Bareksa.com - Investor global mengkhawatirkan langkah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi yang melakukan kunjungan ke Taiwan pada Selasa (2/8) di tengah larangan Pemerintah China untuk berkunjung ke Negeri Formosa tersebut.
Menurut analisis Bareksa, hal ini membuat investor khawatir akan kembali terjadi ketegangan geopolitik antara China dan AS. Pelaku pasar juga melihat kunjungan Pelosi ke Taiwan akan jadi sebuah provokasi politik besar dari AS kepada China, yang secara tidak langsung ikut campur dalam ketegangan antara China dan Taiwan saat ini.
Pemerintah China menganggap keputusan Pelosi mengunjungi Taiwan "amat sangat berbahaya." Kementerian Luar Negeri China mengatakan kunjungan Pelosi menandakan AS telah benar-benar bermain api dengan Beijing soal Taiwan.
Baca juga : Bareksa Insight : Asing Borong Saham RI, Dorong Cuan Reksadana Ini Melesat
Di sisi lain, investor global juga mencermati pernyataan Anggota Dewan Gubernur Bank Sentral AS bahwa pada September nanti mereka akan tetap menaikan suku bunga acuan untuk melawan inflasi. Mereka menyatakan kenaikan 0,5% masih wajar.
Pada perdagangan kemarin (2/8/2022), pasar saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,27% jadi 6.988,16.
Lihat juga : Bareksa Insight : Pasar Saham Positif di Bulan Juli, Lambungkan Cuan Reksadana Ini
Di tengah ancaman ketegangan geopolitik global antara AS dan China, Tim Analis Bareksa menyarankan investor bisa menerapkan dua strategi ini agar investasinya di reksadana tetap aman dan cuan :
1. Investor dapat memperhatikan reksadana saham dan reksadana indeks yang kemungkinan hari ini akan bergerak melemah mengikuti Bursa Saham Regional Asia yang dibuka melemah akibat sentimen ketegangan geopolitik dari dua negara terbesar dunia tersebut. Tim Analis Bareksa juga masih tetap menyarankan agar investor bisa masuk investasi di reksadana saham dan reksadana indeks, saat IHSG di level 6.600 - 6.700.
2. Investor masih tetap dapat mendiversifikasi aset portofolio investasinya di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi dan reksadana pasar uang untuk meminimalisir dampak gejolak pasar akibat potensi ketegangan AS dan China.
Lihat juga : Bareksa Insight : Ekonomi AS Kuartal II Negatif Lagi, Reksadana Ini Masih Cuan Hingga 30%
Beberapa produk reksadana indeks, reksadana saham, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan investor dengan profil risiko agresif, moderat dan konservatif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 2 Agustus 2022)
Allianz SRI KEHATI Index Fund : 28,65%
BNP Paribas Sri kehati : 28,61%
Avrist Ada Saham Blue Safir : 21,8%
Schroder Dana Prestasi Plus : 17,45%
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 2 Agustus 2022)
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 5,09%
Sucorinvest Sharia Sukuk Fund : 4,13%
Imbal Hasil 1 tahun (per 2 Agustus 2022)
Capital Money Market Fund : 4,52%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 4,39%
Lihat juga : Bareksa Insight : Pasar Kian Tertekan Jelang Rilis Suku Bunga AS, Ini Jurus Agar Investasi Cuan
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Baca juga : Bareksa Insight : IMF Nilai Indonesia Aman dari Resesi, Potensi Cuan Reksadana Ini
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan in
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.