Bareksa.com - Biro Statistik dan Tenaga Kerja Amerika Serikat pada Jumat malam WIB (10/6/2022) melaporkan inflasi Negara Paman Sam pada Mei 2022 meroket 8,6 persen secara tahunan (YOY), merupakan inflasi tertinggi dalam 41 tahun terakhir atau sejak Desember 1981. Angka inflasi itu lebih tinggi dari Maret dan April 2022 yang masing-masing 8,5 persen dan 8,3 persen.
Realisasi inflasi AS pada Mei 2022 di atas perkiraan para ekonom yang memprediksi 8,3 persen atau sama dengan bulan sebelumnya. Secara bulanan, inflasi AS pada Mei 2022 tercatat 0,6 persen. Laju inflasi Negara Adidaya tersebut yang naik lebih kencang membuat ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) akan naik lebih cepat dan lebih tinggi.
Dilansir Reuters, Sabtu (11/6), pejabat The Fed menyatakan akan menaikkan suku bunga acuan 0,5 persen pada pertemuan pertengahan Juni dan akhir Juli 2022, menyusul kenaikan Fed Rate 0,5 persen pada Mei dan dimulainya pengurangan neraca bulan ini.
Baca juga : Bareksa Insight : Banjir Dana Asing Buat IHSG Meroket, Cuan Reksadana Ini Terbang
Ekspektasi Suku Bunga Acuan Bank Sentral AS
Target Rate (BPS) | Kemungkinan | |||
Saat Ini* | 1 Hari - 9 Juni 2022 | 1 Minggu- 3 Juni 2022 | 1 Bulan- 10 Mei 2022 | |
125-150 | 97.50% | 96% | 98.20% | 89.00% |
150-175 | 2.50% | 3.60% | 1.80% | 11% |
* per 10 Juni 2022, Sumber: CME, The Fed
Menurut analisis Bareksa, realisasi angka inflasi AS pada Mei 2022 tersebut membuat investor semakin khawatir terhadap perkembangan ekonomi global. Sebab tingginya inflasi bisa mengakibatkan perlambatan ekonomi dunia.
Angka Inflasi AS periode 1 Tahun Terakhir
Sumber: US Bureau of Statistics
Selain itu, Analisis Bareksa memperkirakan tingginya inflasi akan mendorong kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya. Hal ini akan berdampak negatif bagi pasar obligasi dan saham dalam negeri dan luar negeri.
Analisis Bareksa memprediksi Bank Indonesia berpotensi menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, sehingga akan mengakibatkan imbal hasil (yield) obligasi acuan Pemerintah Indonesia bergerak ke level 7,5 - 7,8 persen.
Baca juga : Bareksa Insight : Inflasi RI Stabil, Simak Rekomendasi Investasi Reksadana Berikut Ini
Apa yang harus dilakukan investor? Mempertimbangkan kondisi tersebut, investor disarankan untuk berinvestasi di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi, Surat Berharga Negara (SBN) Ritel jenis Savings Bond Ritel seri SBR011 yang menawarkan kupon mengambang dengan batas minimal 5,5 persen, serta reksadana pasar uang.
Investor juga disarankan tetap berfokus terhadap reksadana yang memiliki komposisi yang tinggi di sektor energi, mengingat harga energi diperkirakan akan tetap stabil hingga akhir 2022.
Baca juga : Bareksa Insight : Investor Asing Borong Saham RI, Reksadana Ini Cuan 16 - 21 Persen
Di tengah tingginya angka inflasi, beberapa produk reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap yang bisa dipertimbangkan oleh investor dengan profil risiko agresif dan moderat adalah sebagai berikut :
Reksadana Saham | Return 1 Tahun (%) |
Trim Kapital | 18.07 |
Eastspring Investment Value Discovery Kelas A | 13.77 |
Eastspring Investment Alpha Navigator Kelas A | 15.38 |
Reksadana Pendapatan Tetap | Return 1 Tahun (%) |
Sucorinvest Stable Fund | 7.45 |
Trim Dana Tetap 2 | 4.18 |
Syailendra Pendapatan Tetap Premium | 6.09 |
Sumber : Tim Riset Bareksa, per 9 Juni 2022
Baca juga : Bareksa Insight : Pasar Saham Melambung, Reksadana Ini Cuan Hingga 24,9 Persen
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.