Perbandingan Market Share MNCN, SCMA, VIVA & Lainnya pada Seluruh Waktu Tayang
Sumber: Nielsen & Mandiri Sekuritas, diolah Bareksa
Meski menjadi market leader dari keseluruhan jam tayang, nyatanya banyak program MNCN kalah unggul dibanding milik SCMA pada waktu prime time. Pangsa pasar SCMA pada prime time mencapai 37,5 persen dan nilainya terus meningkat sejak tiga bulan terakhir.
MNCN harus puas di posisi kedua dengan capaian pangsa pasar sebanyak 33 persen. Namun, kondisi ini jauh lebih baik dibanding bulan lalu yang merosot menjadi 32,4 persen dari bulan sebelumnya 34,2 persen.
Posisi SCMA ini ditopang oleh program-program yang banyak menyentuh masyarakat kelas menengah bawah, salah satunya “D’Academy”. Program yang menampilkan kompetisi menyanyi dangdut ini sukses menjadi tayangan nomor satu pada jam tayang prime time hingga pertengahan April lalu. Kondisi ini menyebabkan posisi Indosiar, salah satu stasiun televisi anak usaha SCMA, naik 150 basis poin pada waktu prime time.
Grafik Perbandingan Market Share MNCN, SCMA, VIVA & Lainnya pada Waktu Tayang Prime Time
Sumber: Nielsen & Mandiri Sekuritas, diolah Bareksa
Setelah sukses dengan program acara "D’Academy", Indosiar pun meluncurkan program serupa, yaitu Bintang Pantura dan D’T3Rong 2. Kedua acara tersebut pun sukses menembus 10 besar program televisi yang banyak ditonton saat prime time.
Meski MNCN memiliki acara sejenis melalui program Kontes Dangdut Indonesia (“KDI”), tetapi MNCN tidak mampu merebut penonton pecinta dangdut di Indosiar. Hal ini tercermin dari posisi KDI yang tidak pernah mencapai 10 besar program acara pada waktu prime time.
Selain menampilkan acara dangdut, SCMA melalui stasiun televisi lain miliknya (SCTV) juga sukses menjaga posisi program sinetronnya. Program-program sinetron SCTV merupakan program drama yang tetap mampu tumbuh positif sebesar 70 basis poin dibanding stasiun televisi lainnya.
Peringkat dan banyaknya masyarakat yang menonton di saat prime time sangat penting bagi industri televisi karena prime time merupakan waktu yang pas untuk menayangkan iklan. Pada waktu tersebut, banyak masyarakat berkumpul di rumah sambil menonton acara televisi. Semakin tinggi posisi suatu stasiun televisi di waktu prime time, akan semakin banyak pula tawaran iklan yang akan berdampak positif bagi pendapatan perusahaan.
Oleh karena itu, tarif iklan saat prime time jauh lebih tinggi dibanding jam tayang lainnya. Berdasarkan penelusuran Bareksa, tarif iklan saat prime time diperkirakan mencapai Rp30-45 juta per 30 detik.
Bahkan, TransTV sebagai salah satu televisi swasta milik CT Corp mematok tarif di atas Rp50 juta per 30 detik. (pi)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.