Bareksa.com - Produsen beton pelat merah, PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) telah meraup kontrak Rp 750 miliar hingga pertengahan April 2015. Namun, perseroan mengaku kinerja pada kuartal I-2015 melambat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya meski ditopang proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta.
“Kuartal I tahun ini memang tidak sebaik tahun sebelumnya. Penyebabnya penyaluran dana untuk proyek pemerintah pada tahun ini masih terhambat,” ujar Entus Asnawi, Direktur Keuangan WIKA Beton di Jakarta, Kamis (23/4).
Dia menjelaskan bahwa penggabungan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dengan Kementerian Perumahan Rakyat menjadi Kementerian PU-Pera turut menghambat aliran dana proyek pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Kedua kementerian tersebut masih konsolidasi. Semoga saja bisa segera bekerja dengan baik. Sampai saat ini, dana anggaran senilai Rp 118 triliun baru cair sekitar 2,5 persen saja,” ungkap Entus.
Untungnya kinerja anak usaha PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) ini masih mendapat topangan dari kontrak perusahaan swasta. Hal tersebut membuat perolehan kontrak perseroan bertambah dari posisi senilai Rp 550 miliar pada kuartal I menjadi Rp 750 miliar dalam tiga pekan terakhir.
Entus juga mengungkapkan, saat ini perseroan tengah menjalani proses negosiasi dengan salah satu perusahaan pulp and paper guna memperoleh proyek pembangunan pabrik. Namun, dia belum mau mengungkapkan nama perusahaan dan nilai proyek tersebut.
Ferry Hendriyanto Direktur Operasional WIKA Beton mengatakan manajemen optimistis mampu mencapai target 2015. Pada tahun ini, perseroan menargetkan pendapatan hingga Rp 4 triliun. Laba bersih ditargetkan mencapai Rp 360 miliar.
“Kami optimistis target pendapatan Rp 4 triliun bisa tercapai,” ujarnya. Memang saat ini belum terlihat karena dananya belum cair, pelabuhan belum jalan. “Proyek jalan tol juga belum dieksekusi,” kata Ferry.
Proyek MRT
Entus mengungkapkan perseroan juga beruntung mendapat bagian dalam proyek pembangunan MRT di Jakarta. Pasalnya, Entus menilai proyek MRT bukanlah proyek sekali jadi. Proyek tersebut bakal terus berlangsung seiring bertambahnya kebutuhan transportasi publik.
“Kontrak MRT saat ini di level Rp 85 miliar sampai Rp 100 miliar untuk pembangunan dua segmen. Kami sudah mendapat dua dari tiga paket untuk konstruksi bawah tanah. Satu paket lagi akan diteken minggu depan,” ungkap Entus.
Adapun sejumlah proyek yang digarap oleh WTON termasuk jalan layang non tol Ciledug-Blok M, oleochemical plant di Lubuk Gaung Riau, dan proyek listrik desa di Sulawesi Tenggara. (pi)