Harga Minyak Turun, Defisit Transaksi Berjalan Turun Jadi 2,5% Tahun Depan
Riset Credit Suisse mengatakan pemerintah menerima pembayaran positif bersih untuk setiap liter minyak yang dijual
Riset Credit Suisse mengatakan pemerintah menerima pembayaran positif bersih untuk setiap liter minyak yang dijual
Bareksa.com - Merosotnya harga minyak dunia memiliki keuntungan yang cukup besar bagi ekonomi Indonesia. Credit Suisse berpendapat turunnya harga minyak akan membantu mengurangi defisit current account menjadi 2,5 persen pada 2015 dan menekan defisit fiskal.
Berdasarkan riset Credit Suisse yang disampaikan pada nasabah, selama dua tahun terakhir ini dua tantangan terbesar ekonomi Indonesia adalah neraca berjalan (current account) dan defisit fiskal, yang memiliki keterkaitan dengan harga minyak dan subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Harga minyak global telah turun 40 persen sejak Juni tahun ini. Sementara itu, pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo baru saja menaikkan harg jual BBM bersubsidi sebesar 30 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Menurut Credit Suisse, subsidi yang disalurkan pemerintah dengan kondisi terbaru ini bisa dikatakan hampir nol persen. Selain itu, dengan harga minyak yang menyentuh $60 per barel, pemerintah menerima pembayaran positif bersih untuk setiap liter minyak yang dijual. Artinya, pemerintah justru mendapat untung dari kenaikan harga BBM bersubsidi itu.
Credit Suisse dalam risetnya memperkirakan bahwa total biaya subsidi BBM ke Indonesia mencapai $23 miliar dan dengan harga minyak sekarang seharusnya pemerintah mendapat tambahan $8 miliar.
Grafik Defisit Transaksi Berjalan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Sumber : Bank Indonesia, data diolah Bareksa.com
Pasca penurunan harga minyak global, defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2014 berkurang menjadi 3,07 persen dari PDB dibandingkan 4,27 persen pada kuartal II-2014.
Membaiknya current account dan defisit fiskal akan berpengaruh pada menguatnya rupiah dan yield obligasi serta akan menarik minat investor untuk berinvestasi di Indonesia.
CPO dan Batubara
Berkaitan dengan penurunan harga minyak dunia, muncul kekhawatiran akan dampaknya terhadap ekspor utama Indonesia, yaitu batubara dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Selama ini, faktor yang paling menggerakkan harga batubara adalah permintaan dari China dan India, bukan harga minyak. Lagipula, penurunan harga batubara jauh lebih tajam dibandingkan dengan yang terjadi pada harga minyak.
Sementara itu, dampak harga minyak gloab terhadap harga CPO bisa lebih terlihat karena Indonesia dan Malaysia menggunakan CPO untuk diolah menjadi biodiesel. Dengan turunnya harga minyak, nilai ekonomi dari minyak sedikit berkurang.
Grafik Pergerakan Harga CPO Sejak 22 September 2014
Sumber : Bareksa.com
Harga CPO pada akhir pekan lalu telah meningkat 2,96 persen menjadi MYR2.153 per ton dibandingkan pada tanggal 22 September lalu yang berada pada MYR2.091 per ton. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.