Bareksa.com – Rencana pemerintah untuk menurunkan bunga kredit kepemilikan rumah (KPR) untuk rumah bersubsidi langsung direspon negatif oleh pelaku pasar. Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) pun telah turun telah turun 17,2 persen menjadi Rp1.000 per saham dari harga penutupan tanggal 9 Januari 2015.
Sebelumnya, pemerintah dalam RAPBN-P 2015 berencana menurunkan suku bunga kredit KPR Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi 5 persen dari sebelumnya 7,25 persen. (Baca Juga: Belajar Dari Semen, Penurunan Bunga Rumah Murah Jadi 5% Akan Pukul Perbankan)
Dalam laporan yang telah dibagikan kepada nasabahnya, analis Mandiri Sekuritas Tjandra Lienandjaja menilai penurunan harga saham BBTN disebabkan karena pelaku pasar telah memperkirakan adanya penurunan pendapatan BBTN.
Tjandra pun membuat lima skenario untuk melihat pengaruh kebijakan tersebut kepada laba BBTN. Hasil terbaik untuk simulasi tersebut mengungkapkan laba BBTN akan meningkat 6 persen menjadi Rp1,74 triliun dari estimasi sebelumnya yang diperkirakan mencapai Rp1,63 triliun. Kenaikan tersebut terjadi seiring dengan peningkatan Net Interest Margin (NIM) BBTN sebesar 9 bps menjadi 4,75 persen.
Sementara, untuk hasil terburuk, diperkirakan keuntungan BBTN akan mengalami penurunan laba bersih 29 persen menjadi Rp1,16 triliun akibat menurunnya NIM BBTN hingga 43 bps menjadi 4,65 persen.
Berdasarkan laporan tersebut, BBTN beserta 20 bank umum lainnya telah menyalurkan lebih dari 90 persen kredit FLPP sejak tahun 2012. Untuk BBTN sendiri, nilai penyaluran KPR setara dengan 29 persen dari total kredit yang disalurkan BBTN. (hm)