Target Pertumbuhan Ekonomi Jokowi-JK Sebesar 7% Sulit Diraih

Bareksa • 25 Aug 2014

an image
Suasana pemukiman penduduk di antara gedung bertingkat di Jakarta - (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Percepatan pertumbuhan ekonomi tanpa perbaikan struktural menimbulkan kenaikan inflasi dan pelemahan Rupiah

Bareksa.com - Pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar tujuh persen selama masa pemerintahannya yaitu tahun 2014-2019.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta pesimistis target tersebut dapat terpenuhi dalam kurun waktu lima tahun karena Indonesia saat ini lebih butuh kestabilan ekonomi ketimbang percepatan pertumbuhan ekonomi.

"Untuk mengurangi subsidi, menambah budget infrastruktur, dan membuka peluang investasi asing dalam waktu lima tahun pertama akan sulit," kata Rangga kepada Bareksa.com.

Akbar Faizal, Deputi Bidang Infrastruktur, Perumahan Rakyat dan Transportasi Kantor Transisi Jokowi-JK juga mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan tersebut membutuhkan anggaran investasi infrastruktur sebesar Rp6.500 triliun.

Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) hanya mampu mendanai sekitar 25 persen dari anggaran investasi atau sebesar Rp1.638 triliun sementara sisanya diperlukan bantuan dari pihak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta.

Rangga menilai percepatan pertumbuhan akan meningkatkan impor yang berakibat pada peningkatan inflasi serta pelemahan nilai tukar rupiah. Tetapi jika dalam jangka waktu menengah harga komoditas kembali mengalami kenaikan, maka akan membantu pertumbuhan ekonomi.

"Kalau harga-harga komoditas terutama barubara, CPO, dan mineral lainnya seperti bauksit dan nikel mengalami peningkatan, mungkin pertumbuhan ekonomi bisa mencapai sekitar 6-6,3 persen," prediksi Rangga kepada Bareksa.com. (NP)

 

*Oleh Nurul Fauziyah