Bareksa.com - Kinerja pasar saham nasional yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan wajar pada perdagangan kemarin, setelah naik signifikan sepekan sebelumnya. Penurunan IHSG tersebut turun menekan kinerja reksadana saham dan reksadana indeks ikut melemah. IHSG pada 06 Juni 2022 turun 1,2 persen ke level 7.096,58.
Namun untuk hari ini, analisis Bareksa memperkirakan IHSG berpotensi menguat setelah tadi malam bursa saham global ditutup menguat. Investor masih menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) bulan Mei 2022 pekan ini yang diperkirakan melemah dan dapat menjadi sentimen cukup baik untuk pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Hal ini dapat menopang penguatan reksadana berbasis saham.
Sementara itu, meski imbal hasil (yield) acuan ditutup melemah tipis ke level 6,97 persen, namun mayoritas reksadana pendapatan tetap masih mencatat kinerja positif pada perdagangan kemarin.
Menurut analisis Bareksa, pekan ini, investor menanti rilis data inflasi AS yang akan turut mempengaruhi keputusan Bank Sentral Negeri Paman Sam (The Fed) dalam kebijakan kenaikan tingkat suku bunga acuan. Selain itu, dari dalam negeri terdapat sentimen cadangan devisa yang diproyeksikan masih berada di level yang cukup tinggi dan dapat menopang penguatan serta stabilitas rupiah.
Baca : Kerahkan Sinergi Ekosistem, Grab-OVO Ikut Mendukung Perluasan Distribusi SBN Melalui Bareksa
Analisis Bareksa melihat, fluktuasi pasar saham pada pekan ini diproyeksikan masih tinggi. Sehingga investor bisa mempertimbangkan untuk melakukan diversifikasi investasi di aset yang lebih rendah risiko, seperti Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR011 maupun reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi yang fluktuasinya lebih rendah dibandingkan berbasis Surat Berharga Negara (SBN).
Yield SBN acuan saat ini 6,97 persen. Angka itu sesuai ekspektasi untuk pekan ini di mana yield akan bergerak pada level 6,9 - 7,1 persen hingga rapat The Fed berikutnya. Sehingga untuk kebutuhan likuiditas, investor juga dapat mempertimbangkan investasi yang cukup, menyesuaikan profil risiko di reksadana pasar uang.
Baca : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan oleh investor dengan profil risiko moderat dan agresif adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan/YTD (per 6 Juni 2022)
BNP Paribas Sri Kehati : 13,15 persen
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A : 6,09 persen
Sucorinvest Maxi Fund : 10,26 persen
Manulife Saham SMC Plus : 8,24 persen
Imbal Hasil 3 Tahun (per 6 Juni 2022)
TRIM Dana Tetap 2 : 20,72 persen
Sucorinvest Bond Fund : 34,01 persen
Baca : Kolaborasi PT Pegadaian - Bareksa, Hadirkan Tabungan Emas Online untuk Investasi Terintegrasi
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.