Marzuki Alie, Semen Indonesia, dan Peta Tambang Kapur di Rembang
Tambang di Rembang rupanya sudah beroperasi sejak puluhan tahun lalu. Tambang kapur Semen Indonesia belum beroperasi.
Tambang di Rembang rupanya sudah beroperasi sejak puluhan tahun lalu. Tambang kapur Semen Indonesia belum beroperasi.
Bareksa.com - Pembangunan pabrik semen dan pembukaan tambang kapur PT Semen Indonesia Tbk (Persero) (SMGR) di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah; memicu pro dan kontra. Sebagian warga menyatakan menolak, sebagian lagi menerima dan mensyukurinya. Bahkan, izin lingkungan pendirian pabrik SMGR sempat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang, meski kemudian pada 16 April lalu pengadilan menolak gugatan itu.
Yang menarik, selama ini protes utamanya tertuju ke Semen Indonesia. Padahal, berdasarkan pengamatan wartawan Bareksa di lapangan, Semen Indonesia bukanlah satu-satunya pemain di kawasan itu. Tambang kapur sudah menjadi bagian dari kehidupan warga Rembang sejak lama. Apalagi bagi warga di Kecamatan Gunem dan Sale-- dua desa yang terletak di pegunungan kapur.
Sekretaris Daerah Kabupaten Rembang, Hamzah Fatoni, menerangkan di luar PT Semen Indonesia Tbk, di Rembang sudah ada 210 tambang yang memperoleh izin pemerintah dan telah beroperasi. Total luas areal tambang mereka mencapai 820 hektare, terdiri dari tambang batu andesit 75 hektare, batu kapur (batu gamping) 493 hektare, pasir kuarsa 160 hektare, batu tras 80 hektare, tanah urug 10 hektare, 2 hektare tanah liat. Seluruh tambang tersebut sejauh ini menyerap 1.800 tenaga kerja.
Promo Terbaru di Bareksa
Berikut peta beberapa pemain semen dan tambang kapur di wilayah ini, termasuk beberapa yang telah beroperasi jauh sebelum Semen Indonesia masuk Rembang.
Marzuki Alie
Tambang kapur di Rembang antara lain dimiliki seorang nama terkenal di jagat politik Republik. Dialah: Marzuki Alie, mantan Ketua DPR RI periode 2009-2014. Petinggi Partai Demokrat ini memiliki saham di PT Gunung Mas Mineral, yang izin operasi tambangnya hampir habis.
Kepada Bareksa.com, Marzuki mengatakan selain PT Gunung Mas dan Semen Indonesia, Semen Jawa juga akan membangun pabrik di wilayah yang sama. Marzuki mengaku dia malahan lebih dulu ingin membangun pabrik di area ini dibandingkan perusahaan lain. Soal di mana persis letaknya dan berapa luas areal tambang perusahaannya, Marzuki tidak tahu secara mendetail. Dia juga mengaku lupa ketika ditanya berapa besar saham miliknya di perusahaan ini.
"Ya, saya justru duluan mau bangun, tapi ada masalah dengan bupati yang dulu. Izinnya tumpang tindih. Yah, kami mengalah saja," katanya. Menurut dia, meski pabrik semennya belum dibangun, tambang kapurnya tetap beroperasi sesuai izin yang sudah diberikan.
Semen bukan soal asing buat bagi Marzuki. Dia tercatat pernah menjabat sebagai Direktur Komersial PT Semen Baturaja, sebelum kemudian terjun ke kancah politik.
Gambar: Peta Potensi Tambang di Rembang, Jawa Tengah
Sumber: Radio Citra Bahari Rembang
Gambar: Peta Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
Sumber: Berita rembang
PT Semen Indonesia Rembang (SIR)
Tak kalah menarik, di kawasan yang sama juga ada PT Semen Indonesia Rembang (PT SIR). Walaupun namanya mirip, namun perusahaan ini tidak ada hubungan sama sekali dengan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
PT SIR baru menjejakkan kaki di Rembang. Rencananya mereka juga akan membangun pabrik semen baru, tepatnya di Kemacatan Sluke yang hanya berjarak beberapa kilometer dari pabrik Semen Indonesia. Pabrik SIR akan berdiri di atas lahan seluas 55 hektare.
Di tengah jalan, PT SIR menunda pembangunan pabrik semen dan beralih jadi pabrik pengolahan nikel di bawah naungan PT Rembang Smelter Indonesia (RSI) di Desa Sendang Mulyo, Kecamatan Sluke, Rembang. Pada tanggal 13 Maret 2015 lalu, digelar acara syukuran pembangunan pabrik itu. Diberitakan SuaraMerdeka.com, smelter ini dibangun di area yang sama dengan area tambang PT SIR, seluas 12 hektare dan memiliki kapasitas produksi 7.000 ton ferro nikel per bulan.
Soal pembangunan pabrik semen, Direktur PT RSI Fajar Suhendra mengatakan pihaknya masih menunggu keluarnya izin. "Insya Allah, jika situasi dan kondisi baik, kami dapat segera melaksanakan pembangunan kedua pabrik tersebut," kata Fajar.
Plt. Bupati Rembang, Abdul Hafidzh, membenarkan bahwa pembangunan pabrik PT SIR masih menunggu rampungnya proses perizinan. Saat ditanya sejauh mana prosesnya, Hafidzh menjawab, "Kami sebagai pemerintah tidak mau berspekulasi. Jika sudah memenuhi kaidah-kaidah yang disyaratkan dan juga sesuai dengan peraturan yang ada akan kami dukung."
PT Bangun Arta
Pemain lain adalah PT Bangun Arta. Sohib, staf marketing, membenarkan perusahaannya mempunyai tambang kapur di daerah Tegaldowo, Rembang. Menurut dia, yang ada di Rembang itu adalah anak perusahaan PT Bangun Arta, yakni PT Rembang Bangun Persada (RBP). PT RBP sehari-hari menambang batu kapur dan menjualnya kepada PLN untuk keperluan pembangkit listrik. Tidak ada proses pengolahan yang dilakukan di areal pertambangan. Bahan mentah langsung dimuat ke dalam truk dan diangkut ke Pelabuhan Sluke untuk dibawa ke Jepara.
Tertera di situs perusahaan, PT RBP telah beroperasi sejak tahun 2011. Luasan area tambang mereka seluas 38 hektare dan melakukan penambangan hingga 450 meter di atas laut. Lokasinya terletak sekitar 37 km dari Kota Rembang.
Hasil dari tambang PT RBP dijual ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B di Jepara, dengan kontrak 10 tahun (2010-2020). Di luar PLN, batu kapur juga dijual ke pembeli lain melalui Pelabuhan Tanjung Bonang. Bangun Arta memiliki stockpile -- penampungan batu kapur sebelum masuk kapal-- dengan luas 8.100 m2 dan kapasitas 35.000 ton.
Sumber: Website PT Bangun Arta
Penambang lokal
Kepala Desa Tegaldowo, Suntono, kepada Bareksa mengatakan di daerahnya selama ini memang sudah ada banyak tambang kapur, jauh sebelum Semen Indonesia masuk Rembang. Bahkan sudah ada yang beroperasi sebelum tahun 1990.
Tambang-tambang itu selama ini menjadi penopang hidup sebagian warga desa, antara lain tambang PT Sinar Asia Fortuna, PT ICCI, PT Karang Jati, dan PT Amir Hajar Kilsi. Sisanya, adalah tambang rakyat yang dikelola secara tradisional oleh kelompok-kelompok warga.
Mereka mengambil batu kapur mentah untuk dijual lagi sebagai bahan baku. Pembelinya beragam, mulai dari Krakatau Steel yang lalu digunakan untuk pemurnian baja, hingga produsen yang membutuhkan bahan baku industri cat dan juga pasta gigi. Tambang-tambang ini terletak persis di sebelah lahan tambang PT Semen Indonesia Tbk (Persero) (SMGR).
"Mayoritas waga desa bekerja sebagai buruh tambang kapur. Mau kerja apa lagi, Mas? Paling hanya sedikit yang bisa sekolah dan bekerja sebagai montir atau jadi satpam," ujar Suntono. Ia menambahkan kegiatan penambangan sudah dilakoni warga setempat semenjak tahun 1997.
Sekretaris Daerah Rembang, Hamzah Fatoni, menjelaskan PT Amar Hajar Kilsi merupakan tambang batu andesit seluas 27 hektare dan menyerap 26 tenaga kerja. Adapun PT Sinar Asia Fortuna memiliki luasan tambang batu kapur 97,14 hektare, pabrik seluas 32 hektare, dan menyerap 60 tenaga kerja. PT ICCI yang juga tambang batu kapur beroperasi di lahan seluas 25 hektare, dan mempekerjakan 35 orang.
Hal serupa diungkapkan Plt. Bupati Rembang, Abdul Hafidzh. Kepada Bareksa, Hafidzh mengatakan tambang kapur di daerahnya sudah beroperasi semenjak 17-18 tahun lalu. Perizinannya dipegang oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Dia menjelaskan berbagai tambang kapur tersebut menyumbang Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp10 miliar setiap tahunnya. Angka ini sekitar 6 persen dari total PAD tahunan Kabupaten Rembang yang mencapai Rp182 miliar.
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)
Diprotes sebagian warga, tambang kapur SMGR sendiri sebetulnya malah belum beroperasi sama sekali. Yang baru berjalan adalah proses pembangunan pabrik semen berteknologi modern di atas lahan seluas 54 hektar.
Izin PT Semen Indonesia sendiri telah dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 7 Juni 2012 dengan nomor 660.1/17.thn 2012.
Kepada Bareksa.com, pakar geoteknik, hidrogeologi dan lingkungan geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terlibat dalam proses perancangannya, Dr. Budi Sulistijo, menjelaskan izin yang diperoleh SMGR sebetulnya 800 hektare, akan tetapi untuk menghindari lokasi mata-mata air, maka diputuskan area yang akan ditambang tidak seluas itu.
Rancangan SMGR menyebutkan hanya 405 hektare saja yang akan ditambang. Sisanya, 22 persen areal di pinggir tambang, tidak akan ditambang dan akan dibangun zona penyangga (buffer zone). Di sini akan ditanami pepohonan untuk meredam debu yang mengepul dari area dan suara bising dari pekerjaan tambang.
Gambar: Peta Tambang Kapur SMGR di Rembang
Sumber: SMGR
Pembangunan pabrik diperkirakan akan menelan dana investasi hingga Rp4,4 triliun dengan asumsi kurs rupiah Rp12.500 per dolar AS. Jika tak ada aral melintang, pabrik ini diperkirakan akan rampung pada akhir tahun 2016.
Agung Wiharto, Corporate Secretary SMGR, menerangkan selama pembangunan proyek pabrik baru mencapai puncaknya diperkirakan bakal menyerap 3.500 tenaga kerja. "Per akhir Maret 2015, pekerja di proyek pembangunan pabrik baru sudah mencapai 1600 orang," tambah Agung. Pembangunan fisik pabrik akan dilakukan di atas lahan seluas 54 hektare.
Dan nanti ketika pabrik telah selesai dibangun dan beroperasi penuh maka akan menghasilkan semen hingga 3 juta ton per tahun dan membutuhkan tenaga kerja sekitar 480 orang. (kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.