Investasi asing melambat, investasi dalam negeri melaju

Bareksa • 30 Apr 2014

an image
Lanang Trihardian, analis investasi PT Syailendra Capital

Foreign Direct Investment sepanjang kuartal I 2014 mencapai Rp72 triliun (US$6,2 miliar).

Bareksa.com - Pasar saham Indonesia minggu lalu sudah mulai stabil dan cenderung bergerak sideways sepanjang minggu dalam kisaran 4880-4895. Indeks berkali-kali mencoba menembus level psikologis 4900, namun selalu gagal.

Menurut kami ini disebabkan oleh kinerja 1Q14 emiten yang diumumkan minggu lalu rata-rata sesuai dengan ekspektasi investor. Beberapa emiten yang telah mengumumkan kinerja 1Q14-nya antara lain BBRI, TLKM, EXCL, UNVR, BTPN, SCMA, ARNA, dan SMBR. Sebagian besar emiten-emiten tersebut berhasil membukukan kinerja yang sesuai dengan ekspektasi, kecuali BTPN yang kinerjanya di bawah ekspektasi.

Kinerja BTPN yang di bawah ekspektasi merefleksikan tekanan yang dialami oleh bank-bank papan tengah dan bawah saat likuiditas di industri perbankan mulai surut. Bank-bank papan tengah ini selalu kalah dengan bank-bank papan atas, seperti BBCA, BMRI, dan BBRI, dalam menarik dana simpanan dari masyarakat. Akibatnya kinerjanya tergerus oleh peningkatan cost of funds. Sementara BBRI sendiri justru mencetak kinerja yang memuaskan setelah berhasil mempertahankan cost of funds dan diwaktu yang sama sudah menaikkan suku bunga pinjaman.

Namun, secara keseluruhan kami menilai kinerja 1Q14 emiten hingga saat ini masih dapat dikategorikan bagus, sehingga belum ada yang mengkhawatirkan.

Minggu lalu IHSG akhirnya hanya ditutup flat di level 4898. Sementara sepanjang minggu lalu investor asing kembali tercatat melakukan aksi net buying signifikan sebesar Rp1.391 miliar. Dari sisi nilai tukar Rupiah, minggu lalu tercatat Rupiah harus ditutup melemah ke level Rp11.565/USD.
 
Minggu lalu Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) di Indonesia sepanjang kuartal I 2014 yang mencapai Rp72 triliun (US$6,2 miliar), tumbuh 9,8% YoY. Meskipun secara nilai FDI tersebut masih tumbuh, namun tingkat pertumbuhannya melambat apabila dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2013 yang mencapai 25,4%.

Perlambatan pertumbuhan FDI ini kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian di perekonomian global beberapa bulan terakhir ini. Untungnya investasi dalam negeri masih berhasil mencetak pertumbuhan sebesar 26% YoY menjadi Rp34,1 triliun (US$3 miliar) untuk periode 1Q14, sehingga total realisasi investasi 1Q14 masih mencatat pertumbuhan yang sehat sebesar 14,6% YoY menjadi Rp106,6 triliun (US$9,3 miliar). Hasil ini juga menjadi ketigakalinya secara berturut-turut sejak 3Q13 total realisasi investasi kuartalan Indonesia menembus angka Rp100 triliun.

Dari sisi kontributornya, dua negara penyumbang investasi terbesar di Indonesia adalah Singapura dan Jepang, yang masing-masing mengkontribusikan sebesar US$1.281 juta dan US$952 juta. Meskipun aliran dana investasi langsung asing masih terus mengalir, namun pertumbuhannya sudah melambat, sesuai yang diperkirakan oleh pasar. Apabila nanti negara-negara maju dan China sudah pulih ekonominya, akan semakin sulit bagi Indonesia untuk menarik investasi asing. Dibutuhkan terobosan dari pemerintah agar mampu mempertahankan aliran FDI ke Indonesia untuk 3-4 tahun ke depan.
 
Terobosan tersebut tak lain merupakan bagian dari reformasi struktural seperti yang sudah sering kami kemukakan sebelumnya. Pemerintah harus membuat perizinan untuk investasi semudah dan sesederhana mungkin. Program single window untuk investasi harus terus diperbaiki agar investor tidak perlu pusing-pusing mengurus bermacam-macam perizinan hanya untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Pelayanannya juga harus secepat mungkin. Singapura bisa mengeluarkan izin dalam satu hari, mengapa kita tidak bisa. Biaya pengurusan izin juga harus dibuat sangat murah, karena tidak seharusnya investor asing justru membayar mahal padahal mereka ingin berinvestasi dalam jumlah signifikan.

Kemudian pemerintah yang akan datang juga harus menyediakan infrastruktur yang memadai, khususnya pelabuhan yang efisien, jalan akses ke pelabuhan yang relatif lancar, ketersediaan pasokan listrik, serta apabila mungkin menambah kereta khusus untuk barang dan perluasan bandara.

Apabila seluruh kebutuhan tersebut dapat dipenuhi, kami yakin pemerintah tidak perlu memaksa pengusaha asing untuk berinvestasi di Indonesia, melalui regulasi misalnya, sebab investor asing akan dengan sendirinya berbondong-bondong masuk ke Indonesia.

Minggu ini IHSG akan bergerak di kisaran 4740-4900.
 
*Lanang Trihardian adalah investasi analis PT Syailendra Capital