Berita / SBN / Artikel

Berita Hari Ini : Emisi Obligasi dan Sukuk Rp15,24 T, Cadev Naik US$3,2 Miliar

Bareksa • 11 Mar 2019

an image
Pelajar melihat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

TLKM akuisisi PST, WTON ekspansi ke Asia Tenggara, kontrak baru ADHI Rp23,3 triliun, laba TINS naik 5,57 persen

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 11 Maret 2019 :

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)

Emiten telekomunikasi pelat merah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) mengambilalih 95 persen saham perusahaan menara, Persada Sokka Tama (PST), melalui anak usahanya.

Emiten berkode saham TLKM tersebut mengumumkan anak usahanya, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), telah menandatangani akta jual beli saham dengan Persada Sokka Tama atas saham PST pada Rabu (6/3/2019).

“Dengan ditandatanganinya Akta Jual Beli Saham ini, Mitratel akan memiliki 95 persen saham PST,” tulis POH VP Investor Relations Telkom Indonesia Dewi, dalam keterbukaan informasi, Jumat (8/3/2019).

Selanjutnya, Mitratel akan membeli sisa 5 persen saham milik PST yang tersisa dalam 24 bulan setelah tanggal akta jual beli saham tersebut. Dengan demikian, Mitratel akan memiliki 99,99 persen dari seluruh saham PST setelah seluruh rangkaian transaksi ini selesai.

Bursa Efek Indonesia (BEI)

PT Bursa Efek Indonesia menyatakan hingga pekan kedua Maret 2019, penerbitan obligasi dan surat berharga syariah (sukuk) telah mencapai Rp15,24 triliun.

Divisi Komunikasi Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia, dalam keterangan resmi, Sabtu (9/3/2019), mengatakan pada pekan kedua ini BEI melakukan Pencatatan Obligasi Berkelanjutan III Indosat Tahap I Tahun 2019 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan III Indosat Tahap I Tahun 2019.

Dua surat berharga yang dicatatkan pada Rabu (6/3/2019) itu masing-masing memiliki nilai nominal Rp1,5 triliun untuk Obligasi Berkelanjutan dan Rp500 miliar untuk Sukuk Ijarah Berkelanjutan. 

"Total emisi Obligasi dan Sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun 2019 adalah 17 emisi dari 13 Perusahaan Tercatat senilai Rp15,24 triliun," demikian dituliskan BEI.

Dengan pencatatan tersebut, maka total emisi Obligasi dan Sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 392 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp420,92 triliun dan US$47,5 juta, diterbitkan oleh 117 Perusahaan Tercatat. 

Adapun, Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 99 seri dengan nilai nominal Rp2.481,55 triliun dan US$400 juta sedangkan untuk eefek beragun aset (EBA) 11 emisi senilai Rp9,53 triliun.

Bank Indonesia

Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia tercatat melonjak US$3,2 miliar menjadi US$123,3 miliar pada akhir Februari 2019, dari posisi US$120,1 miliar pada akhir Januari 2019.

Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Junanto Herdiawan menuturkan menilai cadangan devisa (cadev) tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan.

"Peningkatan cadev pada Februari 2019 terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah, penerimaan devisa migas, dan penerimaan valuta asing (valas) lainnya," paparnya, Jumat (8/3/2019).

Posisi cadev tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional yakni sekitar 3 bulan impor.

PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)

PT Wijaya Karya Beton Tbk mulai melebarkan sayap ke luar negeri dengan membidik pekerjaan atau kontrak baru di wilayah Asia Tenggara.

Direktur Utama Wijaya Karya Beton Hadian Pramudita mengungkapkan perseroan telah mendapatkan kontrak bantalan beton di Manila, Filipina, pada 2019. Pekerjaan itu merupakan test track work yang akan berlangsung dalam 2 - 3 bulan ke depan.

“Sudah kontrak hanya untuk test track work, begitu bilang go berhasil, kami dapat [kontrak] untuk 150 Kilometer [Km] selanjutnya,” ujarnya dikutip Bisnis akhir pekan lalu.

Hadian mengatakan saat ini bantalan beton masih dikirimkan ke Filipina. Namun, pihaknya berencana membuka pabrik di negara itu apabila telah mendapatkan kontrak lanjutan.

“Berbicara 150 kilometer bukan sesuatu yang sedikit jadi kami akan coba bermitra dengan yang di sana, misalnya yang punya quarry atau semen,” paparnya.

Selain di Filipina, dia menuturkan perseroan juga mengikuti tender proyek di Singapura. Produk yang bakal dikirimkan ke negara itu yakni box girder.

PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

PT Adhi Karya Tbk (ADHI) berhasil melampaui target perolehan kontrak baru di 2018. Tahun lalu, ADHI menargetkan pencapaian kontrak baru senilai Rp23,3 triliun.

Target tersebut akhirnya sukses dicapai bahkan dilampaui oleh perusahaan konstruksi tersebut. Sekretaris Perusahaan ADHI, Ki Syahgolang Permata menjelaskan sepanjang tahun 2018, ADHI berhasil mencatat perolehan kontrak baru Rp24,8 triliun.

"Ini perhitungan di luar pajak. Jumlah ini lebih besar dibandingkan target yang ditetapkan perusahaan di awal tahun lalu yakni Rp23,3 triliun," imbuhnya.

Untuk tahun 2019, Ki Syahgolang menuturkan perusahaan terus mengoptimalkan untuk memperoleh pertumbuhan perolehan kontrak baru yang cenderung konservatif yaitu sekitar 5 persen.

"Hal ini dipengaruhi oleh kondisi politik yang belum dapat diprediksi menjelang pemilu 2019. Dan kontrak baru yang didapat ADHI hingga kini didominasi proyek BUMN, Pemerintah dan swasta,” ungkap Ki Syahgolang.

Dengan capaian kontrak tahun 2018, Ki Syahgolang menargetkan memperoleh kontrak baru Rp26,04 triliun pada tahun 2019. Disamping menargetkan kontrak baru untuk pertumbuhan kinerja, ADHII juga berencana untuk memperoleh pendanaan. Pendanaan yang diperoleh pun demi menjaga arus keuangan ADHI.

PT Timah Tbk (TINS)

PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang terbilang tipis sepanjang tahun lalu dari kinerja 2017 atau year on year (YoY).

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 5,57 persen menjadi Rp531,35 miliar, dari 2017 yang sebesar Rp502,43 miliar. Laba tersebut diperoleh dari pendapatan usaha perusahaan yang tumbuh 19,88 persen menjadi Rp11,04 triliun dari sebelumnya Rp9,21 triliun.

Dari total pendapatan tersebut, logam timah berkontribusi 91,88 persen atas seluruh pendapatan, disusul pendapatan dari produk hilir (tin chemical) 3,87 persen dan rumah sakit 2,19 persen.

Dengan demikian, nilai laba per saham dasar dari operasi yang dilanjutkan tercatat naik menjadi Rp77 per saham dari tahun sebelumnya Rp68 per saham.

PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP)

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) akhirnya merestui rencana perusahaan untuk melakukan penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.

Perusahaan akan menerbitkan sebanyak 4,12 miliar saham baru Seri B pada Juli tahun ini dengan nilai nominal Rp50 per saham baru sehingga bisa mengantongi Rp206,32 miliar. Direktur Keuangan Bank MNC Internasional Hermawan mengatakan penambahan modal ini ditujukan guna mendukung ekspansi kredit tahun ini.

Rencana Penawaran Umum Terbatas VII (PUT VII) dengan HMETD ini sempat terkendala tahun lalu karena kondisi harga saham perusahaan di bawah harga nominal saham saat ini. Namun rencana rights issue kembali didengungkan tahun ini.

"Tujuannya untuk memberikan kredit sehingga kami perlu modal, untuk menambah aset produktif," kata Hermawan usai RUPSLB di MNC Tower, Jakarta, Jumat (8/3).

(AM)