Politik Bisa Berubah Dalam Sekejap, Timbulkan Fluktuasi Pasa

Bareksa • 10 Sep 2014

an image
Lanang Trihardian, analis investasi PT Syailendra Capital

Syailendra Capital masih optimis untuk kinerja pasar saham

Bareksa.com - Pada minggu ini, Syailendra Capital memperkirakan IHSG akan bergerak pada level 5137 – 5241. Kinerja pasar saham Indonesia tahun ini memang impresif, bahkan salah satu yang terbaik di Asia Pasifik secara Year-to-Date didorong derasnya arus dana asing yang masuk. Tetapi investor perlu waspadai risiko politik dalam jangka pendek ini.

Pembentukan kabinet pada akhir Oktober/awal November akan menjadi ujian pertama bagi Jokowi untuk menunjukkan ke pasar sejauh mana independensi Presiden dalam mengambil keputusan tanpa dipengaruhi kepentingan politik partai.

Selain itu juga pembentukan koalisi di parlemen, yang akan menentukan tingkat kesulitan pemerintah baru untuk mendapatkan persetujuan dalam merevisi APBN dan menggulirkan kebijakan-kebijakan ekonomi kedepan akan mendorong fluktuasi di pasar saham.

Dan risiko yang terbesar adalah valuasi pasar saham yang sudah relatif tinggi, dimana rasio price to earning (PER) IHSG saat ini mencapai 15.5 x, jauh di atas rata-rata PER IHSG yang mencapai 13.1 x selama 8 tahun terakhir.

Valuasi yang tinggi ini mengimplikasikan tingginya ekspektasi investor terhadap Indonesia, yang sekaligus membuat pasar rentan mengalami kekecewaan. Dan apabila pemerintahan Jokowi-JK ternyata nantinya tidak mampu memenuhi ekspektasi tersebut, pasar berpotensi terkoreksi dalam.

Tetapi dalam jangka menengah, Syailendra masih optimis (bullish) terhadap pasar saham Indonesia. Perlu kita ingat, segala sesuatu di dunia politik dapat berubah dalam waktu singkat. Misalkan saja anggota koalisi pendukung pemerintahan Jokowi-JK masih mungkin bertambah, tergantung kepentingan partai-partai anggotanya.

Syailendra menilai Current Account Deficit akan secara signifikan turun pada semester II 2014 ini. Kami melihat CAD untuk FY2014 akan turun di sekitar level 3% dari gross domestic product (GDP), yang terutama didorong oleh perbaikan ekspor komoditas. Apabila pemerintahan yang baru nanti berhasil melaksanakan reformasi struktural, kami yakin perekonomian Indonesia tahun 2015 akan tumbuh lebih cepat.

IHSG secara year to date telah berhasil mencatat kenaikan sebesar 20,2%. Namun harus diakui bahwa kinerja yang bagus tahun ini lebih ditopang oleh arus dana asing yang mengalir deras sejak awal tahun. Investor asing tercatat telah melakukan aksi beli bersih mencapai Rp57 triliun year to date.

 

Sumber: Syailendra

Beberapa alasan mengapa dana asing mengalir masuk demikian derasnya antara lain:

1) Prospek membaiknya neraca perdagangan dan transaksi berjalan setelah mengalami tekanan hebat di tahun 2013;

2) Suksesnya Pemilu dan harapan akan perubahan besar dalam masa pemerintahan Jokowi;

3) Pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan mengalami akselerasi dengan bergulirnya program pembangunan infrastruktur dan mengalirnya FDI;

4) Menguatnya nilai tukar Rupiah, yang dapat memberikan ruang untuk BI menurunkan suku bunga di tahun 2015;

5) Pengurangan subsidi BBM dapat meningkatkan rating Indonesia oleh S&P menjadi “investment grade”;

6) Disamping itu, secara global dalam beberapa bulan terakhir juga terjadi trend penurunan yield obligasi pemerintah, khususnya di AS, Jerman, dan Jepang.

Hal ini menjadi katalis positif bagi pasar saham global dan membuat banyak pasar saham mencatat rekor tertinggi baru. IHSG sempat ditutup di level 5224 pada hari Rabu (3/9) lalu, sebuah rekor tertinggi baru, sekaligus memecahkan rekor sebelumnya di 5215 yang dicapai pada Mei 2013.

Perbaikan pada neraca perdagangan sejak bulan Mei lalu membuat investor percaya bahwa masa-masa terburuk defisit transaksi berjalan pada kuartal II telah kita lewati. Minggu lalu IHSG akhirnya masih berhasil ditutup menguat 80 poin atau +1,6% WoW ke level 5217.

Kenaikan indeks terutama dimotori oleh saham-saham sektor telekomunikasi (EXCL, TLKM, dan TBIG), sektor perbankan (BBCA dan BBNI), dan sektor pertambangan (INCO dan ANTM). Sementara sepanjang minggu lalu Investor asing tercatat melakukan aksi net buying sebesar Rp1.053 miliar. Dari sisi nilai tukar Rupiah, minggu lalu Rupiah ditutup level Rp11.759 per dolar Amerika.

 

*Lanang Trihardian adalah Investment Analyst PT Syailendra Capital