Bareksa.com - Begitu menduduki kursi Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Sofyan Basir langsung berhadapan dengan utang perseroan yang sama sekali tak kecil -- sebesar Rp348 triliun. Yang menarik, utang segunung itu sebagian besar berasal dari fasilitas kredit PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), yang sebelum ini dia pimpin.
Utang PLN melonjak seiring bertambahnya proyek pembangunan pembangkit listrik. Beban bunga PLN naik signifikan di tahun 2012, hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Beban bunga PLN sepanjang Januari-September 2014 mencapai Rp26,9 triliun, atau sekitar 12 persen dari pendapatan usaha perseroan. Padahal pada tahun 2011, angkanya masih di kisaran 4 persen.
Dilihat dari rasio laba usaha terhadap beban bunga (interest coverage) dalam sembilan bulan terakhir pada tahun 2014 ini -- sebesar 1,5 kali -- kesehatan PLN berada di bawah standar wajarnya perusahaan pelayanan umum (utility). Menurut Investopedia, minimum rasio interest coverage industri ini adalah 2 kali.
Akan tetapi, jika dilihat trennya, rasio ini meningkat setiap tahunnya. Ini menunjukkan kinerja keuangan PLN ada perbaikan.
Grafik: Beban Bunga dan Rasio Interest Coverage Periode 2010 s.d. September 2014
Sumber: Bareksa.com
Berdasarkan laporan keuangan PLN pada akhir September 2014, utang terbesar berasal dari sewa pembiayaan yang mencapai Rp134,9 triliun, atau mencapai 39 persen dari utang berbunga. Tingkat bunga bervariasi dari 5 persen sampai 20 persen per tahun.
Ini merupakan utang pengembang tenaga listrik swasta (IPP) terkait perjanjian jual beli listrik.
IPP terbesar berasal dari PT Paiton Energy Rp34,2 triliun, PT Jawa Power Rp19,4 triliun dan PT Cirebon Electric Power Rp7,3 triliun. Terdapat juga perjanjian sewa pembiayaan dengan PT Central Java Power untuk pengadaan pembangkit listrik 4 X 660 MW Tanjung Jati senilai Rp29 triliun.
Selain itu PLN juga menerbitkan obligasi dan Medium Term Notes (MTN) senilai Rp82,7 triliun dengan rata-rata kupon 10,7 persen per tahun.
PLN juga memiliki utang bank sebanyak Rp85,4 triliun atau mencapai 24,5 persen dari utang berbunga.
Di antara bank-bank BUMN lainnya, PLN paling banyak meminjam dari BRI. Terkait program percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara, PLN berutang Rp12,3 triliun kepada BRI. Dan di luar program tersebut masih ada utang sebesar Rp8,5 triliun. Sehingga, total utang di BRI mencapai 24,3 persen dari utang bank PLN.
Ini menarik, karena sebelum memimpin PLN Sofyan Basir menjabat sebagai Direktur Utama BRI. Artinya, Sofyan sudah mengetahui kondisi keuangan PLN. Setidaknya, dia bisa diandalkan untuk merancang strategi pembiayaan PLN untuk menopang proyek-proyek pembangunan pembangkit listrik yang begitu mendesak agar negeri ini tak terjatuh dalam krisis listrik. (qs)