Kisah Keluarga Sadar Investasi: Tunda Kenikmatan untuk Masa Depan
Orangtua Raka tidak memberikan warisan berupa aset, tetapi menawarkan properti dengan harga murah
Orangtua Raka tidak memberikan warisan berupa aset, tetapi menawarkan properti dengan harga murah
Bareksa.com - Ketika masih kecil, sebagian besar dari kita diajari oleh orang tua untuk menabung dan mengingat pepatah "menabung pangkal kaya."
Namun, tidak banyak dari kita yang sudah mendapat pendidikan untuk investasi sejak dini, seperti pengalaman dari Muhammad Razin Khalifa alias Raka. Pemuda usia 22 tahun ini merupakan anak pertama dari pasangan Budi Hikmat dan Adelina Syarif.
"Dari kecil sudah terbiasa investasi. Awalnya dari jualan, lalu diperkenalkan reksadana, belajar menghemat mengumpulkan uang untuk membeli barang yang lebih besar. Hikmahnya adalah menunda kenikmatan," ujar Raka kepada Bareksa melalui video conference dari Jerman.
Promo Terbaru di Bareksa
Secara lebih rinci, Raka yang kini baru saja menyelesaikan kuliah S1 di Jerman, mengisahkan bagaimana ketika di bangku SMP dia menyukai bermain Playstation Portable (PSP). Namun, setelah mendapat pencerahan dari orangtuanya, dia menjual permainan tersebut dan membeli reksadana. Setelah investasi beberapa lama, dia merasakan keuntungan dan bisa membeli sepeda lipat.
Kisah tersebut dibenarkan oleh Adelina, ibunda Raka yang menjelaskan bahwa pendidikan anak dari keluarga terutama tentang akhlak, dibarengi dengan kompetensi personal dan tentang keuangan. Wanita yang juga berprofesi sebagai psikolog dan dosen di sebuah universitas swasta ini mengajarkan pada anaknya tidak hanya soal menabung, tetapi juga investasi dan kewirausahaan (entrepreneurship).
"Sebagai seorang ibu, anak-anak adalah investasi utama. Kami mendidik agar mereka menghargai apa yang telah diberikan oleh orangtua. Raka menjual PSP untuk investasi di reksadana lalu untungnya untuk membeli sepeda lipat, itu pertama. Kedua, ketika liburan mereka membuat aktivitas bermakna, bila sukses diberi reward uang saku. Ketiga, kami mengajari berjualan, agar memahami soal permodalan, rugi dan laba dengan berjualan pulsa," ujarnya melalui video conference yang sama.
Sementara itu, Budi, sang ayah yang juga praktisi pasar modal selalu memberikan teladan kepada anak-anaknya terutama di bidang finansial. Dia menekankan bahaya risiko orang menjadi tua sebelum memiliki uang yang cukup, alias tuwir sebelum tajir. "Yang penting itu bukan yang kini di sini, tetapi nanti di sana," ujar Budi.
Dia menegaskan bahwa investasi itu sebaiknya kaidah yang sudah dikenalkan kepada keturunan sejak dini, sehingga mereka memahami dari awal. Apalagi, anak muda sering mendapat tekanan dari teman sebaya untuk terlihat seperti orang kaya. "Saya harus memberikan contoh, hidup itu murah tetapi gengsi yang membuatnya mahal."
Raka sendiri mengaku sering mengalami godaan, terutama dari teman sebaya. Dia juga pernah mendapatkan pendapatan lumayan ketika bekerja paruh waktu di musim panas yang menjadi godaan untuk berbelanja barang konsumtif seperti sepatu.
"Di Jerman saya kerja summer 1 bulan gaji setara manajer di Jakarta. Kalau mau, saya bisa terus belanja ke toko tinggal gesek (kartu), tapi sadar juga kok beli ini terus. Enggak bisa seperti ini terus. Sekarang beli barang yang awet, hemat buat beli aset," katanya.
Aset investasi keuangan Raka saat ini adalah reksadana. Untuk ke depannya, dia juga ingin membeli Surat Berharga Negara (SBN) dan saham. Semua aset tersebut ingin disimpan dalam jangka panjang, sesuai dengan umurnya yang terbilang masih muda.
Tidak Memberi Warisan
Berkaitan dengan harta atau aset, Budi sebagai generasi tua sudah memiliki berbagai aset baik yang berwujud maupun aset keuangan. Aset seperti properti, perkebunan, rumah, apartemen adalah aset berwujud yang tidak mudah dijual alias tidak likuid.
Namun, Budi sadar bahwa nanti bila dia dan istrinya pensiun mereka lebih membutuhkan uang tunai atau kas (liquidity) untuk kebutuhan sehari-hari. Dia merencanakan untuk menjual aset yang dimilikinya dengan harga murah kepada anak-anaknya, termasuk Raka.
"Kita tidak memberikan warisan, tetapi deep discount untuk aset kita. Raka akan mulai kerja, bisa beli aset at discount secara cicilan. Istri saya juga sudah mengerti, kita tidak hidup dengan kenangan, tetapi cashflow," ujarnya sambil berkelakar.
Menanggapi hal itu, Raka yang baru saja mulai bekerja di Kota Giesen, Jerman memahami dan bersedia untuk membeli properti orangtuanya dengan cara mencicil.
Dia mengatakan akan membuat kesepakatan dengan orangtua dan adik-adiknya untuk mencicil properti setiap bulan dan membayarkannya dengan denominasi euro.
"Setiap pembayaran itu berapa persen dari nilai properti dan saya mendapat persen kepemilihan dan sewa, ibarat dividen dari uang sewa. Orang tua punya banyak aset tapi tidak likuid, saya yang muda punya banyak likuiditas, tapi tidak punya aset," kata Raka.
Raka sendiri punya banyak rencana untuk masa depannya dan berkaitan dengan investasi yang dilakukannya. Dalam lima tahun ke depan, ia ingin bekerja secara profesional di Jerman untuk mencari pengalaman sebelum kembali ke Indonesia.
Sementara itu, dia ingin melanjutkan kuliah S2 di bidang energy system dengan dana yang dia kumpulkan sendiri. Untuk mewujudkannya, tentu dia siap dengan gaya hidup hemat, tinggal di kota dengan biaya rendah, berinvestasi, hingga siap pindah ke kota yang lebih besar.
Lalu, tentu saja Raka memiliki keinginan untuk berkeluarga sendiri. Dia juga mempersiapkan investasi untuk melamar seorang wanita. "Saya juga memikirkan mana yang mau dilamar. Tetapi kalau ada volatilitas, siapa yang tahu," candanya.
Kemudian, dia juga ingin memiliki rumah di Indonesia sebagai salah satu growing asset. Selain itu, Raka juga mengumpulkan dana cadangan di Jerman. Melihat kondisi Covid-19 saat ini, dia memahami bahwa orang bisa bertahan kalau punya dana cadangan atau dana darurat.
"Kita punya uang darurat dari investasi. Kalau ada krisis manapun atau pandemi lain, tentu bisa lebih siap," katanya.
Apapun rencana sang anak, Budi dan Adelina pasti mendoakan dan mendukungnya. Hanya ada satu pesan dari Budi bagi sang anak, "Kau harus bisa hadapi tantangan tanpa melanggar pantangan tetapi bisa mencukupi rantangan."
Reksadana adalah kumpulan dana masyarakat yang dikelola oleh manajer investasi untuk dimasukkan dalam berbagai aset keuangan, seperti saham, obligasi dan deposito. Reksadana adalah investasi resmi yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,92 | 0,45% | 4,28% | 7,56% | 8,65% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,59 | 0,42% | 4,45% | 7,00% | 7,43% | 2,51% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.080,08 | 0,60% | 4,04% | 7,13% | 7,77% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.845,41 | 0,53% | 3,95% | 6,71% | 7,40% | 16,95% | 40,32% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.272,15 | 0,82% | 3,96% | 6,62% | 7,24% | 20,21% | 35,65% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.