Bareksa.com - Ketidakpastian global kembali meningkat. Pasalnya penyebaran kasus Covid-19 varian Omicron semakin meluas.
Menurut analisis Bareksa, tingginya angka penyebaran kasus Covid-19 varian Omicron yang telah menginfeksi 89 negara di dunia, membuat investor semakin khawatir bahwa pemulihan ekonomi pada akhir 2021 hingga awal 2022 tidak akan berjalan mulus seperti yang diharapkan.
Beberapa negara memutuskan untuk kembali melakukan pengetatan. Di antaranya, Pemerintah Selandia Baru menunda pembukaan perbatasan negaranya hingga akhir Februari 2022, guna mencegah penularan kasus impor varian Omicron. Pembatasan mobilitas juga diterapkan Korea Selatan, Jerman dan Irlandia.
Kekhawatiran tertinggi investor adalah Amerika Serikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar dunia. Negara Adidaya telah mencatatkan lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron di 43 negara bagian. Saat ini varian Omicron telah menyumbang 73 persen terhadap total kasus baru Covid-19 di Negeri Paman Sam.
Varian Omicron Mengambil Alih Kasus Baru di AS dengan Cepat
Sumber: CDC, Bareksa Research Team
Petinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan saat ini tingkat kematian kasus varian Omicron masih tergolong rendah, tetapi masih belum bisa dipastikan apakah varian ini akan menjadi varian dengan gejala yang rendah hingga sedang dibandingkan dengan varian delta.
Badan Perserikatan Bang-Bangsa (PBB) untuk Urusan Kesehatan tersebut menyarankan agar program booster vaksin bisa segera dilaksanakan guna memperkuat kekebalan (imun) masyarakat dari varian Omicron.
Booster Penting untuk Menurunkan Tingkat Infeksi Omicron
Total Vaksin Booster yang Telah Dilakukan di Dunia
Sumber: World Bank, Financial Times
Analisis Bareksa melihat, jelang akhir 2021 terdapat kenaikan risiko serta ketidakpastian ekonomi yang cukup tinggi. Sehingga, peluang window dressing diproyeksikan mengecil akibat kekhawatiran terganggunya rantai pasokan global. Terhambatnya mobilitas masyarakat dunia akan kembali membuat sektor riil tertekan.
Window dressing adalah strategi mempercantik portofolio investasi yang dilakukan perusahaan maupun manajer investasi. Fenomena ini umumnya berpengaruh positif terhadap pasar modal jelang akhir tahun,
Selain itu, sektor informal juga akan terpukul apabila kasus Covid-19 varian Omicron terus naik signifikan. Kinerja emiten dan fundamental negara-negara di dunia akan kembali melemah.
Meski begitu, analisis Bareksa menilai sejauh ini kasus Omicron di Indonesia masih cukup terjaga dan tidak menutup kemungkinan pemerintah akan kembali menarik rem darurat apabila kasus harian Covid-19 melebihi angka 5.000 kasus per hari.
Karena itu, investor bisa mempertimbangkan untuk mengalihkan investasinya ke reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang guna mengoptimalkan return (imbal hasil) akibat ketidakpastian yang tinggi di pasar.
Investor juga perlu mencermati setiap keputusan pemerintah terhadap mobilitas masyarakat yang kemungkinan akan diputuskan pada awal hingga pertengahan Januari 2022, menunggu perkembangan kasus varian Omicron dalam negeri dan luar negeri.
Beberapa reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
Daftar Reksadana | Imbal Hasil (Return) | |
Reksadana Pendapatan Tetap | 1 tahun | 3 Tahun |
Sucorinvest Bond Fund | 5.36% | 39.59% |
TRIM Dana Tetap 2 | 5.28% | 23.04% |
Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A | 3.77% | 29.73% |
Reksadana Pasar Uang | 1 Tahun | 3 Tahun |
Sucorinvest Money Market Fund | 5.26% | 18.34% |
Sucorinvest Sharia Money Market Fund | 4.61% | 20.35% |
Syailendra Dana Kas | 4.15% | 17.26% |
Sumber: Bareksa, data per 20 Desember 2021
Perlu diingat, apapun instrumen investasi pilihan kamu, agar selalu disesuaikan dengan tujuan, jangka waktu investasi, serta profil risiko kamu ya!
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.