Bareksa.com - Sejumlah harga komoditas energi kembali meroket menyusul aksi saling balas antara Rusia dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain ihwal larangan impor dan ekspor produk-produk komoditas dari Negara Beruang Merah. Komoditas tersebut di antaranya minyak, gas dan batu bara,
Larangan impor komoditas dari Kremlin oleh AS dan negara-negara lain tersebut akibat belum membaiknya konflik Rusia - Ukraina atau bahkan memburuk. Rusia kemudian membalas dengan melarang ekspor komoditasnya ke negara-negara tersebut.
Menurut analisis Bareksa, meroketnya harga komoditas energi mendorong saham-saham sektor energi dan barang baku di pasar saham dalam negeri ikut meroket. Kondisi itu berdampak pada penguatan mayoritas reksadana saham dan reksadana indeks berbasis saham sektor tersebut.
Kinerja pasar saham nasional yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 22 Maret 2022 naik 0,66 persen ke level 7.000,82. Level itu merupakan rekor penutupan tertinggi baru IHSG sepanjang masa (all time high) dan juga level psikologis.
Sementara itu, mayoritas reksadana pendapatan tetap mengalami penurunan terbatas setelah Bank Sentral AS (The Fed) mengisyaratkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) lebih agresif jika diperlukan, untuk meredam tingginya inflasi.
Namun, menurut analisis Bareksa, mempertimbangkan fundamental ekonomi Indonesia yang masih stabil dan kuat akan tetap membuat obligasi negara (Surat Berharga Negara/SBN) cukup atraktif di mata investor. Imbal hasil (yield) acuan obligasi pemerintah saat ini stabil di level 6,7 persen.
Baca : Kerahkan Sinergi Ekosistem, Grab-OVO Ikut Mendukung Perluasan Distribusi SBN Melalui Bareksa
Analisis Bareksa melihat kinerja reksadana saham hari ini diproyeksikan bergerak positif mengingat kawasan Uni Eropa ingin mencabut larangan sanksi impor minyak dari Rusia. Niat negara-negara di Benua Biru itu karena Rusia menyumbang 25 persen terhadap total kebutuhan energi kawasan Eropa. Hal ini akan membuat harga minyak lebih stabil serta inflasi terjaga.
Analisis Bareksa memprediksi IHSG hari ini akan menguji level tertinggi sebelumnya di kisaran 7.032. Sementara itu, kinerja reksadana pendapatan tetap diproyeksikan masih akan bergerak terbatas karena investor masih wait and see akibat tingginya yield obligasi acuan AS.
Baca : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO
Di tengah kondisi pasar yang masih dibayangi sentimen konflik Rusia - Ukraina dan kebijakan The Fed tersebut, investor dengan profil risiko moderat dan agresif bisa mempertimbangkan beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks berikut ini :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 22 Maret 2022)
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 31,01 persen
Ganesha Abadi Kelas G : 17,16 persen
Imbal Hasil 3 Bulan (per 22 Maret 2022)
BNP Paribas Sri Kehati : 10,06 persen
Principal Index IDX30 Kelas O : 9,78 persen
Batavia Dana Saham Syariah : 5,04 persen
Manulife Saham SMC Plus : 3,6 persen
Baca : Kolaborasi PT Pegadaian - Bareksa, Hadirkan Tabungan Emas Online untuk Investasi Terintegrasi
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini}
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.