Bareksa.com - Pasar saham nasional yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup turun tipis kemarin, akibat situasi global yang belum kondusif.
Menurut analisis Bareksa, fokus investor saat ini adalah menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan diumumkan pada Rabu waktu setempat, atau Kamis dinihari WIB. Data inflasi Negara Paman Sam dinilai akan menentukan arah kebijakan Bank Sentral AS The Fed, serta turut mempengaruhi pergerakan pasar keuangan global.
Selain itu, hingga data kinerja keuangan emiten kuartal II 2022 dirilis, analisis Bareksa memprediksi reksadana saham maupun reksadana indeks masih akan tertekan. Tercatat kemarin investor asing melakukan aksi ambil untung dari pasar saham nasional senilai Rp200 miliar.
Baca juga : Bareksa Insight: Tahan Banting, Reksadana Ini Cuan 31 Persen di Tengah Isu Global
Sementara itu, kinerja pasar obligasi dalam negeri pekan ini juga masih cenderung mendatar dengan imbal hasil (yield) saat ini masih terjaga di kisaran level 7,28 persen.
Menurut analisis Bareksa, investor terlihat masih menahan diri untuk membeli Obligasi Negara. Hal ini ditunjukkan dari penurunan jumlah penawaran yang masuk pada lelang Surat Berharga Negara (SBN) kemarin senilai Rp12,75 triliun dibandingkan sebelumnya per 28 Juni mencapai Rp15,77 triliun. Kondisi ini mengakibatkan kinerja reksadana pendapatan tetap berbasis SBN cenderung tertahan.
IHSG pada 12 Juli 2022 turun 0,06 persen ke level 6.718,29. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 12/07/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat di level 7,3 persen pada 12 Juli 2022.
Lihat juga : Bareksa Insight : Sentimen Pasar Beragam, Ini Jurus Ampuh Agar Investasi Terus Cuan
Mempertimbangkan belum kondusifnya pasar keuangan global karena investor masih menanti arah kebijakan Bank Sentral AS, agar investasi tetap cuan dengan risiko terukur, maka investor bisa menerapkan dua strategi berikut :
1. Investor dengan tujuan jangka panjang dapat menunggu untuk kembali masuk berinvestasi ke reksadana saham dan reksadana indeks karena tekanan jual di pasar saham berpotensi masih akan berlangsung. Akumulasi investasi di reksadana saham dan reksadana indeks bisa dipertimbangkan, jika IHSG berada di level 6.300 - 6.500.
2. Hingga rilis suku bunga acuan AS berikutnya, investor masih dapat mempertimbangkan akumulasi investasi di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi dan reksadana pasar uang.
Simak juga : Bareksa Insight : China akan Gelontorkan Stimulus, Reksadana Ini Berpotensi Cuan
Beberapa produk reksadana pasar uang, pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks dengan kinerja cemerlang dan bisa dipertimbangkan oleh investor dengan profil risiko konservatif, moderat dan agresif adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 12 Juli 2022)
TRIM Dana Tetap 2 : 17,26 persen
Mandiri Investa Dana Syariah : 14,56 persen
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 18,12 persen
Syailendra Dana Kas : 15,75 persen
Imbal Hasil 1 Tahun (per 12 Juli 2022)
BNP Paribas Sri Kehati : 18,39 persen
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A : 12,43 persen
Sucorinvest Maxi Fund : 14,3 persen
Sequis Equity Maxima : 10,23 persen
Baca juga : Bareksa Insight : Harga Kebutuhan Pokok Meroket, Cuan Reksadana Ini Tembus 10 - 30 Persen
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.