Bareksa.com - Tekanan di pasar saham dan obligasi nasional sepertinya masih belum usai. Sebab Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) berniat kembali menaikkan suku bunga acuannya (Fed Rate) secara lebih agresif pada bulan Juli ini. Perkiraan kenaikannya mencapai 0,5 - 0,75 persen dari level Fed Rate saat ini di kisaran 1,5 - 1,75 persen.
Menurut analisis Bareksa, meski hal tersebut berpotensi mengakibatkan perlambatan ekonomi global, namun fokus Bank Sentral Negara Paman Sam saat ini adalah untuk menurunkan angka inflasi yang terlalu tinggi. Akibatnya, nilai tukar dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang negara-negara lain di dunia, termasuk rupiah yang kemarin sempat melemah hingga di level Rp15,000 per dolar AS.
Baca juga : Bareksa Insight : Harga Batu Bara Melesat, Cuan Reksadana Ini Melambung
Di sisi lain, untuk menjaga stabilitas rupiah dan investasi di Indonesia tetap atraktif, investor berekspektasi jika Bank Indonesia juga akan ikut menaikkan suku bunga acuannya (BI 7 Days Reverse Repo Rate).
Analisis Bareksa memprediksi penaikan suku bunga BI akan mendorong penguatan imbal hasil (yield) obligasi ke level lebih tinggi. Kondisi ini akan membuat kinerja reksadana pendapatan tetap, terutama yang berbasis Surat Berharga Negara (SBN), tertahan dalam jangka pendek hingga menengah.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 06 Juli 2022 turun 0,85 persen ke level 6.646,41. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 06/07/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat tetap di level 7,3 persen pada 06 Juli 2022.
Lihat juga : Bareksa Insight : Pasar Saham Anjlok, Reksadana Ini Bisa Dipilih Agar Tetap Cuan
Mempertimbangkan beberapa faktor yang terus menekan kinerja pasar saham dan obligasi tersebut, Tim Riset Bareksa manyarankan agar investor menerapkan tiga strategi ini agar investasinya terus cuan. Tiga langkah tersebut ialah :
1. Investor bisa mempertimbangkan untuk mendiversifikasi investasinya pada aset yang lebih minim risiko terhadap fluktuasi pasar, seperti reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi dan reksadana pasar uang.
2. Investasi di reksadana saham dan reksadana indeks dapat kembali dilakukan oleh investor, jika pergerakan IHSG sudah lebih stabil. Sebab saat ini para pelaku pasar masih mencermati efek dari rencana kenaikan suku bunga AS tersebut.
3. Investor bisa memanfaatkan fitur switching (pengalihan investasi) di Bareksa untuk mengantisipasi risiko. Sebab pergerakan pasar modal sangat dinamis dan cepat, sehingga investor jangan sampai kehilangan momen untuk berinvestasi.
Simak juga : Bareksa Insight : Harga Kebutuhan Pokok Meroket, Cuan Reksadana Ini Tembus 10 - 30 Persen
Beberapa produk reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks dengan catatan kinerja cuan ciamik yang bisa dipertimbangkan investor dengan profil risiko konservatif, moderat dan agresif adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 6 Juli 2022)
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 31,25 persen
Sucorinvest Bond Fund : 25,73 persen
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 18,23 persen
Capital Money Market Fund : 18,06 persen
Imbal Hasil 1 Tahun (per 6 Juli 2022)
BNP Paribas Sri Kehati : 19,04 persen
Allianz SRI KEHATI Index Fund : 19,02 persen
Batavia Dana Saham Syariah : 7,42 persen
TRIM Kapital : 6,1 persen
Lihat juga : Bareksa Insight : Sentimen Pasar Bervariasi, Ini Strategi Investasi di Semester II 2022
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.