SURVEI - Enam Bulan Pertama Jokowi, 3 Analis Puas, 4 Tidak; Apa Plus Minusnya?

Bareksa • 25 Mar 2015

an image
Indonesian President Joko Widodo speaks during the Indonesia business forum in Tokyo March 24, 2015. Widodo is in Japan for a four-day visit. (REUTERS/Yuya Shino)

Kinerja Jokowi akan lebih baik dari pemerintahan lalu, walaupun belum sebaik ekspektasi masyarakat yang tinggi: analis.

Bareksa.com - Memasuki bulan keenam pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, analis pasar modal memiliki pendapat yang terbelah hampir berimbang antara puas dan tidak merasa puas terhadap langkah-langkah kebijakan yang dilakukan oleh kedua pemimpin tertinggi negara ini.

Tiga analis menyatakan 'puas', empat 'tidak/kurang puas', dan empat netral, menurut survei yang dilakukan Bareksa terhadap 11 analis pasar modal antara tanggal 23 dan 24 Maret 2015. Dari sisi harapan, delapan analis menyatakan optimis terhadap prospek efektifitas pemerintahan Jokowi kedepannya, sementara tiga analis menyatakan netral. Tidak ada yang tidak optimis. 

Tabel: Hasil Survei Bareksa tanggal 23-24 Maret 2015

Beberapa kebijakan yang dibuat pemerintah dinilai mendukung pertumbuhan, namun beberapa kebijakan lainnya menimbulkan reaksi pasar yang negatif. Indeks Harga Saham Gabungan sejak Jokowi menjabat Presiden naik 19 persen menjadi 5.447,65, sementara rupiah melamah 7,86 persen. Tetapi rupiah banyak dipengaruhi faktor eksternal, yaitu penguatan ekonomi Amerika Serikat yang mendorong penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang dunia.    

Arifin Hasudungan analis Mega Capital menyayangkan penyampaian rencana strategis oleh pemerintah yang kurang baik contohnya sewaktu pemerintah mengumumkan penurunan harga semen. Hal tersebut menimbulkan kepanikan di pasar. "Penyampaian rencana strategis kurang baik, seharusnya ada salah satu jubir (juru bicara) yang bisa menyampaikan dengan baik," katanya saat dihubungi Bareksa.

Karena hal tersebut, ditambah dengan faktor politik yang dinilai masih kurang kondusif, Arifin menyatakan kurang puas terhadap kinerja pemerintah Jokowi.

Hal serupa dinyatakan analis NH Korindo Securities Reza Priyambada, yang mengaku kurang puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi karena pola komunikasi yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat belum mengena. Pengumuman kebijakan yang kurang jelas menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi pasar.

"Komunikasi yang belum mengena dengan masyarakat, dan realisasi kebijakan sampai saat ini masih ditunggu," katanya kepada Bareksa.

Walaupun demikian, Reza menyatakan optimismenya terhadap pemerintahan untuk dapat memperbaiki kondisi makro ekonomi di masa mendatang. Optimisme tersebut didukung dengan langkah pemerintah dalam memprioritaskan pembangunan infrastruktur, walaupun menurutnya realisasi pembangunan sampai saat ini masih dinantikan.

Lana Soelistyonisngsih, ekonom Samuel Aset Manajemen, lebih memilih untuk bersikap netral terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo. Lana menyatakan konsep pembangunan yang dijalankan pemerintah sudah bagus, namun lagi-lagi implementasi kebijakan masih ditunggu.

"Terlalu awal kalau kita nilai sekarang. Tahap awal sudah oke, tinggal implementasinya yang masih kita tunggu. Paling tidak kita tunggu 6 bulan lagi," katanya.

Berbeda dengan pandangan ketiga analis diatas, David Suyanto, Analis First Asia Capital, menyatakan kepuasannya terhadap kinerja pemerintah Jokowi.

Hal tersebut didasarkan dari laporan data makro ekonomi Indonesia seperi inflasi dan neraca perdagangan yang lebih baik. "Secara realistis kita lihat data Inflasi dan Neraca yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Selain itu kebijakan pemerintah terlihat punya visi."

David optimis pemerintah dapat terus memperbaiki kondisi ekonomi. Secara tidak langsung David mengatakan bahwa kinerja Jokowi akan lebih baik dari pemerintahan sebelumnya, walaupun belum sebaik ekspektasi masyarakat yang dinilainya terlalu tinggi. (qs)