Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 23 November 2019.
SBN
Upaya pemerintah menjaga defisit anggaran 2019 dalam rentang target berimbas pada membengkaknya realisasi penarikan utang. Sebab, penerbitan penerbitan surat berharga negara (SBN) telah melampaui target. Data Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) yang dikutip Kontan mencatat, realisasi penerbitan SBN hingga 20 November lalu telah mencapai Rp457,66 triliun. Data tersebut juga mengungkap bahwa pemerintah menaikkan pagu penerbitan SBN sampai akhir tahun 2019 menjadi sebesar Rp446,5 triliun.
Pada 6 November lalu, pemerintah sejatinya juga telah menaikkan pagu penerbitan SBN dari awalnya Rp389 triliun pada APBN 2019, menjadi Rp430,03 triliun. Artinya, realisasi penerbitan SBN saat ini bahkan telah mencapai 102,5 persen dari pagu terbaru. Secara bruto, realisasi penerbitan SBN terkini telah mencapai Rp894 triliun. Sampai akhir tahun, Kemkeu menargetkan penerbitan SBN Bruto sebesar Rp904,08 triliun. Target tersebut juga lebih besar dari sebelumnya yang hanya Rp841,78 triliun.
Pertumbuhan Ekonomi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berasal dari utang, melainkan dari investasi asing di sektor swasta. Dengan mengandalkan investasi, Menkeu optimistis ekonomi bisa tumbuh hingga 7 persen. "Sebagian besar pertumbuhan ekonomi kami tidak akan datang dari utang, tetapi dari sektor swasta sejalan dengan datangnya modal asing ke Indonesia," kata Sri Mulyani dikutip Katadata.co.id.
Oleh karena itu, pemerintah akan terus menggenjot investasi dengan memprioritaskan perbaikan iklim investasi termasuk dengan memangkas hambatan-hambatan investasi dari segi kebijakan atau perizinan. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini berharap, lewat perbaikan iklim investasi akan menciptakan banyak ruang bagi investor untuk datang ke Indonesia, baik domestik maupun asing. Sehingga Indonesia bisa menjadi negara berkembang yang ekonominya tetap tumbuh tinggi dan sehat.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
Perseroan siap menerbitkan surat berharga pada tahun depan. Hal ini akan menjadi sumber dana nonkonvensional untuk mendukung ekspansi kredit sepanjang 2020. Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan bahwa penerbitan surat utang menjadi menarik pada 2020 karena memasuki era suku bunga rendah. “Kami punya pemikiran untuk ambil valas dan rupiah. Kami tunggu OJK [Otoritas Jasa Keuangan] dulu kasih persetujuan,” katanya dikutip Bisnis Indonesia.
Pada tahun depan emiten berkode BMRI ini mematok pertumbuhan kredit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ini. Pada saat yang sama bank memperkirakan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan 2019. Berdasarkan paparan kepada Komisi XI DPR, Bank Mandiri mengejar tutup buku 2020 dengan pertumbuhan kredit sebesar 10 persen hingga 11 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Bank memproyeksi akhir tahun ini fungsi intermediasi akan tumbuh 7 persen yoy hingga 9 persen yoy. Sementara itu, DPK bank diperkirakan akan naik 8 persen yoy hingga 9 persen yoy. Padahal akhir tahun ini bank memperkirakan DPK masih dapat tumbuh 10 persen yoy hingga 11 persen yoy.
Dompet Digital
Layanan Digital Wallet atau dompet digital menjadi kategori produk fintech yang paling populer di Indonesia. Demikian salah satu hasil Fintech Report 2019 yang dilakukan DailySocial.id didukung BRI dan BRI Ventures.
Dalam riset itu dinyatakan layanan lainnya yang paling diminati responden adalah investment (62,4 persen), paylater (56,7 persen), dan P2P lending yang mengakomodasi kebutuhan personal (40 persen). Gopay (83,3 persen) masih menjadi aplikasi digital wallet yang paling banyak digunakan tahun ini. Sementara Ovo (99,5 persen) menjadi aplikasi digital wallet yang memiliki awareness masyarakat tertinggi.
"Di tahun 2019 ini fintech sudah mulai menjadi bagian keseharian masyarakat Indonesia. Melalui Fintech Report, DSResearch mencoba melihat bagaimana dinamika fintech di mata pemain industri dan konsumen secara umum, hal-hal menarik sepanjang tahun, dan bagaimana tren fintech ke depannya," kata Chief Editor dan Head of DSResearch Amir Karimuddin dalam rilisnya, kemarin 27 November 2019.
Menurutnya, berdasarkan hasil survei, Fintech lending masih terus mengalami pertumbuhan. Tahun ini tercatat ada 47 pemain baru yang terdaftar di OJK. Sementara itu otoritas juga mulai menggulirkan status “izin usaha” untuk p2p lending, 11 pemain sudah mengantonginya.
IKBI
Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI) resmi menyambut bergabungnya lima bank nasional sebagai anggota baru, yaitu CIMB Niaga, Bank Syariah Mandiri, OCBC NISP, Maybank Indonesia, dan HSBC Indonesia. Total 13 bank anggota IKBI kini mewakili 60 persen aset perbankan nasional. Seremoni penandatanganan dilaksanakan pada Seminar Internasional bertajuk Menggerakkan Sektor Keuangan Menuju Perekonomian Tahan Perubahan Iklim. Meluasnya jaringan keanggotaan IKBI diharapkan dapat menjadi katalis bagi pemerataan peningkatan kinerja bank nasional dalam hal integrasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) pada strategi bisnisnya. Langkah penting industri ini akan mendongkrak peluang bisnis keuangan berkelanjutan yang inovatif dengan membangun solusi-solusi keuangan baru.
Ketua IKBI, yang juga Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia, Sunarso mengapresiasi bergabungnya CIMB Niaga, Bank Syariah Mandiri, Bank OCBC NISP, Maybank Indonesia, dan HSBC Indonesia untuk memperkuat IKBI. “Harapan kami, agar para anggota IKBI dapat menjadi pionir yang meningkatkan peran sektor keuangan dalam mendorong para nasabah untuk menerapkan transformasi praktik berkelanjutan – memitigasi risiko keberlanjutan pada portofolio dan beralih pada peluang ekonomi global yang rendah karbon dan tahan terhadap perubahan iklim,” katanya.
(hm)