Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi dan investasi yang disarikan dari media dan keterbukaan informasi Senin 2 Juni 2020.
Fintech Berkedok Koperasi
Kementerian Koperasi dan UKM bersama Tim Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menemukan 50 kegiatan berkedok koperasi yang terdapat di aplikasi Playstore. Dari jumlah tersebut, sebanyak 35 entitas perlu dinormalisasikan menjadi koperasi.
“Sisanya dibutuhkan pendalaman dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk melakukan pembelaan dalam waktu satu minggu. Kami memahami tindakan yang dilakukan oleh Tim Satgas Waspada Investasi OJK sebagai bentuk kehati-hatian dalam upaya melindungi hak masyarakat untuk menerima layanan jasa keuangan,” kata Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Rully Indrawan dalam keterangan tertulis pada Senin (1/6).
Lanjutnya, informasi penting yang diperoleh dari hasil kerja Tim Satgas Waspada Investasi telah memperkuat dugaan selama ini, adalah ditemukannya kelompok orang yang mencatut nama koperasi dengan maksud yang diduga tidak baik.
Dari 15 yang saat ini ditunggu klarifikasinya ternyata sebagian besar tidak berbadan hukum koperasi sebagaimana ketentuan.
Untuk menindaklanjuti kata Rully, dalam waktu dekat Kementerian Koperasi dan UKM akan menurunkan tim pengawas langsung ke lapangan memeriksa kelompok ini. Tim akan dipimpin langsung oleh Deputi Pengawasan dan dikoordinasikan oleh Sesmen Kementerian Koperasi dan UKM.
Rully menambahkan, di masa mendatang komitmen tersebut akan dilakukan bersama pihak Kementerian Koperasi dan UKM, dengan lebih penuh kehati-hatian dan saling berbagi informasi khususnya untuk layanan jasa keuangan oleh koperasi.
Cadangan Devisa
Setelah turun tajam pada Maret 2020, posisi cadangan devisa (cadev) pada April 2020 bisa kembali meningkat. Dengan menimbang kondisi stabilitas eksternal dan makroekonomi yang meningkat, Bank Indonesia (BI) pun optimis cadangan devisa pada akhir Mei 2020 akan kembali menggemuk.
Senada, ekonom BCA David Sumual juga memprediksi cadangan devisa pada akhir bulan lalu bisa meningkat tipis. Ia memprediksi, posisi cadangan devisa Indonesia akan berada di kisaran US$ 126 miliar - US$ 128 miliar pada akhir Mei 2020.
"Kalau diperhatikan, kondisi pasar di bulan Mei 2020 lebih stabil. Lalu, BI juga tidak perlu intervensi besar-besaran seperti pada bulan Maret 2020," kata David kepada Kontan.co.id, Jumat (29/5).
David pun memerinci faktor-faktor yang mempengaruhi perbaikan cadangan devisa pada Mei 2020. Pertama, pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung lebih stabil. Selain itu, selisih rupiah antara non delivery forward serta pasar spot juga semakin menipis bila dibandingkan Maret 2020.
Kedua, sudah adanya aliran modal asing yang masuk di pasar obligasi. Dengan adanya aliran modal asing yang masuk, David memandang bahwa ini bisa menambah pasokan dollar ke dalam negeri.
Ketiga, pergerakan harga minyak yang lebih stabil sehingga pendapatan dari hasil ekspor minyak dan gas (migas) juga semakin meningkat sehingga ini bisa membawa angin segar terhadap cadev Indonesia.
"Lalu dilihat dari sisi term deposit valas, swap valas dari bank-bank juga meningkat. Ini kan menambah cadangan devisa juga," tambahnya.
Sebagai tambahan informasi, cadangan devisa Indonesia pada Maret 2020 tercatat sebesar US$ 121 miliar atau turun sekitar US$ 10 miliar dari akhir Februari 2020 yang mencapai US$ 130,4 miliar. Berdasarkan yang tertulis dalam Laporan Kebijakan Moneter Triwulanan I 2020 BI, penurunan cadangan devisa sebagai imbas dari Covid-19.
Prospek Lelang SUN
Prospek lelang surat utang negara (SUN) di awal Juni 2020 diperkirakan akan menarik. Harapannya, permintaan masih akan tinggi dan bakal menembus target yang dipasang pemerintah.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), akan ada tujuh seri yang akan dilelang pada Selasa (2/6). Pemerintah pun mematok target indikatif untuk lelang kali ini sebesar Rp 20 triliun dan target maksimal capai Rp 40 triliun.
Head of Fixed Income BNI Edy Pramono mengatakan, prospek lelang SUN masih tetap menarik dari sisi demand investor. Hal tersebut tercermin dari yield SUN acuan10 tahun di pasar sekunder yang mulai turun ke level 7,3 persen.
Padahal per akhir April 2020, yield FR0082 ini masih cukup tinggi karena berada di kisaran 7,8 persen. "Kondisi tersebut ditopang oleh sentimen terkait rencana dibukanya kembali aktivitas ekonomi diberbagai negara termasuk di dalam negeri," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (29/5).
Untuk itu, Edy meyakini target lelang SUN pemerintah kali ini masih akan tercapai, didukung oleh kondisi nilai tukar rupiah yang stabil. Ditambah lagi peran Bank Indonesia (BI) yang ikut dalam lelang perdana sebagai non competitive bidder.
Selain itu, minat investor terhadap SUN juga tercermin dari peningkatan capital inflow pada bulan Mei. Berdasarkan data DJPPR, hingga 28 Mei, kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) capai Rp 931,55 triliun.
Alhasil, sepanjang Mei, kepemilikan asing bertambah Rp 6,79 triliun. Ini pun menandakan bahwa yield SUN masih cukup menarik.
Sementara itu, dari tujuh seri yang akan ditawarkan besok, Edy memperkirakan seri benchmark 10 tahun dan 5 tahun masih akan jadi incaran investor. Sedangkan untuk seri pendek hingga 1 tahun, diperkirakan kurang diminati karena investor mencari imbal hasil yang menarik serta cukup likuid di pasar.
Harga Emas Global
Harga emas dunia naik tipis pada perdagangan spot pagi ini dan berada pada tren penguatan sejak Kamis pekan lalu (28/5/2020). Depresiasi dolar AS di hadapan mata uang lainnya yang tercermin dari tren penurunan indeks dolar menjadi salah satu faktor pendorong penguatan emas.
Selasa (2/6/2020) pukul 07.45 WIB, harga emas di pasar spot bertambah 0,04 persen ke US$ 1.740,77/troy ons. Sejak Rabu (27/5/2020) pekan lalu, harga emas tercatat telah naik sebesar 1,92 persen.
Pada periode yang sama, indeks dolar yang mengukur posisi dolar greenback di hadapan enam mata uang lainnya terus melemah. Depresiasi dolar AS membuat harga emas yang dibanderol dalam mata uang tersebut menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain, sehingga hal ini membuat emas sebagai aset safe haven menjadi lebih menarik. Apalagi di tengah berbagai kondisi yang tak kondusif seperti sekarang ini.
Walau kabar dari kemajuan pengembangan vaksin corona & kembali dibukanya perekonomian sempat membuat harga emas tertekan, dalam sepekan terakhir kondisi di AS diwarnai kerusuhan akibat gelombang demonstrasi yang meluas di beberapa negara bagian akibat tewasnya seorang warga kulit hitam bernama George Floyd.
Sebagai akibatnya 5 negara bagian Texas, Ariozona, Georgia, Missouri dan Minnesota menyatakan status darurat. Sementara itu, 40 kota menerapkan kebijakan jam malam.
Di sisi lain konflik Washington dan Beijing terus tereskalasi pasca Kongres Rakyat Nasional (NPC) China menyetujui draft undang-undang keamanan baru bagi Hong Kong yang merupakan wilayah administratifnya.
AS merasa bahwa Hong Kong sudah tak otonom lagi seperti dahulu dan sekarang berada dalam kendali China. Merespons hal tersebut, Washington mengatakan akan mencabut status istimewa Hong Kong untuk menghukum Beijing.