BeritaArrow iconBareksa NavigatorArrow iconArtikel

Resesi Global Mengancam? Ini Peluang Investasi yang Aman

Hanum Kusuma Dewi04 Oktober 2022
Tags:
Resesi Global Mengancam? Ini Peluang Investasi yang Aman
Ilustrasi resesi global yang digambarkan dengan bola dunia dengan grafik panah turun warna merah. (Shutterstock)

ORI022 yang dijamin negara bisa jadi pilihan investasi aman dan stabil

Bareksa.com - Tanda-tanda resesi mengancam ekonomi global, meski dampaknya berbeda di tiap negara. Smart Investor dapat mengambil strategi investasi dengan mempertimbangkan investasi rendah risiko, disesuaikan dengan profil dan jangka waktu investasi.

Sentimen Global

Pergerakan pasar saham dan obligasi Indonesia dalam sepekan terakhir cenderung melemah pasca rilis kebijakan suku bunga acuan global, terutama dari Bank Sentral Amerika dan Bank Indonesia.

Tidak sampai di situ, lembaga keuangan internasional S&P Global Ratings menganalisis bahwa Inggris sebagai salah satu negara maju diduga telah mengalami resesi sejak pertengahan tahun 2022. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua 2022 yang melambat 0,1% sementara inflasi di negara tersebut melonjak hingga 9,9% untuk bulan Agustus.

Promo Terbaru di Bareksa

Konflik geopolitik yang berkepanjangan mendorong perlambatan ekonomi di sejumlah negara dunia, terutama Eropa yang saat ini sangat membutuhkan sumber daya energi untuk menghadapi musim dingin. Hal tersebut diperparah kembali dengan adanya kebocoran saluran pipa gas Nord Stream yang semakin menipiskan aliran energi gas ke kawasan tersebut ke depannya.

Berdasarkan data klaim pengangguran yang menunjukkan perbaikan di pasar tenaga kerja AS membuat ekspektasi investor terhadap kenaikan suku bunga yang lebih agresif akan semakin tinggi. Perbaikan data pasar tenaga kerja mengindikasikan bahwa inflasi tidak akan turun dalam waktu yang lebih cepat.

Salah seorang anggota Bank Sentral AS mengatakan bahwa mereka akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 1,25% lagi pada tahun ini untuk terus melawan inflasi ke level yang terkendali pada level 2-3%. Hal tersebut juga menguatkan opini investor bahwa AS sebagai salah satu perekonomian dunia siap menukar resesi dengan inflasi yang terjaga.

Baca juga Kinerja Pasar Modal September 2022 Tak Ceria, Cuan 10 Reksadana Ini Masih Juara

Lalu, apa dampaknya terhadap Indonesia?

Sejumlah ketidakpastian yang tinggi tersebut turut mendorong lemahnya pergerakan aset investasi saham, obligasi, bahkan emas.

Investor asing untuk sementara waktu berpeluang mengalihkan uangnya dari pasar modal Indonesia dan berinvestasi pada dolar AS seiring dengan penguatan Dollar Index. Pelemahan Rupiah berisiko terus berlangsung ke depannya sehingga BI mewacanakan untuk mengurangi ketergantungan dengan transaksi perdagangan luar negeri menggunakan Dolar AS. BI mewacanakan untuk mulai bertransaksi dengan mata uang lokal dengan Korea Selatan dan Australia kedepannya untuk menjaga Rupiah tetap atraktif.

Pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga sempat menembus ke bawah level 7.000 setelah sebelumnya mengalami penguatan di kisaran level 7.300. Senada dengan pasar obligasi, imbal hasil (yield) acuan juga sempat naik hingga level 7,4% mengikuti pergerakan yield acuan obligasi AS yang sempat naik hingga 4%.

Di lain sisi, harga emas dunia juga turun signifikan dari level tertinggi di 2022, dari sempat menyentuh kisaran US$2.000/ troy ons saat ini melemah di kisaran US$1.650/ troy ons. Hal ini juga turut mendorong penurunan harga emas dalam negeri. Harga jual emas pekan lalu sempat diperdagangkan di bawah level Rp800.000 per gram.

Bagaimana prospek pasar keuangan Indonesia saat ini?

Perlambatan ekonomi secara global bakal terjadi tetapi efeknya dapat berbeda di setiap negara.

Untuk Indonesia, saat ini memang inflasi diproyeksikan masih akan naik hingga akhir tahun dan mata uang Rupiah juga masih cenderung melemah. Namun pekan lalu, Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2022 dapat mencapai level 5,4-6% dan lebih tinggi dari dua kuartal sebelumnya.

Diuntungkan sebagai negara pengekspor komoditas, Indonesia mendorong naiknya surplus neraca perdagangan. Di samping itu, sebagai kompensasi kenaikan harga BBM, dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) juga telah disalurkan ke masyarakat.

Menimbang segala risiko serta peluang yang sudah dipaparkan, investasi di instrumen yang aman dan stabil seperti SBN ritel seri ORI022 yang saat ini sedang ditawarkan, dapat menjadi pertimbangan investor.

Kementerian Keuangan menetapkan imbal hasil atau kupon Surat Berharga Negara (SBN) Ritel jenis Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI022 sebesar 5,95% bersifat fixed (tetap) per tahun. Dengan kupon yang tinggi, serta pajak hanya 10%, dibandingkan pajak deposito yang 20%, imbal hasil bersih ORI022 tentu lebih menarik.

Baca juga Cara Aman dan Cuan Dapat Passive Income Rp22,3 Juta per Bulan dari Investasi di ORI022

Apa yang harus dilakukan investor?

Melihat sejumlah sentimen di atas, investor juga dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi investasi reksadana berikut.

Investor dengan profil risiko agresif dapat wait and see untuk minggu ini, apakah IHSG masih akan terkoreksi, serta tetap cermati sentimen di pasar modal. Jika pergerakan IHSG sudah lebih stabil, investor dapat melakukan akumulasi bertahap di reksadana saham maupun reksadana indeks.

Sementara itu, investor berprofil risiko moderat dapat wait and see pergerakan yield acuan karena masih berpotensi melemah menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan AS maupun Bank Indonesia.

Investor semua jenis profil risiko dapat tetap berinvestasi di reksadana pasar uang yang umumnya lebih stabil.

Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.

Kinerja Reksadana

Daftar Reksa Dana

Imbal Hasil (Return)

Reksa Dana Pasar Uang

1 Tahun

3 Tahun

Capital Money Market Fund

4,37%

17,25%

Syailendra Sharia Money Market Fund

4,06%

15,60%

Sucorinvest Sharia Money Market Fund

4,25%

17,27%

Reksa Dana Pendapatan Tetap

1 Tahun

3 Tahun

TRIM Dana Tetap 2

4,04%

17,50%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

6,79%

31,09%

Sucorinvest Stable Fund

6,75%

-

Reksa Dana Saham & Indeks

YtD

1 Tahun

Avrist Ada Saham Blue Safir

12,87%

20,49%

Bahana Dana Prima

14,85%

20,91%

BNP Paribas Sri Kehati

15,29%

26,62%

Sumber: Tim Analis Bareksa, Return per NAV 29 September 2022


(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.


Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua