Bareksa.com - Pasar saham memiliki potensi untuk kembali menguat pada 2023 dengan dukungan data-data ekonomi global dan domestik. Investor agresif bisa mengambil strategi investasi jangka panjang dengan reksadana saham.
Seminggu terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,45% dan ditutup di 6.812,19 pada Jumat (16/12/2022). Hal ini menjadi peluang untuk beli di harga murah, sesuai dengan prediksi Bareksa Insight, setelah penurunan IHSG pada awal Desember lalu.
Kenaikan yang terjadi pada seminggu terakhir juga disebabkan oleh berbagai sentimen dari luar negeri, terutama AS. Inflasi AS di bawah ekspektasi pasar yakni 7,1% untuk bulan November, membuat investor yakin terhadap kenaikan suku bunga Bank Sentral yang dirilis naik 0,5% pada bulan ini.
Dari dalam negeri, Indonesia mengalami surplus neraca dagang selama 30 bulan berturut turut, dengan surplus November sebesar US$5,16 miliar. Hal tersebut disebabkan masih solidnya pertumbuhan ekspor non migas Indonesia pada bulan November.
Di sisi lain, impor kembali turun sebesar 16,2% secara tahunan dan secara bulanan turun 4,21%. Peningkatan nilai ekspor non migas didorong oleh kembali dibukanya ekonomi China pada awal kuartal keempat ini, dan pada bulan November sendiri ekspor tujuan China naik sebesar US$700 juta.
Baca juga Bareksa Flash : Surplus Neraca Dagang RI di Atas Estimasi, Reksadana Mana Bakal Cuan?
Bank Sentral AS telah menetapkan posisi mereka untuk tidak memangkas suku bunga acuan hingga awal 2024. Sebelumnya, investor global memproyeksikan suku bunga acuan AS akan memuncak pada level 5-5,25% pada tahun 2023.
Menurut data historis yang dikompilasi Bareksa, bank sentral AS membutuhkan waktu 5-18 bulan untuk penurunan suku bunga dari level tertingginya. Ke depan, Bank Sentral AS diperkirakan akan memangkas suku bunganya setelah 11 bulan mencapai puncak.
Tabel Pemangkasan Suku Bunga AS Setelah Mencapai Puncak
Sumber: Bloomberg
Maka dari itu, Tim Analis Bareksa memiliki pandangan suku bunga BI kemungkinan juga masih akan naik hingga semester pertama dan penurunan akan mulai terjadi pada pertengahan kuartal ketiga 2023.
Melihat sejumlah sentimen di atas, investor dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi investasi berikut.
Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.
Sumber: Tim Analis Bareksa, Return per NAV 14 Desember 2022
(Ariyanto Dipo Sucahyo/Sigma Kinasih/hm)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.