Panduan Investasi 2023 di Reksadana Berbasis Obligasi Korporasi Bagi Investor Institusi
Pada 2023 ini penerbitan obligasi korporasi berpotensi terbatas, sebab suku bunga acuan bank sentral masih tinggi
Pada 2023 ini penerbitan obligasi korporasi berpotensi terbatas, sebab suku bunga acuan bank sentral masih tinggi
Bareksa.com - Di tengah gejolak pasar modal akibat tren lonjakan inflasi dan ancaman resesi global 2023, investor institusi harus cermat mengelola investasinya. Sebab jika salah kelola, maka investasi bukannya berbuah untung, tapi malah buntung. Karena itu, memilih instrumen investasi yang pas mesti dilakukan, agar bisa meraih hasil optimal dengan risiko yang terukur.
Salah satu instrumen investasi yang menarik ialah obligasi korporasi. Obligasi Korporasi adalah obligasi atau surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan swasta nasional, termasuk badan usaha milik negara (BUMN) dan daerah (BUMD).
Namun, menurut Tim Analis Bareksa, pada 2023 ini penerbitan obligasi korporasi berpotensi terbatas. Sebab, saat ini suku bunga acuan bank sentral masih tinggi, sehingga akan membuat tingkat imbal hasil obligasi korporasi yang ditawarkan juga ikut tinggi. Hal ini tentu mengakibatkan tingginya biaya dana yang harus dikeluarkan korporasi dalam menerbitkan korporasi.
Promo Terbaru di Bareksa
Sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan 200 basis poin atau 2%, dari sebelumnya 3,5% pada Juli 2022 jadi 5,75% pada Januari 2023. Tim Analis Bareksa memprediksi pada semester I 2023 ini, perhatian investor masih tertuju ke Obligasi Negara di tengah inflasi global yang dinilai mulai melandai. Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell tentang penambahan jumlah tenaga kerja dan inflasi yang terjaga, menandakan masih ada potensi kenaikan suku bunga acuan Negara Abang Sam, namun tidak lagi seagresif seperti sebelumnya. The Fed sejak Maret 2022 hingga Februari 2023 telah menaikkan suku bunga acuan Federal Funds Rate (Fed Rate) 8 kali atau secara kumulatif 4,5 % dari sebelumnya 0-0,25 % jadi 4,5-4,75 %.
Daftarkan Usaha Anda Sekarang, Klik di Sini
Risiko Investasi
Selain obligasi korporasi, produk investasi lain yang bisa dipertimbangkan oleh investor institusi ialah reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi. Meski begitu, menurut Tim Analis Bareksa, seiring potensi terbatasnya penerbitan obligasi korporasi di 2023 akibat tingginya suku bunga acuan, maka risiko investasi di produk ini ialah risiko konsentrasi. Di mana saat ini penerbitan obligasi korporasi di Indonesia hanya dikuasai oleh beberapa grup perusahaan konglomerasi.
Dengan adanya aturan soal batasan kepemilikan yang ada di setiap produk reksadana, maka hal ini akan membuat imbal hasil reksadana berbasis obligasi korporasi semakin terbatas. Untuk diketahui, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.23/POJK.04/2016 mengatur dalam membentuk satu produk reksadana, maka dibutuhkan minimal 10 jenis efek yang berbeda karena batas maksimal kepemilikan efek adalah 10% dari total dana kelolaan (AUM) reksadana.
Dengan pertimbangan itu, jika dibutuhkan peralihan strategi atau portofolio investasi yang cepat, jika reksadana dengan dana kelolaan besar atau jumbo, misalnya di atas Rp10 triliun, maka harus menukar 10% portofolionya yaitu Rp1 triliun dengan portfolio Rp1 triliun yang lain.
Alhasil, jika satu saham atau obligasi ditransaksikan Rp1 triliun dalam satu hari oleh satu pihak, maka harga di pasar akan naik atau turun luar biasa. Sebab, rata-rata nilai transaksi harian terbesar per saham atau obligasi di kisaran Rp1 triliun. Jika transaksinya adalah jual, maka harga saham atau obligasinya tentu akan terjun bebas.
Karena itu, Tim Analis Bareksa menilai besarnya jumlah dana kelolaan akan jadi tantangan tersendiri bagi manajer investasi mengelola reksadana. Dengan terbatasnya jumlah obligasi korporasi yang ada di pasar akan membuat manajer investasi nantinya akan mulai mencampurkan Obligasi Negara dalam portofolio. Hal itu biasanya juga untuk menjaga likuiditas produk reksadana yang dikelola oleh manajer investasi, mengingat obligasi korporasi cenderung tidak likuid di pasar sekunder.
Reksadana yang memiliki dana kelolaan yang masih tergolong kecil atau di bawah Rp3 triliun, dinilai masih memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi untuk mendapatkan imbal hasil yang menarik. Sebab ruang batasan kepemilikan asetnya masih luas dan produk obligasi di pasar yang bisa dimiliki masih cukup tersedia.
Dana Kelolaan Reksadana Obligasi Korporasi di Bareksa
Produk reksadana | AUM, Rp triliun (per 31 Januari 2023) | % dari total AUM reksadana pendapatan tetap |
Sucorinvest Stable Fund | 12,87 | 8,67% |
Sucorinvest Sharia Sukuk | 2,92 | 1,97% |
Syailendra Pendapatan Tetap | 2,81 | 1,89% |
Trimegah Fixed Income Plan | 1,23 | 0,83% |
Sumber : Bareksa
Mempertimbangkan hal tersebut, Tim Analis Bareksa memprediksi reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi, kemungkinan akan sulit mencatatkan kinerja imbal hasil yang kompetitif hingga 7-8% setahun ke depannya. Hal ini seiring meningkatnya dana kelolaan dan limitasi produk investasi sekunder yang ada di pasar saat ini.
Smart Investor disarankan untuk mendiversifikasi investasinya di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi yang memiliki dana kelolaan relatif lebih kecil, guna menjaga imbal hasil tetap atraktif. Smart Investor juga perlu melihat komposisi investasi produk reksadana tersebut secara berkala dalam fund factsheet (lembar fakta reksadana) yang diterbitkan untuk menyesuaikan strateginya sebagai perwakilan investor institusi.
Daftarkan Usaha Anda Sekarang, Klik di Sini
Investasi di Bareksa Bisnis Buat Investor Institusi
Super app investasi Bareksa kini menyediakan solusi investasi khusus usaha, untuk membantu berbagai jenis bisnis baik berupa UMKM atau investor institusi seperti yayasan, dana pensiun hingga korporasi besar dalam mengelola keuangan dan memaksimalkan keuntungan usaha, melalui investasi reksadana dengan memanfaatkan platform Bareksa Bisnis.
Semua jenis bisnis dapat membuka akun di layanan ini, baik yang sudah berbadan hukum berupa CV maupun PT, ataupun yang masih dimiliki perseorangan. Bagi yang sudah berbadan hukum, syaratnya harus mendaftarkan NPWP badan usaha mereka.
Pemilik bisnis atau institusi yang mendaftar menjadi investor di Bareksa akan mendapat pendampingan investasi oleh Relationship Manager yang berpengalaman dari Bareksa. PlatformBareksa Bisnis juga menyediakan berbagai fitur yang dibutuhkan, antara lain: otorisasi berlapis sebagai mekanisme kontrol perusahaan, notifikasi pengingat hasil investasi, serta laporan investasi yang lengkap untuk memudahkan pengelolaan manajemen kas perusahaan.
Apa saja fitur di Bareksa Bisnis?
1. Multiple User Access
Beberapa stakeholder dapat masuk ke dalam akun institusi yang terdaftar.
2. Investment Report
Menyajikan laporan data investasi bagi para stakeholder.
3. Document Approval
Mendukung alur kerja institusi dalam bertransaksi.
4. Order Reminder
Sebagai pengingat untuk investasi secara rutin.
Keuntungan Berinvestasi di Bareksa Bisnis
1. Terdaftar dan Diawasi OJK
Bareksa Bisnis memiliki lisensi sebagai agen penjual reksadana (APERD) di website OJK.
2. Sistem yang Aman
Bareksa Bisnis memiliki keamanan berlapis dengan tim support khusus jika terjadi kendala.
3. Lengkap & Mudah Diakses
Hanya dengan mengakses website tanpa perlu install aplikasi, dapatkan tampilan portfolio yang komprehensif.
4. Relationship Manager Berpengalaman
Dapatkan rekomendasi reksadana untuk perjalanan dan hasil investasi yang lebih optimal.
5. Gratis Biaya Transaksi
Investor Institusional tidak dibebankan biaya pembelian maupun penjualan. Kecuali produk reksadana dari manajer investasi Schroders dan Sinarmas.
Ayo segera daftar di Bareksa Bisnis sebagai pemilik usaha dan kelola dana kas usaha lebih baik dengan reksadana.
Daftarkan Usaha Anda Sekarang, Klik di Sini
(Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
* * *
- Download super app investasi Bareksa di App Store
- Download super app investasi Bareksa di Google Play Store
- Daftar akun di Bareksa sebagai pelaku usaha di sini
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.