Peluang Buy The Dip Saat Pasar Anjlok Akibat Carry Trade, Ini Saham dan Reksadana Pilihannya
Saat ini valuasi Indonesia sudah terlalu murah dan di bawah -1 standar deviasi dari rata-rata 10 tahun
Saat ini valuasi Indonesia sudah terlalu murah dan di bawah -1 standar deviasi dari rata-rata 10 tahun
Bareksa.com - Penurunan pasar saham Jepang mencapai 12% pada awal pekan ini (5/8/2024) mengkhawatirkan banyak kalangan. Sebab kondisi itu menular ke pasar saham negara-negara lain, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga turun tajam di hari yang sama. Fenomena aksi panic selling global itu akibat pasar cemas dampak potensi resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) yang jadi sentimen negatif sejak akhir pekan lalu.
Usut punya usut, ambrolnya Bursa Saham Negara Sakura di awal pekan kedua Agustus 2024 itu akibat praktik carry trade mata uang yen. Menurut Tim Analis Bareksa, carry trade adalah skema transaksi investasi dengan cara meminjam di mata uang berbunga rendah seperti yen, Jepang yang kemudian bisa diinvestasikan ke mata uang yang berbunga lebih tinggi misalnya real Brasil, dolar Australia, dolar AS dan lainnya.
Sebagai contoh, investor melakukan carry trade dengan meminjam yen berbunga 0,1% dan diinvestasikan di dolar AS berbunga 5,25%. Dengan asumsi nilai tukar tidak berubah, maka investor bisa untung dari selisih bunga 5,15%. Namun sebulan terakhir, yen menguat sekitar 10% terhadap dolar AS. Sehingga pelaku carry trade menderita kerugian sekitar 4,85% yang berasal dari keuntungan selisih bunga 5,15% dikurangi rugi kurs 10%. Walhasil, investor mulai resah dan melakukan cut loss dengan cara menjual instrumen investasi bermata uang dolar AS dan mengembalikan pinjaman Yen.
Promo Terbaru di Bareksa
Peluang Buy the Dip
Bagi investor yang jeli, maka aksi jual di pasar saham global pada awal pekan ini justru bisa jadi peluang untuk beli saham-saham di harga murah dengan kinerja fundamental prima. Sebab menurut Tim Analis Bareksa, saat ini valuasi Indonesia sudah terlalu murah dan di bawah -1 standar deviasi dari rata-rata 10 tahunnya. Selain itu, secara umum kinerja ekonomi dalam negeri di kuartal II masih bertumbuh sesuai ekspektasi pemerintah di 5% dan kurs rupiah juga menguat terhadap dolar AS.
Pada awal perdagangan Kamis pagi (8/8), rupiah naik 34 poin atau menguat 0,22% menjadi Rp16.001 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.035 per dolar AS. Penurunan pasar saham Tanah Air akibat terseret anjloknya pasar saham global, menurut Tim Analis Bareksa, bisa dimanfaatkan investor melakukan akumulasi beli di saham di sektor perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
Kemudian saham properti yang bisa dilirik adalah PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan pendukung properti seperti PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), peritel alat rumah tangga dan gaya hidup. Saham-saham tersebut prospektif seiring potensi tren penurunan suku bunga global yang membuka ruang penurunan suku bunga Bank Indonesia jelang akhir 2024. Penurunan suku bunga bisa menggenjot penyaluran kredit perbankan dan pembelian properti menggunakan skema kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi lebih murah.
Rekomendasi Saham Pilihan
Saham | Target Price | Harga Saat Ini | Potential Upside |
BBCA | Rp11.300 | Rp10.100 | 11,8% |
BMRI | Rp7.350 | Rp6.775 | 8,48% |
BBTN | Rp1.825 | Rp1.270 | 43,7% |
CTRA | Rp1.815 | Rp1.260 | 44% |
ACES | Rp1.100 | Rp735 | 49,65% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, harga saat ini per 7/8/2024
Rekomendasi Reksadana Pilihan
Selain saham, Tim Analis Bareksa menyarankan investor bisa melirik reksadana berbasis Obligasi Negara yang lebih sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Reksadana pendapatan tetap itu seperti Allianz Fixed Income Fund 2, Avrist Prime Bond, Manulife Obligasi Negara Indonesia II Kelas A, Syailendra Fixed Income Fund Kelas A dan Bahana Obligasi Kehati Lestari Kelas G.
Saat ini imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) acuan tenor 10 tahun di kisaran 6,8% dan diproyeksikan bisa turun menuju 6,2%. Dengan asumsi kelima reksadana Obligasi Negara tersebut berdurasi 7 tahun, maka ada potensi capital gain sekitar 4,2% di luar kupon.
Reksadana Obligasi Negara Pilihan
Sumber : Bareksa, data per 5/8/2024
Beli Allianz Fixed Income Fund 2 di Sini
Beli Manulife Obligasi Negara Indonesia II di Sini
(Ariyanto Dipo Sucahyo/Christian Halim/Sigma Kinasih/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.