Bareksa.com - Dalam berinvestasi, setiap orang pasti mengharapkan keuntungan. Namun, keuntungan itu bergantung pada kondisi pasar dan investor perlu mengambil strategi sesuai dengan kemampuannya.
Ada dua strategi yang umum dipakai oleh investor. Pertama, investasi rutin atau berkala yang biasa disebut dollar cost averaging (DCA). Dalam strategi dollar cost averaging, investor biasanya membeli reksadana secara rutin tiap bulan sehingga mendapatkan harga rata-rata.
Kedua, strategi timing the market atau sekali masuk besar (lump sum) yang mengandalkan keahlian investor menentukan titik terbawah pergerakan pasar.
Dari kedua strategi tersebut, mana yang lebih menguntungkan untuk investasi reksadana saham? Mari gunakan simulasi reksadana Bareksa yang berdasarkan data historis.
Seorang investor bernama Amir membeli reksadana Syailendra Equity Opportunity Fund senilai Rp60 juta pada 4 Januari 2016. Kemudian, Amir hanya menyimpan reksadana itu dan tidak menambahnya hingga sekarang.
Per 4 Januari 2021, nilai reksadana Amir sudah mencapai Rp83,5 juta. Artinya, dia mendapatkan keuntungan sebesar Rp23,5 juta atau 39,22 persen dari modal awal investasinya.
Investor lainnya, bernama Boni, juga membeli reksadana saham Syailendra Equity Opportunity Fund senilai Rp1 juta pada 4 Januari 2016. Kemudian, Boni secara rutin menambah (top up) reksadana tersebut Rp1 juta tiap bulan.
Per 4 Januari 2021, nilai reksadana Boni sudah mencapai Rp67,8 juta. Artinya dia mendapatkan keuntungan sebesar Rp6,8 juta atau 11,18 persen dari modal awal investasinya.
Kesimpulannya, investasi reksadana saham dengan modal yang besar dalam jangka waktu panjang bisa menghasilkan keuntungan yang juga besar di saat pasar dalam tren naik. Namun, tidak semua orang memiliki modal yang besar di awal.
Maka dari itu, investasi rutin atau berkala bisa menjadi alternatif bagi investor yang memiliki modal kecil tanpa harus memikirkan kondisi pasar yang naik turun. Dalam jangka panjang, investasi reksadana saham dengan modal kecil tapi rutin pun bisa memberikan keuntungan.
Reksadana saham memiliki risiko tinggi sehingga disarankan hanya untuk investor agresif dengan tujuan investasi jangka panjang.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.