Bareksa.com - Varian Covid-19 Omicron diperkirakan memperlambat keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed dalam menaikan suku bunga acuannya dari sekitar tiga kali menjadi hanya satu kali pada 2022. Langkah itu diprediksi guna menjaga konsumsi masyarakat Negeri Abang Sam.
Menurut analisis Bareksa, peluang keputusan The Fed tersebut mengakibatkan imbal hasil (yield) acuan Obligasi Pemerintah AS menurun, sehingga mempengaruhi kenaikan harga Obligasi Pemerintah Indonesia. Alhasil kinerja reksadana pendapatan tetap berbasis Surat Berharga Negara (SBN) ikut mengalami kenaikan.
Berdasarkan data id.investing.com (diakses 22/12/2021 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat di level 6,4 persen, pada 22 Desember 2021.
Di sisi lain, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan reksadana berbasis saham diperkirakan cenderung stagnan hari ini, setelah kemarin indeks saham Tanah Air ditutup tertekan hampir mendekati level psikologisnya di 6,500. IHSG pada 22 Desember 2021 turun 0,38 persen ke level 6.529,59.
Analisis Bareksa melihat sentimen pergerakan bursa global masih akan memengaruhi pergerakan IHSG. Mendekati akhir tahun 2021, penutupan IHSG diperkirakan akan berada di level 6,600 - 6.700, dengan syarat tidak ada lonjakan signifikan dari kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia hingga pekan depan.
Di tengah potensi penguatan pasar SBN, investor dengan profil moderat bisa mempertimbangkan beberapa produk reksadana pendapatan tetap yang prospek kinerjanya makin ciamik.
Reksadana pendapatan tetap juga bisa dipilih oleh investor dengan profil risiko agresif yang ingin melalukan diversifikasi guna meminimalisir risiko investasi di tengah potensi stagnasi pasar saham.
Baca : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana campuran yang bisa dipertimbangkan oleh investor adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 22 Desember 2021)
RHB Fixed Income Fund 2 : 30,46 persen
BNP Paribas Prima II Kelas RK1 : 26,8 persen
Imbal Hasil 1 Tahun (per 22 Desember 2021)
Manulife Saham Andalan : 25,18 persen
TRIM Kapital : 12,04 persen
Jarvis Balanced Fund : 55,56 persen
Sucorinvest Flexi Fund : 23,61 persen
Baca juga : Investasi Reksadana di Bareksa dapat OVO Poin dan Voucher GrabFood
***
Peristiwa penting yang diperhatikan investor dan bisa memengaruhi pasar di antaranya :
Bank Indonesia (BI) mencatat Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada kuartal III 2021 mengalami peningkatan. Kewajiban neto PII Indonesia mencapai US$275,9 miliar, atau 24.1 persen dari PDB.
Peningkatan kewajiban neto tersebut berasal dari peningkatan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang didukung dari membaiknya kinerja korporasi, sejalan dengan kuatnya kinerja ekspor dan berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.
Perlu diingat, apapun instrumen investasi pilihan kamu, agar selalu disesuaikan dengan tujuan, jangka waktu investasi, serta profil risiko kamu ya!
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
Baca : Kolaborasi PT Pegadaian - Bareksa, Hadirkan Tabungan Emas Online untuk Investasi Terintegrasi
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.