Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan BI 7DRRR Tetap 4 Persen
Langkah BI untuk mempertahankan suku bunga acuan bisa memberikan dampak positif bagi pasar obligasi negara
Langkah BI untuk mempertahankan suku bunga acuan bisa memberikan dampak positif bagi pasar obligasi negara
Bareksa.com - Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7DRRR) sebesar 4 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,25 persen dan suku bunga Lending Facility 4,75 persen. Keputusan yang diambil dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 16-17 September 2020 tersebut mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah.
Untuk mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi COVID-19, Bank Indonesia menekankan pada jalur kuantitas melalui penyediaan likuiditas, termasuk dukungan Bank Indonesia kepada Pemerintah dalam mempercepat realisasi APBN tahun 2020.
Di samping keputusan tersebut, Bank Indonesia menempuh pula langkah-langkah sebagai berikut:
Promo Terbaru di Bareksa
1. Melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar;
2. Memperkuat strategi operasi moneter guna meningkatkan transmisi stance kebijakan moneter yang ditempuh;
3. Memperpanjang periode ketentuan insentif pelonggaran GWM Rupiah sebesar 50bps bagi bank yang menyalurkan kredit UMKM dan ekspor impor serta kredit non UMKM sektor-sektor prioritas yang ditetapkan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional, dari 31 Desember 2020 menjadi sampai dengan 30 Juni 2021;
4. Mendorong pengembangan instrumen pasar uang untuk mendukung pembiayaan korporasi dan UMKM sejalan dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional;
5. Melanjutkan perluasan akseptasi QRIS dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi dan pengembangan UMKM melalui perpanjangan kebijakan Merchant Discount Rate (MDR) sebesar 0 persen untuk Usaha Mikro (UMI) dari 30 September 2020 menjadi sampai dengan 31 Desember 2020.
"Bank Indonesia akan terus menempuh langkah-langkah kebijakan lanjutan yang diperlukan dalam mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional dengan mencermati dinamika perekonomian dan pasar keuangan global serta penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap prospek perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu. Koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional," tulis Onny Widjanarko, Direktur Eksekutif Bank Indonesia, dalam siaran pers 17 September 2020.
Sementara itu, BI juga menyampaikan sejumlah pandangan terkait perkembangan ekonomi global dan domestik terkini.
Beberapa hal penting dari RDG Bank Indonesia kali ini:
1. BI percaya kondisi ekonomi Indonesia akan bertahan melawan pandemi, meski tidak menyebutkan perkiraan pertumbuhan ekonomi. Selain itu BI percaya defisit transaksi berjalan saat ini akan di bawah 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto pada 2020. BI memandang Rupiah akan kembali terapresiasi, karena fundamental mata uang yang masih kuat dan sudah tertekan terlalu jauh.
2. BI melihat inflasi pada 2020 dan 2021 akan rendah, dan di dalam kisaran 2-4 persen, terutama karena melemahnya daya beli rumah tangga. Penurunan harga pada kelompok administered prices dan bahan pangan membuat tingkat inflasi masih terkendali.
3. Likuiditas masih melimpah. Hingga 15 September 2020, Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp662,1 triliun, terutama bersumber dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp491,3 triliun.
4. Bank Indonesia melanjutkan komitmen untuk pendanaan APBN Tahun 2020 melalui pembelian SBN dari pasar perdana dalam rangka pelaksanaan UU No.2 Tahun 2020, baik berdasarkan mekanisme pasar maupun secara langsung, sebagai bagian upaya mendukung percepatan implementasi program Pemulihan Ekonomi Nasional, dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi. Sampai dengan 15 September 2020, Bank Indonesia telah membeli SBN di pasar perdana melalui mekanisme pasar sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 16 April 2020, sebesar Rp48,03 triliun, termasuk dengan skema lelang utama, Greenshoe Option (GSO) dan Private Placement.
Prospek Obligasi Negara
Sebagai informasi, langkah BI untuk mempertahankan suku bunga acuan bisa memberikan dampak positif bagi pasar obligasi negara. Saat ini ada jenis Surat Berharga Negara (SBN) ritel yang sedang ditawarkan oleh pemerintah yaitu Sukuk Negara Ritel SR013 selama masa penawaran 28 Agustus - 23 September 2020. Imbal hasil (kupon) yang ditawarkan oleh SR013 sebesar 6,05 persen per tahun dengan jangka waktu 3 tahun.
Berdasarkan Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) per 16 september 2020, yield obligasi pemerintah dengan jangka waktu 3 tahun berada di level 5,05 persen. Sehingga, dengan perbedaan 1 persen terhadap kupon SR013, maka sangat menarik apabila suku bunga di AS maupun di Indonesia belum diproyeksikan naik dalalm waktu dekat, mengingat harga obligasi di pasar sekunder berpotensi melanjutkan penguatannya.
***
Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?
Pemesanan Sukuk Negara Ritel seri SR013 secara online di Bareksa hanya bisa dilakukan pada masa penawaran 28 Agustus - 23 September 2020. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar melalui aplikasi Bareksa sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP (opsional).
Bagi yang sudah punya akun Bareksa untuk reksadana, lengkapi data berupa rekening bank untuk mulai membeli SBN di Bareksa. Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di Bareksa untuk memesan SR013.
PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.