Bareksa.com - Pasar obligasi masih mampu mencatatkan kinerja positif meski dibayangi potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia akibat tingginya inflasi.
Menurut analisis Bareksa, dalam sepekan terakhir, pergerakan imbal hasil (yield) acuan Obligasi Negara Indonesia cenderung mendatar di kisaran 7,2 persen dan menopang kinerja harga Surat Berharga Negara (SBN) maupun obligasi korporasi.
Investor diproyeksikan masih akan melakukan aksi beli di instrumen obligasi hingga rilis hasil pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed sekitar akhir bulan Juli, serta rilis data inflasi Indonesia berikutnya.
Baca juga : Bareksa Insight : Harga Kebutuhan Pokok Meroket, Cuan Reksadana Ini Tembus 10 - 30 Persen
Di sisi lain, aliran dana asing yang terus keluar dalam sebulan terakhir hingga mencapai Rp6.57 triliun dari pasar saham Tanah Air. Kemudian pelemahan rupiah diprediksi dapat menembus level psikologis di atas Rp15,000 per dolar AS.
Dua hal ini, menurut analisis Bareksa, membuat investor berasumsi jika penurunan IHSG saat ini akan berlangsung cukup lama dan menekan pasar saham nasional melemah lebih dalam. Sehingga investor akan cenderung wait and see, serta mencari instrumen investasi lain yang fluktuasinya lebih rendah.
Lihat juga : Bareksa Insight : Sentimen Pasar Bervariasi, Ini Strategi Investasi di Semester II 2022
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 04 Juli 2022 turun 2,28 persen ke level 6.639,17. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 04/07/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat tetap di level 7,3 persen pada 04 Juli 2022.
Sentimen pasar keuangan saat ini cukup minim, hanya sedikit kabar terbaru dari pemerintah yang merencanakan untuk vaksin booster sebagai syarat perjalanan dan transportasi umum, untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 naik lebih tinggi. Selain itu, yield obligasi diprediksi masih akan bergerak di level 7,26 - 7,35 persen pekan ini.
Analisis Bareksa menyarankan investor sebaiknya wait and see untuk kembali masuk di reksadana saham maupun reksadana indeks, menunggu hingga IHSG mencapai level yang lebih stabil. Sementara, diversifikasi investasi bisa dipertimbangkan investor di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi serta reksadana pasar uang.
Simak juga : Bareksa Insight : Dibayangi Risiko Global, Reksadana Ini Berhasil Cuan Hingga 31 Persen
Beberapa produk reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks dengan catatan cuan cemerlang yang bisa dipertimbangkan oleh investor dengan profil risiko konservatif, moderat dan agresif adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 4 Juli 2022)
TRIM Dana Tetap 2 : 17,52 persen
Mandiri Investa Dana Syariah : 15,24 persen
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 18,23 persen
Syailendra Dana Kas : 15,81 persen
Imbal Hasil 1 Tahun (per 4 Juli 2022)
BNP Paribas Sri Kehati : 16,73 persen
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A : 10,09 persen
Batavia Dana Saham Syariah : 9,09 persen
Sucorinvest Maxi Fund : 8,21 persen
Lihat juga : Bareksa Insight : Fitch Pertahankan Investment Grade RI, Reksadana Ini Cuan Hingga 22 Persen
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.