Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) mencatat, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang 2019 mengalami surplus US$4,7 miliar atau setara Rp65,33 triliun (Rp13.900 per dolar AS). Posisi tersebut jauh lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat defisit US$7,1 miliar atau setara Rp98,69 triliun (Rp13.900 per dolar AS).
Onny Widjanarko, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI menyampaikan perkembangan NPI tahun lalu, didorong oleh defisit transaksi berjalan yang membaik. Selain itu, "surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat signifikan," kata Onny dalam keterangan resmi BI, Senin (10/2).
Sumber: BI
BI memperkirakan ke depan, kinerja NPI tetap baik sehingga dapat menopang ketahanan sektor eksternal. Prospek NPI tersebut didukung defisit transaksi berjalan 2020 yang diperkirakan tetap terkendali dalam kisaran 2,5 persen hingga 3 persen terhadap PDB.
Sementara itu prospek aliran masuk modal asing diperkirakan juga tetap besar didorong persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga. BI akan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta senantiasa memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna meningkatkan ketahanan sektor eksternal, termasuk mendorong peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA).
SUN Oversubscribe
Direktur PT Panin Asset Management, Rudiyanto menyampaikan dana asing yang masuk menjadi salah satu penyebab NPI positif. Aliran modal asing tersebut, khususnya pada Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan pemerintah.
"Setahu saya, di setiap lelang SUN hampir selalu oversubscribe karena tingkat bunga yang lebih kompetitif dibandingkan negara lain dengan rating sejenis," kata Rudiyanto kepada Bareksa, Senin (10/2).
Pada prinsipnya, ia menyampaikan minat investor asing tergantung kupon yang ditawarkan. "Sepanjang kompetitif, ya akan terus masuk dan sebaliknya," imbuh Rudiyanto.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan pada Selasa pekan lalu (4/2), menyatakan pasar obligasi Indonesia tengah bergairah dan diselimuti tren positif.
Jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp96,9 triliun. Jumlah itu, memecahkan rekor sebelumnya yakni pada 21 Januari 2020, di mana jumlah penawaran pada lelang SUN yang masuk sebanyak Rp94,98 triliun.
Sumber: DJPPR Kemenkeu
Dari jumlah penawaran yang masuk, pemerintah hanya menyerap dana Rp21 triliun. Angka ini masih lebih tinggi dari target indikatif pemerintah yang hanya Rp15 triliun.
Di sisi lain, pemerintah pada besok atau Selasa (11/2), akan melelang keempat seri sukuk negara dengan target indikatif Rp7 triliun. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S 12082020 (reopening), PB S002 (reopening), PB S026 (reopening), dan PB S005 (reopening).
(AM)
***
Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?
Savings Bond Ritel atau SBN ritel seri SBR009 hanya bisa dipesan selama masa penawaran pada 27 Januari - 13 Februari 2020. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.
Bagi yang sudah pernah membeli SBR atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN seri berikutnya.
Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.
Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.
PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.