Bareksa.com - Salah satu tujuan pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel ialah guna mewujudkan cita-cita kemandirian dalam pembiayaan pembangunan. Hal ini untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada Warga Negara Indonesia, utamanya investor ritel dalam berpartisipasi membiayai pembangunan negara.
Selain itu, tujuan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) Ritel ialah memperluas basis investor di dalam negeri dan menyediakan alternatif instrumen investasi bagi investor ritel. Kemudian mendukung stabilitas stabilitas pasar keuangan domestik, serta mendukung terwujudnya masyarakat yang berorientasi pada investasi jangka menengah dan panjang.
Tercatat, pemerintahan Presiden Jokowi mulai menawarkan SBN Ritel secara online pada 2018 atau jelang berakhirnya periode pertama pemerintahan mantan Wali Kota Solo itu. Dibantu oleh tangan dingin salah seorang Menteri Keuangan Terbaik Dunia, Sri Mulyani Indrawati, hingga kini atau jelang berakhirnya periode kedua Pemerintahan Jokowi, SBN Ritel kian digemari masyarakat, bahkan jadi rebutan.
Tak pelak, dalam beberapa kali penerbitan, seri SBN Ritel diburu investor bahkan terjadi war kuota pemesanan, layaknya war tiket konser musisi ternama. Benarkah misi Jokowi dalam mewujudkan cita-cita kemandirian bangsa dalam pembiayaan pembangunan dan memperluas basis investor domestik berhasil dicapai, salah satunya dari penerbitan SBN Ritel?
Menurut data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, komposisi kepemilikan SBN rupiah yang dapat diperdagangkan per Januari 2017, investor asing (non resident) menguasai 37,85%. Jumlah kepemilikan asing di SBN itu kemudian naik jadi 46,44% pada awal Januari 2018.
Kemudian pada akhir 2018, setelah penjualan SBN Ritel secara online mulai diterapkan, kepemilikan asing di SBN rupiah yang dapat diperdagangkan turun jadi 37,71%. Pada akhir 2019, kepemilikan asing sempat naik sedikit jadi 38,57%, namun pada akhir 2020 anjlok jadi 25,16%.
Selanjutnya, kepemilikan asing di SBN terus mengecil atau anjlok jadi 19,05% pada akhir 2021, hanya 14,36% pada akhir 2022 dan naik tipis jadi 15,44% pada akhir Juni 2023. Meski naik tipis, namun komposisi kepemilikan asing di SBN sudah sangat jauh menurun dibandingkan awal 2018 yang mencapai 46,44%.
Komposisi Kepemilikan Asing di SBN Rupiah yang Dapat Diperdagangkan
Jan 2017 | Jan 2018 | Des 2018 | Des 2019 | Des 2020 | Des 2021 | Des 2022 | Juni 2023 |
37,85% | 46,44% | 37,71% | 38,57% | 25,16% | 19,05% | 14,36% | 15,44% |
Sumber : DJPPR Kemenkeu
Dari sisi jumlah investor, tercatat tercatat jumlah investor SBN Ritel sesuai SID investor sejak penerapan e-SBN tahun 2018 hingga akhir 2022 sekitar 393.955 SID investor. Jumlah itu menyumbang hampir 50% atau tepatnya 47,4% dari total jumlah investor SBN yang mencapai 831.455.
Sepanjang 2022, penerbitan SBN Ritel berhasil menjaring 131.194 investor baru, atau merealisasi 135,3% dari target internal Kemenkeu yang sebanyak 97.000 investor baru SBN Ritel.
Jumlah Investor SBN
Sumber : KSEI
Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia, hingga Mei 2023, jumlah investor SBN mencapai 902.702 SID investor. Dengan kalkulasi sepanjang 2023 hingga Mei, pemerintah telah menerbitkan 3 seri SBN Ritel, yakni Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR012, Sukuk Negara Ritel (SR) seri SR018 dan Sukuk Tabungan (ST) seri ST010.
Masing-masing seri tersebut, SBR012 berhasil menjaring 20.400 investor baru, SR018 menggaet 18.490 investor baru dan ST010 menggandeng 16.135 investor baru, atau totalnya 55.025 investor baru. Dengan begitu, jumlah investor SBN Ritel hingga penerbitan ST010 dikalkulasi sekitar 448.980 investor atau menyumbang sekitar 49,74% dari total jumlah investor SBN.
Untuk diketahui, jumlah investor SBN pada akhir 2017 atau sejak sebelum penerapan e-SBN baru 128.474 investor, kemudian meroket 52% jadi 195.277 investor pada akhir 2018. Jumlah itu kembali melesat 61,96% jadi 316.263 pada akhir 2019. Meroketnya jumlah investor SBN itu terus berlangsung sampai saat ini.
Pemerintah Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Keuangan saat ini sedang menawarkan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI023, yang merupakan SBN Ritel seri keempat di 2023.
ORI023 ditawarkan pada 30 Juni hingga 20 Juli 2023 atau dalam 21 hari masa penawaran. ORI023 terbit dalam 2 tenor investasi, yakni tenor 3 tahun atau ORI023-T3 dan tenor 6 tahun atau ORI023-T6. Tenor investasi 6 tahun ini merupakan tenor terpanjang dan pertama kali dalam penerbitan SBN Ritel.
ORI023 menawarkan kupon atau imbal hasil tetap 5,9% per tahun untuk tenor 3 tahun atau ORI023T3 dan kupon 6,1% per tahun untuk ORI023 tenor 6 tahun atau ORI023T6. Dengan imbal hasil itu, ORI023 jauh lebih menarik dari bunga deposito perbankan.
Data statistik perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, rata-rata suku bunga atau bagi hasil deposito rupiah berjangka di atas 1 tahun di level 4,97% pada April 2023. Bunga deposito masih harus dipotong pajak 20%, sehingga rata-rata bunga bersih deposito setelah dipotong pajak jadi 3,976%.
Adapun kupon ORI023 hanya dipotong pajak 10%. Sehingga, setelah dipotong pajak, imbal hasil bersih ORI023 tenor 3 tahun masih 5,31% dan ORI023 tenor 6 tahun masih 5,49%, jauh lebih menarik dari bunga bersih deposito.
Indikator | Deposito | ORI023T3 | ORI023T6 |
Bunga / kupon | 4,97% | 5,9% | 6,1% |
Pajak 20% | 20% | 10% | 10% |
Bunga / kupon bersih | 3,976% | 5,31% | 5,49% |
Sumber : Kemenkeu, OJK, diolah Bareksa
Nilai investasi di ORI023T3 minimal Rp1 juta atau 1 unit dan kelipatannya hingga maksimal Rp5 miliar atau 5.000 unit. Adapun untuk ORI023T6, minimal nilai investasinya sama Rp1 juta, namun nilai maksimalnya Rp10 miliar atau 10.000 unit. Jika ingin memaksimalkan keuntungan dari investasi di ORI023, maka per investor bisa berinvestasi di kuota maksimal yakni Rp15 miliar, yakni Rp5 miliar di ORI023-T3 dan Rp10 miliar di ORI023-T6.
Sumber : Kementerian Keuangan
Berdasarkan materi Kementerian Keuangan, jika Kamu investasi di ORI023-T3 senilai Rp100 juta, maka setiap bulan akan mendapatkan pendapatan pasif bersih Rp442.530. Adapun jika Kamu investasi di nilai maksimal yakni Rp5 miliar, maka Kamu akan mendapatkan imbal hasil bersih Rp22,12 juta per bulan.
Sumber : Kementerian Keuangan
Menurut materi Kementerian Keuangan, jika Kamu investasi Rp100 juta di ORI023-T6, maka setiap bulan akan menerima pendapatan pasif Rp457.470. Kemudian jika Kamu investasi di nilai maksimal Rp10 miliar, maka akan meraih kupon bersih Rp45,74 per bulan.
Jika Kamu ingin memaksimalkan hasil investasi, dengan berinvestasi Rp5 miliar di ORI023-T3 dan investasi Rp10 miliar di ORI023-T6, maka setiap bulannya Menteri Keuangan Sri Mulyani akan mentransfer kupon bersih ke rekeningmu senilai Rp67,87 juta per bulan. Pendapatan pasif itu langsung ditransfer oleh rekening kas negara.
Berinvestasi di ORI023 juga sangat aman, karena pembayaran pokok dan kuponnya dijamin 100% oleh negara dan disediakan oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Dasar hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.
Dengan nilai pendapatan pasif sebesar itu, bagi sebagian besar penduduk sudah cukup untuk membiayai kebutuhan hidup bulanan dan menjalankan hobinya. Sangat menarik bukan?
Ayo segera investasi ORI023 di mitra distribusi resmi yang ditunjuk Kementerian Keuangan, salah satunya Bareksa.
(AM)
***
PT Bareksa Portal Investasi atau Bareksa.com adalah platform e-investasi terintegrasi pertama di Indonesia, yang ditunjuk menjadi mitra distribusi (midis) resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel atau SBN Ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.
Bareksa telah mendapatkan penghargaan sebagai midis SBN terbaik selama empat tahun berturut-turut dari Kementerian Keuangan RI. Penghargaan terbaru yang diterima adalah penghargaan sebagai Midis SUN dengan Kinerja Terbaik 2021 dan Midis SBSN dengan Kinerja Terbaik Kategori Fintech 2021.
Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di SBN Ritel? Segera daftar melalui aplikasi Bareksa sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP (opsional). Bagi yang sudah punya akun Bareksa untuk reksadana, lengkapi data berupa rekening bank untuk mulai membeli SBN Ritel di Bareksa. Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, registrasi ulang akun di Bareksa untuk memesan SBN Ritel seri berikutnya.