Bareksa.com - Pasar saham nasional yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat kemarin, meski dibayangi sejumlah isu negatif, seperti potensi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS), lonjakan kasus positif Covid-19 dalam negeri, serta pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS.
Menurut analisis Bareksa, penguatan itu karena investor masih optimistis jika neraca dagang Indonesia yang akan dirilis hari ini akan kembali surplus sekitar US$3,5 miliar hingga US$4 miliar. Selain itu, hari ini investor juga mencermati rilis data penjualan ritel China yang diperkirakan membaik dari bulan sebelumnya, setelah relaksasi penguncian wilayah (lockdown). Hal ini diproyeksikan dapat menopang kinerja pasar saham dan mendorong kinerja reksadana saham dan reksadana indeks.
Baca juga : Bareksa Insight : Isu Global Bayangi Pasar Modal, Investor Bisa Terapkan Strategi Ini
Sesuai perkiraan sebelumnya, pasar obligasi masih melanjutkan pelemahan jelang pengumuman kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS (Fed Rate) nanti malam. Bahkan tadi malam, imbal hasil (yield) acuan Obligasi Pemerintah AS naik hingga ke level 3,4 persen sebagai antisipasi kenaikan Fed Rate yang diperkirakan lebih agresif.
Hal ini diproyeksikan masih akan menekan kinerja pasar obligasi Indonesia pada perdagangan hari ini, serta pelemahan reksadana pendapatan tetap, terutama berbasis Surat Berharga Negara (SBN) yang lebih sensitif terhadap isu global.
IHSG pada Selasa, 14 Juni 2022 menguat 0,78 persen ke level 7.049,88. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 14/06/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat tetap di level 7,5 persen pada 14 Juni 2022.
Baca juga : Bareksa Insight : Inflasi AS Mei di Level Tertinggi, Ini Tips Agar Investasi Cuan Maksimal
Menurut analisis Bareksa, dengan membaiknya penjualan ritel China, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu, proyeksi surplus neraca dagang RI diperkirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Sebab pada Mei 2022, pemerintah sempat melarang ekspor turunan kelapa sawit.
Investor disarankan dapat mempertimbangkan akumulasi investasi di reksadana saham dan reksadana indeks berbasis saham kapitalisasi besar, jika IHSG dapat turun ke kisaran level 6.600 - 6.800.
Imbal hasil (yield) acuan Obligasi Pemerintah Indonesia kemarin ditutup di level 7,413 persen dan masih sesuai dengan ekspektasi Tim Riset Bareksa yang akan bergerak di 7,25 - 7,45 persen pada pekan ini. Investor dapat mempertimbangkan reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi, hingga suku bunga acuan Bank Indonesia naik dari level saat ini di 3,5 persen.
Baca juga : Bareksa Insight : Keyakinan Konsumen Catat Rekor, Simak Rekomendasi Investasi Berikut
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan oleh investor dengan profil risiko moderat dan agresif adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 14 Juni 2022)
Avrist IDX30 : 16,13 persen
Principal Index IDX30 Kelas O : 14,37 persen
Sucorinvest Sharia Equity Fund : 10,06 persen
Batavia Dana Saham Syariah : 9,46 persen
Imbal Hasil 1 Tahun (per 14 Juni 2022)
Sucorinvest Stable Fund : 7,35 persen
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 6,09 persen
Baca juga : Bareksa Insight : Pasar Saham Melambung, Reksadana Ini Cuan Hingga 24,9 Persen
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.