Bareksa.com - Badan Pusat Statistik (15/12/2021) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia melanjutkan tren surplus senilai US$3,51 miliar pada November 2021, seiring menguatnya permintaan ekspor dan kenaikan harga komoditas.
Namun, nilai surplus tersebut menyusut dibandingkan Oktober yang senilai US$4,37 miliar.
Tercatat ekspor bulan November naik USD22,84 miliar atau naik 3,59 persen secara bulanan, ditopang oleh kenaikan kspor migas 29,95 persen dan non migas naik 2,4 persensecara bulanan.
Secara tahunan ekspor pada November 2021 naik 49,7 persen dengan ekspor non migas meroket 48,38 persen. Ekspor non migas menyumbang 94,17 persen terhadap total ekspor November 2021. Penyumbang terbesar ekspor non migas datang dari industri pengolahan yang senilai US$16,26 miliar.
Baca : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO
Negara tujuan ekspor terbesar RI masih China, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia dan India. Nilai ekspor ke China menyumbang 25,16 persen dan Amerika sebesar 11,81 persen terhadap total nilai ekspor RI.
Adapun nilai impor pada November 2021 mencapai US$19,33 miliar atau meningkat 18,62 persen secara bulanan dan melesat 52,62 persen secara tahunan.
Peningkatan impor tertinggi terjadi pada barang konsumsi yang melesat 25,89 persen secara bulanan dan 53,84 persen secara tahunan. Secara nilai impor terbesar masih berasal dari bahan baku/bahan penolong yang senilai US$14,33 miliar, melonjak 60,49 persen secara tahunan.
Neraca Perdagangan RI
Sumber : BPS
Baca : Investasi Reksadana di Bareksa dapat OVO Poin dan Voucher GrabFood
Menurut analisis Bareksa, surplus neraca perdagangan pada November lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yang senilai US$4,4 miliar hingga US$4,7 miliar. Meski begitu, surplus neraca dagang diprediksi akan terus berlanjut hingga akhir 2021.
Peningkatan impor juga menjadi sebuah indikasi penting bahwa pemulihan ekonomi tetap terjadi. Hal ini bisa dilihat dari permintaan impor barang konsumsi serta bahan baku/penolong yang naik signifkan pada November 2021. Angka ini juga sesuai dengan Purchasing Manufacturing Index Indonesia yang berada di level yang ekspansi dalam 2 bulan terakhir.
Seiring tren surplus neraca dagang yang terus berlanjut, analisis Bareksa menilai kinerja reksadana saham masih akan bergerak positif. Hal ini mengingat impor barang konsumsi dan bahan baku/penolong yang naik signifikan menandakan pemulihan ekonomi masih akan terjadi dalam jangka panjang.
Selain itu, pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga diprediksi akan bereaksi positif terhadap kinerja meraca dagang Indonesia.
Analisis Bareksa memperkirakan yield (imbal hasil) SBN 10 tahun Indonesia akan bergerak ke level 6,3 persen hingga 6,42 persen, di tengah investor masih menunggu keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) pada Kamis dini hari nanti dan pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI7DRRR yang akan di rilis besok.
Baca : Kolaborasi PT Pegadaian - Bareksa, Hadirkan Tabungan Emas Online untuk Investasi Terintegrasi
(Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.