Bareksa.com - Setelah melemah signifikan selama sepekan, pasar saham nasional akhirnya bangkit. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin (5/7/2022) menguat ke kisaran level 6.700. Saham sektor energi memimpin penguatan mencapai 4,08 persen dan menopang mayoritas kinerja reksadana saham dan reksadana indeks berbasis sektor tersebut.
Menurut analisis Bareksa, penguatan saham sektor energi didorong sentimen kembali melesatnya harga batu bara dunia hingga hampir menyentuh angka psikologis US$400 per ton. Lonjakan harga emas hitam itu seiring upaya negara-negara Eropa yang sedang mempercepat pasokan batu bara untuk pembangkit listrik mereka. Hal ini juga akan menguntungkan neraca perdagangan Indonesia sebagai eksportir komoditas.
Baca juga : Bareksa Insight : Pasar Saham Anjlok, Reksadana Ini Bisa Dipilih Agar Tetap Cuan
Di sisi lain, isu ancaman resesi ekonomi dunia karena tingginya inflasi dan sulitnya rantai pasokan global akibat Covid-19, masih membayangi pergerakan pasar obligasi global, termasuk Indonesia. Dalam lelang Obligasi Negara (SBN) kemarin, penawaran yang masuk lebih rendah dari perkiraan, serta di bawah rata-rata lelang sebelumnya.
Menurut analisis Bareksa, kondisi itu menunjukkan investor masih wait and see untuk melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN). Pelemahan imbal hasil (yield) SBN acuan ke level 7,3 persen juga mempengaruhi penurunan tipis mayoritas reksadana pendapatan tetap berbasis SBN.
Lihat juga : Bareksa Insight : Harga Kebutuhan Pokok Meroket, Cuan Reksadana Ini Tembus 10 - 30 Persen
Analisis Bareksa memperkirakan reksadana saham dan reksadana indeks akan bergerak terbatas pada hari ini, mengingat bursa saham regional Asia dibuka melemah hari ini (6/7/2022). Investor dapat mempertimbangkan investasi di reksadana saham dan reksadana indeks berbasis saham kapitalisasi besar, jika IHSG dapat bergerak lebih stabil.
Investor juga dapat menggunakan fitur switching (pengalihan investasi) di Bareksa, jika ingin menyesuaikan atau mengganti portofolio reksadana dengan lebih mudah. Saat ini, investor masih dapat mempertimbangkan investasi di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi dan reksadana pasar uang.
Analisis Bareksa menyarankan, jika yield SBN acuan dapat menyentuh level 7,7 - 7,9 persen, maka investor bisa mulai mempertimbangkan untuk masuk ke reksadana pendapatan tetap berbasis SBN.
Simak juga : Bareksa Insight : Sentimen Pasar Bervariasi, Ini Strategi Investasi di Semester II 2022
Beberapa produk reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks dengan catatan cuan mantul yang bisa dipertimbangkan oleh investor dengan profil risiko konservatif, moderat dan agresif adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 5 Juli 2022)
Sucorinvest Stable Fund : 7,64 persen
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 6,08 persen
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 4,48 persen
Syailendra Dana Kas : 3,79 persen
Imbal Hasil 1 Tahun (per 5 Juli 2022)
BNP Paribas Sri Kehati : 19,46 persen
Allianz SRI KEHATI Index Fund : 19,46 persen
Sucorinvest Maxi Fund : 11,58 persen
BNI-AM Inspiring Equity Fund : 7,25 persen
Lihat juga : Bareksa Insight : Dibayangi Risiko Global, Reksadana Ini Berhasil Cuan Hingga 31 Persen
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.