Bareksa.com – Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) atau biasa dikenal Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) memperkirakan pasar obligasi bergerak sideways pada pekan pertama September. Pasar obligasi masih dibayangi isu seputar perang dagang AS-China dan perkembangan kelanjutan negosiasinya. Pasar juga akan menanti data ketenagakerjaan AS yang akan menjadi indikator utama dalam merumuskan kebijakan moneter The Fed.
Melalui weekly report yang dirilis Senin, 2 September 2019, IBPA menyapaikan tertekannya kinerja pasar obligasi dalam negeri sepekan terakhir ini diperkirakan lebih digerakkan oleh faktor global. Selain gejolak hubungan dagang AS-China, konflik dagang juga berpotensi terjadi pada dua negara besar di Asia yakni Jepang dengan Korsel.
Selain itu tengah bergejolaknya Inggris yang dihadapkan dengan dekatnya waktu “Hard Brexit” juga dikhawatirkan semakin menekan pertumbuhan ekonomi global. Namun demikian, tekanan yang terjadi di akhir pekan terpantau sedikit mereda setelah pemerintah China menyatakan negosiasi dengan AS tetap direncanakan di bulan September guna mengakhiri konflik dagang yang berkepanjangan.
Seiring kurang kondusifnya situasi global dan belum munculnya sentimen positif dari dalam negeri mendorong pelaku pasar untuk melakukan antisipasi risiko terhadap portofolionya dengan melakukan aksi jual terhadap seri-seri obligasi yang beredar.
Terlihat dari 44 seri obligasi negara konvensional yang beredar, hanya harga seri FR0042 yang menguat sedangkan sisanya kompak terkoreksi dalam rentang –0,21 basis poin (bps) week on week (wow) hingga –138,73bps wow. Alhasil, kondisi tersebut turut meningkatkan imbal hasil yang diminta pelaku pasar.
Terlepas dari itu, kurva PHEI-Indonesia Government Securities Yield Curve (PHEI-IGSYC) pekan terakhir Agustus berpola bearish dengan rata-rata yield seluruh tenor 1-30 tahun naik 9,43bps wow. Kenaikan rata-rata yield terbesar dicatatkan oleh tenor panjang (>7 tahun) yakni 10,05bps wow. Diikuti kemudian oleh tenor menengah (5-7 tahun) 9,97bps wow dan tenor pendek (<5 tahun) 5,44bps wow. Sejalan dengan obligasi pemerintah, kurva yield obligasi korporasi turut berpola bearish.
Di sisi lain, kinerja sukuk pekan lalu bergerak negatif yang tercermin dari penurunan Indonesia Government Sukuk Index-Total Return (IGSIX-TR) –0,6263poin wow ke level 238,1693 dari level 238,7956 pada penutupan akhir pekan sebelumnya. Penurunan indeks total return tersebut didorong oleh pergerakan harga seri sukuk negara yang didominasi penurunan harga. Kelompok seri IFR mencatatkan penurunan rata-rata harga terbesar yakni hingga –62,43bps wow.
Adapun aktivitas perdagangan obligasi pekan ini mencatat peningkatan. Rata-rata volume harian meningkat 20,51 persen wow dari Rp11,83 triliun per hari menjadi Rp14,25 triliun per hari. Di sisi lain, rata-rata frekuensi perdagangan harian juga meningkat 6,19 persen wow dari 812 transaksi per hari menjadi 862 transaksi per hari.
***
Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?
SBR008 hanya bisa dipesan selama masa penawaran 5-19 September 2019. Meski masa penawaran belum dibuka, kita sudah bisa mendaftar terlebih dahulu untuk memesan SBN di Bareksa.
Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.
Bagi yang sudah pernah membeli SBR atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN seri berikutnya.
Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.
PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.
(AM)