Ini Reaksi Emiten Terhadap Penurunan Harga BBM dan Semen

Bareksa • 16 Jan 2015

an image
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Wapres Jusuf Kalla (kiri), Menteri ESDM Sudirman Said (kanan) dan Mendagri Tjahjo Kumolo (kedua kiri) mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/11/2014) (ANTARA FOTO/Andika Wahyu).Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Wapres Jusuf Kalla (kiri), Menteri ESDM Sudirman S

INTP, SMGR dan AUTO menanggapi kebijakan tersebut dengan beragam respon

Bareksa.com - Pengumuman penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), gas elpiji dan semen oleh pemerintah mendapat respon yang beragam dari sejumlah emiten yang bergerak di sektor semen dan otomotif. 

Corporate Secretary PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Agung Wiharto mengatakan pihaknya akan mengikuti program pemerintah meskipun harus kembali meninjau biaya untuk menjaga efisiensi. (Baca juga: Harga BBM Turun, IHSG Tiba-Tiba Merah; Turun ke 5.184,85)

"Penurunannya mencapai Rp60.000 per ton. Kalau memang itu program pemerintah, kami akan support karena pemerintah adalah pemegang saham," ujarnya ketika dihubungi Bareksa.com pada 16 Januari 2015.

Dia pun mengakui bahwa produsen semen terbesar nasional itu terpaksa harus menghemat biaya karena keputusan ini. Efisiensi akan dilakukan dengan membatasi pemakaian listrik, telepon dan mengurangi transportasi untuk urusan yang kurang penting. 

"Kami akan menekan biaya dan pasti selalu melakukan maintenance," tambahnya. 

Di sisi lain, perusahaan yang terafiliasi produsen semen di Jerman, PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) belum mengetahui kebijakan baru tersebut. Hal tersebut diutarakan oleh Corporate Secretary Indocement Sahat Pangabean. 

"Saya belum tahu, nanti saya koordinasi dulu mengenai hal ini," ungkap Sahat kepada Bareksa.com.

Menurutnya, penentuan harga jual tidak hanya dipengaruhi oleh penurunan harga minyak. "Lagipula kita sudah tidak menggunakan minyak subsidi dari sisi produksi."

Di saat yang sama, kebijakan penurunan harga BBM ini tidak berpengaruh langsung terhadap harga jual produsen otomotif. Hal itu diungkapkan oleh Direktur PT Astra Otopart Tbk (AUTO) Robby Sani. 

"Price adjusment ke OEM (produsen suku cadang asli) dilakukan secara berkala, ada yang 3 bulan atau 6 bulan sekali. Jadi jika ada kenaikan atau penurunan harga BBM, tarif listrik atau kurs Rupiah terhadap dolar AS akan dibahas secara berkala," ujarnya ketika dihubungi Bareksa.com.

Seperti yang diketahui, pemerintah baru saja mengumumkan penurunan harga BBB menjadi Rp7.600 per liter, harga gas elpiji menjadi Rp129.000 per tabung 12 kg, dan harga semen sebesar Rp3.000 per kantong (sak) yang akan diterapkan kepada produsen terutama badan usaha milik negara (BUMN). (Baca Juga: BBM Premium Turun Rp1.000 menjadi Rp6.600; Positif Bagi ASII, ACES, LPPF & INDF)