BeritaArrow iconBareksa NavigatorArrow iconArtikel

Bareksa Insight Weekly: Investasi Saat Inflasi Tinggi, Reksadana Indeks Ini Cuan 27 Persen Setahun

Hanum Kusuma Dewi08 Agustus 2022
Tags:
Bareksa Insight Weekly: Investasi Saat Inflasi Tinggi, Reksadana Indeks Ini Cuan 27 Persen Setahun
Ilustrasi investor memantau kinerja keuangan emiten dan pergerakan pasar saham. Positifnya kinerja emiten berdampak positif terhadap reksadana saham dan reksadana indeks berbasis saham big caps. (Shutterstock)

Reksadana, SBN dan emas dapat menjadi pilihan investasi yang disesuaikan dengan jangka waktu dan profil risiko investor

Bareksa.com - Indonesia mengalami inflasi tinggi karena peningkatan harga barang-barang seiring pemulihan ekonomi. Agar nilai uang saat ini tidak tergerus inflasi, masyarakat dapat berinvestasi di reksadana, surat berharga negara (SBN) atau emas untuk jangka waktu tertentu menyesuaikan dengan profil risiko.

Riset Bareksa menilai dalam setahun terakhir, inflasi di Indonesia konstan mengalami kenaikan karena didorong oleh pemulihan ekonomi yang terus berjalan serta dipengaruhi tingginya harga komoditas global. Inflasi Juli 2022 juga menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2015, yakni di level 4,94% secara tahunan (YoY).

Angka Inflasi Tahunan (% YoY)

Promo Terbaru di Bareksa

Illustration

Sumber: BPS, Bareksa Research Team

Kenaikan harga barang dan jasa ini juga harus dibarengi dengan investasi yang tepat agar nilai uang masyarakat dapat melawan inflasi tersebut. Namun, di tengah kondisi global yang kurang mendukung, cukup sulit menentukan strategi serta instrumen investasi yang pas. Sehingga, strategi diversifikasi tentu masih diperlukan untuk menghadapi risiko tingginya fluktuasi pasar akibat kondisi global tersebut.

Dalam setahun terakhir, ada beberapa instrumen investasi yang kinerjanya dapat mengalahkan inflasi, seperti reksadana saham dan reksadana indeks. Reksadana saham ini memiliki portofolio mayoritas di saham-saham berkapitalisasi tinggi (big caps) dan sektor perbankan yang telah mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun berjalan.

Bahkan, dua reksadana indeks saham yang tersedia di Bareksa bisa mencatatkan kinerja 27,7 persen dalam setahun terakhir. Kedua reksadana indeks tersebut yaitu BNP Paribas Sri Kehati dan Allianz SRI KEHATI Index Fund, mengacu pada indeks saham Sri Kehati.

Sebagai informasi, Barometer Bareksa mengukur kinerja reksadana berdasarkan imbal hasil (return) relatif terhadap risiko. Barometer terdiri dari skala 1 hingga 5 dengan nilai tertinggi adalah 5.

Tabel Kinerja Reksadana dan Barometer Bareksa

Jenis Instrumen Investasi

Return 1 Tahun (%)

Barometer

Reksa Dana Pendapatan Tetap

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

6,06

3,75

Sucorinvest Stable Fund

7,08

3,50

Reksa Dana Saham

Avrist Ada Saham Blue Safir

22,21

4,50

Bahana Dana Prima

22,67

4,50

Reksa Dana Indeks

BNP Paribas Sri Kehati

27,67

4,13

Allianz SRI KEHATI Index Fund

27,70

4,13

Sumber: Bareksa Research Team, return NAV per 3 Agustus 2022

Selain instrumen di atas, investor juga perlu diversifikasi di aset rendah risiko seperti reksadana pasar uang berikut untuk meminimalisir efek dari fluktuasi pasar modal.

Tabel Kinerja Reksadana Pasar Uang

Reksa Dana Pasar Uang

Return 1 Tahun (%)

Barometer

Capital Money Market Fund

4,52

3,64

Sucorinvest Sharia Money Market Fund

4,38

3,62

Sumber: Bareksa Research Team, return NAV per 3 Agustus 2022

Baca juga Dua Index Fund SRI-KEHATI Melesat di Tengah Isu Ancaman Resesi, Ini Rahasianya

Tidak hanya reksadana, instrumen Surat Berharga Negara atau obligasi negara yang diterbitkan oleh pemerintah ke masyarakat pun juga menarik. Seperti diketahui, SBN seri SBR011 yang telah dijual pada bulan Juni lalu menawarkan kupon hingga 5,5% per tahun (belum dipotong pajak).

Masyarakat juga bisa menanti penjualan SBSN seri selanjutnya, yakni Sukuk RitelSR017, yang akan mulai ditawarkan pada 19 Agustus hingga 14 September 2022. Melihat seri sebelumnya SR016 menawarkan kupon sebesar 49,5% (belum dipotong pajak), maka diproyeksikan kupon SR017 ini akan lebih menarik karena terdapat potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Selain itu, menurut hasil penelitian dari BlackRock Investment, investor juga dapat mengalokasikan 5% dari portofolio investasi ke dalam instrumen emas logam mulia untuk mengoptimalkan kinerja portofolio.

Ketegangan hubungan antara China dan Amerika Serikat selama beberapa hari terakhir juga membuat harga emas dunia meningkat karena dikhawatirkan akan kembali menimbulkan gejolak perekonomian dan resesi apabila mereka berperang. Indonesia juga akan dirugikan apabila kedua negara ini saling menjatuhkan sanksi ke depannya akibat keduanya merupakan mitra strategis perdagangan Indonesia.

Nah, investor tidak perlu bingung lagi mencari instrumen investasi yang pas, karena semua sudah tersedia di Bareksa!

Apa yang harus dilakukan investor?

Investor dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi investasi di reksadana seperti berikut.

Investor dengan profil risiko agresif dapat wait and see terlebih dulu dan cermati reksadana saham dan reksadana indeks berbasis saham kapitalisasi besar (Big Caps) jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan.

Sementara itu, investor profil risiko moderat dapat tetap melakukan akumulasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi.

Lalu untuk semua jenis profil risiko, ada baiknya melakukan diversifikasi yang cukup di reksadana pasar uang karena fluktuasi pasar saham & obligasi diproyeksikan masih tinggi melihat gejolak risiko global.

Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.

(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.


Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua