Bareksa.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tiga bulan pertama 2023 menjadi penopang utama kinerja pasar modal. Dampaknya, kinerja reksadana berbasis saham dan obligasi berpeluang positif dan saat ini menjadi momen terbaik untuk mulai membeli reksadana saham dan indeks.
Menurut analisis Bareksa, inflasi yang cukup terjaga pada bulan Desember 2022 sebesar 5,51% secara tahunan membuat Indonesia masih atraktif dari segi fundamental. Inflasi Indonesia diproyeksikan berada pada rentang 4-5% pada tahun ini.
Baca juga Bareksa Insight : Inflasi RI di 2022 Capai 5,51%, Cuan Reksadana Ini Bisa Kalahkan Inflasi
Namun, pada semester pertama 2023, inflasi diperkirakan tetap tinggi di kisaran 5-5,5%. Sebab, ada faktor low base effect, yakni pada semester pertama 2022 tingkat inflasi hanya tercatat naik 2-3%, sehingga ketika dibandingkan secara tahunan akan terjadi lonjakan. Sebaliknya, pada semester kedua 2023, akan ada faktor high base effect sehingga perbandingan secara tahunan akan mengecil.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan dapat menyentuh level 5,1-5,3% untuk tahun 2022. Hal ini seiring optimisme dari Kementerian Keuangan yang menilai tren pemulihan konsumsi masyarakat akan terus berlanjut hingga tahun ini. Di samping itu, masyarakat melihat kenaikan suku bunga acuan tidak merasa khawatir dalam mengambil kredit karena kondisi ekonomi yang cukup baik di dalam negeri.
Rencanakan Investasimu di Reksadana, Klik di Sini
Tim Analis Bareksa menilai inflasi 2023 bakal melandai diakibatkan perbaikan rantai pasok dan penurunan biaya angkut, terutama angkutan kapal yang tarifnya sudah kembali ke harga sebelum pandemi. Selain itu, permintaan global cenderung melemah akibat penurunan tingkat tabungan masyarakat setelah pembukaan ekonomi pasca lockdown.
Grafik Tingkat Inflasi Global dan Kelompok Barang Kontributornya
Sumber: Goldman Sachs Global Investment Research Report
Seperti terlihat di dalam grafik, permintaan global terhadap barang-barang mulai tumbuh sehingga mendorong peningkatan harga sejak awal 2021. Barang-barang dengan pasokan terbatas (ditandai warna merah) dan sektor jasa (biru muda), mengalami inflasi tertinggi hingga Oktober 2022. Namun, semenjak kuartal ketiga 2022, inflasi mulai menyusut dan diperkirakan akan semakin melandai hingga 2024.
Terakhir, Bareksa juga memproyeksikan harga energi bakal turun karena terjadinya musim dingin yang hangat di belahan bumi utara. Harga gas Uni Eropa bahkan sudah kembali ke level sebelum perang Ukraina - Rusia.
Ingin Cuan dari Investasi di Reksadana? Klik di Sini
Dalam berinvestasi pada reksadana saham dan indeks, Smart Investor dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi investasi berikut.
Sumber: Tim Analis Bareksa, Data Return 4 Januari 2023
Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.
Segera Investasi di Reksadana Sekarang, Klik di Sini
(Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)
***
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.