BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Untuk Kalahkan Inflasi, Lebih Ampuh Menabung di Bank atau Reksadana?

Bareksa30 Oktober 2018
Tags:
Untuk Kalahkan Inflasi, Lebih Ampuh Menabung di Bank atau Reksadana?
Ilustrasi wanita sedang memikirkan ide dan tujuan keuangan untuk berinvestasi di reksa dana, saham, obligasi, surat utang negara.

Tingkat kenaikan harga barang dan jasa akan menggerus nilai uang tabungan di bank

Bareksa.com – Hingga kini, banyak orang belum memahami perbedaan antara menabung dengan berinvestasi. Kedua hal ini memang terkesan sama, karena kita sama-sama menyisihkan uang, lalu menyimpannya untuk tujuan tertentu. Namun, keduanya sejatinya berbeda.

Sejak dulu orang tua kita selalu berpesan untuk selalu menabung. Menabung dianggap bisa membantu kita menjadi kita kaya di masa depan. Seperti pepatah lama: menabung sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit dan hemat pangkal kaya.

Artinya kita harus menyimpan uang kita sampai terkumpul sehingga jika sewaktu-waktu diperlukan dengan cepat, uang ini dapat digunakan. Karena itu, biasanya kita menabung ke produk yang paling cepat dapat dicairkan (likuid) dan berisiko rendah, seperti tabungan maupun deposito.

Promo Terbaru di Bareksa

Alternatif lain, kita dapat menyimpan di reksadana pasar uang. Menabung di reksadana pasar uang sebetulnya sama saja dengan menabung di deposito karena mayoritas dana nasabah ditempatkan di deposito.

Kelebihannya reksadana jenis ini memungkinkan kita memperoleh imbalan bunga atau bagi hasil setara dengan deposito namun dengan minimal dana mulai dari Rp100.000. Berbeda dengan produk deposito yang biasanya harus mulai dengan dana Rp1 juta.

Selain itu juga pemerintah memberikan insentif pajak bagi pembelian reksadana. Imbal hasil yang diperoleh dari reksadana tidak dikenakan pajak, berbeda dengan produk deposito maupun tabungan yang dikenakan pajak bunga 20 persen.

Sehingga reksadana pasar uang memiliki potensi perolehan imbal hasil bersih yang lebih tinggi dibanding deposito maupun tabungan.

Baik dari produk tabungan, deposito dan reksadana pasar uang, tentunya kita tidak bisa berharap imbal hasil yang tinggi karena risikonya yang rendah. Hal ini sesuai dengan prinsip investasi, yaitu low risk, low return. Sehingga untuk tujuan finansial jangka panjang, uang kita tidak cocok disimpan dalam produk tersebut.

Ini dikarenakan adanya inflasi (tingkat kenaikan harga), yang dari tahun ke tahun meningkat dan membuat uang kita makin tergerus nilainya.

Apabila pertumbuhan penghasilan dan nilai tabungan kita tidak mampu melebihi inflasi, maka daya beli kita sebetulnya akan menurun. Sebagai contoh, pada tahun 2013 kita bisa membeli beras IR 64 dengan rata-rata harga Rp8.000 per liter.

Saat ini di tahun 2018, harga beras yang sama sudah menembus Rp11.900 per liter. Jadi, harga beras IR 64 saat ini sudah naik sekitar 48 persen dibandingkan lima tahun lalu.

Jadi, jika penghasilan kita hanya naik total 20-30 persen sejak tahun 2013, saat ini kemampuan kita membeli beras IR 64 akan menurun dibandingkan di tahun 2011.

Itulah sebabnya untuk tujuan finansial jangka panjang dengan periode minimal lima tahun, kita harus berinvestasi. Ini agar pertumbuhan uang kita dapat mengalahkan inflasi sehingga daya beli kita tidak menurun.

Lantas, apa sebenarnya investasi itu?

Berinvestasi adalah menempatkan uang pada suatu aset yang diharapkan akan ‘bekerja’ untuk kita (berkembang) dan menghasilkan keuntungan di masa mendatang.

Saat ini, sarana untuk berinvestasi telah berkembang dengan cukup banyak ragamnya. Jika dahulu orang hanya mengenal investasi tanah dan emas saja, kini sudah tersedia investasi dalam bentuk paper asset yang modal investasinya relatif lebih rendah, seperti reksadana, obligasi, dan saham.

Setiap instrumen investasi ini memiliki tingkat risiko dan keuntungan (return) yang berbeda-beda. Pada prinsipnya, semakin tinggi risiko yang kita hadapi dalam berinvestasi, maka akan cenderung semakin tinggi pula tingkat keuntungannya, high risk high return.

Agar lebih jelasnya, mari kita coba lakukan simulasi dengan berinvestasi pada reksadana pendapatan tetap dari MNC Dana Syariah yang dikelola MNC Asset Management, instrumen investasi yang memiliki risiko relatif rendah dan menempatkan asetnya pada obligasi pemerintah dan swasta.

Simulasi dilakukan menggunakan Simulator Reksadana Bareksa.

Misalnya kita mulai berinvestasi di reksadana sejak tanggal 29 Oktober 2008 sampai 29 Oktober 2018. Dana investasi awal Rp300.000 dan rutin menambah investasi setiap tanggal 28 senilai Rp300.000. Seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.

Tabel: Simulasi Investasi Reksadana

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Kemudian, apa yang terjadi dengan uang yang diinvestasikan pada reksadana pada saat ini?

Simulasi Hasil Investasi di Reksadana

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Berdasarkan simulasi, dana hasil investasi yang dikumpulkan dalam kurun waktu 10 tahun menacapai Rp36,3 juta. Dan saat ini telah berkembang menjadi Rp52,8 juta atau tumbuh sekitar 45,48 persen.

Sementara, total dana tabungan dengan asumsi bunga 2 persen hanya mampu tumbuh menjadi Rp38,2 juta saja pada akhir periode (ditunjukkan garis biru). Artinya, dana tabungan kita hanya bertumbuh 5,2 persen sepanjang 10 tahun.

Ini belum memperhitungkan bunga yang didapat akan dipotong pajak penghasilan 20 persen dan administrasi bank. Sementara di reksadana, tidak kena pajak dan hasil sudah bersih.

Walaupun demikian, perlu dicatat bahwa menabung dan berinvestasi sama-sama baik dilakukan. Yang perlu diketahui, untuk mencapai tujuan finansial jangka menengah hingga panjang, berinvestasi jauh lebih menguntungkan.

* * *

Ingin berinvestasi reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.391,78

Up0,53%
Up4,03%
Up0,25%
Up7,97%
Up19,81%
Up37,85%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.089,59

Up0,53%
Up4,03%
Up0,24%
Up7,81%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.861,85

Up0,55%
Up3,89%
Up0,25%
Up7,37%
Up18,11%
Up39,29%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.099,78

Up0,40%
Up3,84%
Up0,22%
Up7,29%
Up6,14%
-

Insight Renewable Energy Fund

2.297,29

Up0,59%
Up4,10%
Up0,24%
Up7,49%
Up19,63%
Up35,65%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua